Surat untuk Ibu — Sepuluh

Thursday, November 30, 2023

 Assalamualaikum Ibuku …

Setelah 6 bulan lamanya Kakak menunggu. Terimakasih ya kemarin malam sudah datang ke mimpi Kakak. Meski hanya sebentar, melihat Ibu dengan baju daster putih bunga-bunga, sedang duduk di dapur dengan kursi kecilmu dan bersiap memasak—entah mungkin akan ada acara, dan sekedar ucapan “Bu, udah masak nasi belum? Laper”, lalu Kakak terbangun. 

Hanya itu yang terjadi. Sebentar. Hanya ucapan biasa, sehari-hari. Tapi tidak akan pernah bisa terjadi kembali.

Nanti datang lagi ke mimpi Kakak ya, Bu. Kakak akan selalu rindu.

Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira


Surat untuk Ibu — Sembilan

Monday, November 20, 2023

 Assalamualaikum, Ibuku …

Hampir tiga bulan lamanya Kakak belum menulis surat untuk Ibu.

Melewati 100 harian Ibu, 40 harian Kakek, tiga bulan pertamanya Ayi, perjalanan kembali menaiki pesawat yang terasa berkali lipat mengerikan, dan beberapa hal yang tidak terduga lainnya. Such a roller coaster dalam hidup, bu. I wish, I could tell you more. Like we used to. 

Tepat hari ini harusnya umur Ibu bertambah, biasanya akan ada jam nya video call dengan rencana surprise kecil,  tiupan lilin, ucapan selamat serta rentetan doa. Rindu bisa telponan berjam-jam hanya untuk membicarakan banyak hal, berbagai pesan singkat yang seringkali remeh, atau menitip sesuatu hingga ke pulau seberang, karena terkadang tidak ada di sekitar rumah. Tapi mulai tahun ini, Kakak dan yang lainnya hanya bisa menyelipkan doa untuk didengar Tuhan. Maaf, Kakak hanya bisa menitipkan dua pulih anyelir-nya melalui adek, Kakak belum bisa datang lagi. Kakak juga titipkan rindu hebat, doa dan harap yang lirih, semoga tersampaikan ya, bu.

Tahun ini masih belum berakhir, tapi rasanya lumayan melelahkan, bu. Hari ini tertawa, entah besok akan menangis seperti apa. Masih belum bisa tenang ketika menerima telepon, di saat yang tak biasa. Terhitung hari ini, meskipun tidak tiap hari, Kakak sudah mulai bisa meniadakan agenda one day, one cry. Sekarang jadi seminggu sekali, hehe. Banyak juga hal yang seringkali ketika harus bersikap, atau memutuskan sesuatu, membuat Kakak berpikir; “apa yang biasanya Ibu akan lakukan ya?”. Nyatanya Kakak masih butuh banyak bimbingan, bu.

Bu, hingga hari ini Kakak masih belajar mengikhlaskan. 

Masih belajar menata emosi yang sungguh sangat bisa meledak hebat, tanpa bisa Kakak duga.

Semoga Kakak bisa kembali menulis surat dengan isi yang lebih membahagiakan ya, bu.

Sekali lagi, selamat ulang tahun wanita terhebatku. Pintu doa utama. Pengucap hal paling tulus. Manusia tersabar. Kami rindu Ibu.

Rabbighfirlii wali waalidayya warham humma kamaa rabbayaanii shaghiiraa. 


Dua puluh november, di rentang rindu yang jauh.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS