"Harusnya kamu tau, kesempatan tidak selalu datang berkali-kali, dia memiliki waktunya sendiri, dan kamu.... sudah melepaskannya"
Kalimat itu kembali terngiang, masih bisa terekam jelas pandangan kosongmu dihadapanku ketika aku mengucapkannya. Sembari menapaki jalan, aku mengingat kejadian beberapa bulan sebelum akhirnya aku sampai di hari ini. Ketika tidak ada lagi kita diantara aku dan kamu.
3 bulan yang lalu.
"Kapan sih kamu coba mengerti aku ? Aku lagi mau fokus ke masa depan, dan keluarga aku juga lagi butuh kehadiranku ditengah mereka. Kamu jangan menambah masalah yang sudah ada dong!" Ucapmu di telepon sore itu.
Aku hanya bisa terdiam sembari menahan tangis ketika kamu mengatakannya, ternyata menahan emosi beberapa bulan kebelakang serta perubahan sikapku tidak membuatmu berpikir, bahwa aku juga merindukan kehadiranmu di sisi. Aku kira kamu lupa, atau mungkin kamu memang tidak pernah terpikir untuk mengingatnya kembali. Tentang kita.
"Aku cuma kamu bisa menyikapi masalah dengan dewasa, bisa kan kita bertemu dengan situasi yang baik ? Aku juga gak mau menambah beban kamu. Aku juga banyak masalah. Kamu yang gak tau, atau mungkin gak mau tau lagi." Ucapku akhirnya sambil mengakhiri perbincangan. Terlalu menyakitkan untuk memperdengarkan suaraku yang serak, karena menahan tangis sambil berbicara itu tidak mudah.
Kini.
Aku telah memasuki masa skripsi, di tahun-tahun terakhirku dalam dunia kampus strata satu. Mencoba mati-matian dalam mengalihkan pemikiran tentang adanya masa lalu, ku tumpahkan waktuku di lembar-lembar kertas yang nantinya akan menjadi penentu nilai akhir. Tidak mudah bagiku. Tetapi pelukan hangat dan kata-kata penuh semangat dari mereka yang menyayangiku, begitu menenangkan. Mereka hanya tidak ingin aku membiarkan masa depanku terlantar untuk suatu hal yang sama sekali tidak memiliki peran penting lagi kini. Iya, kamu.
Kini aku sedang melangkahkan kakiku dengan gontai menuju tempat dulu kita pertama kali bertemu. Toko buku di sebuah pusat perbelanjaan. Mengingat kembali memang bukan berarti menginginkan hal itu terulang kembali di dunia nyata, aku hanya ingin menikmati bagaimana manisnya masa lalu. Karena terakhir yang aku rasa, hanyalah sebuah kehampaan di sudut hati. Entah apa rasanya, aku juga tidak bisa mendeskripsikannya. Hanya kosong seakan ada yang tercabut paksa dari tempatnya. Itu tepat ketika pada akhirnya kita sepakat untuk memilih jalan kita masing-masing dan hanya ada kamu dan aku, tanpa kita. Karena selama beberapa bulan sebelumnya, kita seperti dua orang yang terperangkap dan bertahan didalam sebuah ikatan, tanpa adanya rasa lagi. Bahkan seakan sudah menyerah hingga tidak ingin berharap. Ironis bukan ?
Tapi kini aku bisa menapaki hariku yang baru dengan situasi yang kucoba untuk terus bisa melangkah maju, adanya kamu di hari-hariku kemarin seakan menjadi isyarat, bahwa aku ternyata memang sekuat itu untuk memutuskan dalam melangkah pergi. Berpikir realistis bahwa cinta seharusnya membahagiakan dan pantas untuk diperjuangkan, begitu juga kamu. Mungkin sayangnya bukan aku yang harusnya memperjuangkanmu, mungkin ada orang lain yang lebih pantas melakukannya. Memaksa untukmu tinggal sepertinya juga bukan hal yang patut aku lakukan, karena memang mungkin juga kamu tidak seharusnya tinggal. Langkah kita berdua masih panjang, kita hanya memiliki jalan yang berbeda. Entah hari ini ataupun besok, satu hal yang mesti kamu tau, kehadiranmu adalah anugerah bagiku. Terimakasih, kamu.
Lalu, setelah skripsi, apalagi hal yang akan aku perjuangkan ? Mungkinkah kamu yang kini sedang menunggu aku membuka hati kembali ?
Backsong Beautiful Goodbye by Maroon 5
Jakarta, 13 march 2013 || 23:55
No comments:
Post a Comment