Welcome Back, 29!

Wednesday, March 04, 2020


Selamat datang 29 februari 2020!

Long time no see. After 4 years, kita ketemu lagi dengan banyak suguhan kehidupan yang berbeda. Saya dan segala perubahan besar dalam hidup, dimulai dari menopang status baru, hingga pindahan ke rumah yang baru. Memulai segalanya sedari awal.

Tahun ini adalah tahun ke dua puluh delapan, saya hidup, memiliki impian, menjalani jatuh dan bangun akan kehidupan, dan mengalami untuk merelakan serta mencintai lebih lagi.

Sedikit cerita, ketika akan menyambut tanggal bersejarah ini, saya benar-benar merasakan bagaimana ketakutan kecil yang menyelinap diam-diam. Perasaan dimana saya takut belum menyelesaikan apa saja yang ingin saya selesaikan, memiliki apa saja yang saya idamkan. Walaupun seringkali ada yang berucap, age is just a number, buat for me, it matters. A lot.

Bahkan tepat sehari sebelum siklus tanggalan menuju ke angka dua puluh sembilan di penghujung februari, saya mendapatkan kabar bahwa orang tua dan adik-adik saya yang kini sedang berada jauh di pulau yang berbeda, sakit. Padahal sebelumnya saya dan mereka sudah merencanakan beberapa impian untuk berlibur bersama, menghabiskan umur baru yang saya miliki dengan berbagai cetakan kenangan. Maklum, saya tidak bisa dengan mudahnya untuk pulang dan meninggalkan apa yang saya miliki, walaupun sejenak. Banyak pemikiran yang membuat saya tetap tinggal, dengan ikhlas. Sungguh. Meski ketika saya tidak mampu menatap para separuh jiwa saya secara langsung, hanya bisa memantau mereka melalui telepon genggam, meratap doa, dan air mata yang tiba-tiba menetes kala pesan masuk, “Selama ibu masih bisa berbicara, semua masih baik-baik saja”.

Tepat pada tanggalan dua puluh sembilan, mereka yang menyayangi saya tetap memberikan kejutan dadakan yang membuat hati hangat, saya ternyata amat di sayangi. Tidak peduli bagaimana keras kepala dan menyebalkannya.

Akhirnya Bandung menjadi pilihan pelarian sesaat, yang tentunya membahagiakan.

Bagi mereka yang mungkin mempertanyakan, kenapa saya tetap memilih tinggal dan akhirnya tidak mendekap separuh jiwa yang kini sedang melawan sakitnya raga, saya hanya bisa tersenyum. Jika mereka sudah pernah menikah, dan merasakan jauh dari orang tua, mungkin mereka akan sedikit mengerti.

Satu hal yang saya pikirkan, bahwa saya harus bahagia apapun kondisinya. Demi mereka yang telah menyelipkan doa atas kebahagiaan saya selama ini. Jika saya malah meratap dan memilih menghabiskan hari untuk berkeluh kesal dan menyalahkan keadaan, hati yang hancur bukan hanya saya.

Jika saya memilih pilihan yang terkesan mungkin tidak biasa dan dianggap egois, saya pun tetap akan memilih seperti itu.


Hai, you know who you are.
Terima kasih untuk segala usaha, doa dan harapan baiknya. Semoga kalian tidak bosan untuk mengenal saya.

Hai, dua puluh delapan.
Semoga kita berteman untuk jadi lebih baik lagi dalam memandang kehidupan, dan memilih keputusan.



Penghujung februari, 2020








 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS