Terimakasih, ibu.

Sunday, December 22, 2013










Terimakasih sudah menjadi ibu dan wanita terhebat yang pernah aku miliki.

Ibu yang bisa menjadi koki dengan masakan terenak yang selalu dirindukan
Ibu yang bisa menjadi guru dengan ajaran terbaik
Ibu yang bisa menjadi arsiktek ruangan di rumah dengan tatanan terapi
Ibu yang bisa menjadi teman dengan nasihat tepat
Ibu yang bisa menjadi dokter dengan pelukan penyembuh ternyaman
Ibu yang bisa menjadi operator dengan segala pilihan arahan hidup
Ibu yang bisa menjadi wakil presiden di rumah dengan undang-undang tersendiri
Ibu yang bisa menjadi pesulap hebat dengan ingatannya tentang apapun
Ibu yang bisa menjadi ensiklopedia dengan semua pengetahuan yang dimiliki
Ibu yang bisa menjadi motivator dengan segala inspirasi dan motivasi yang diberikan
Ibu yang bisa menjadi designer dengan segala ide tentang fashion
Ibu yang bisa menjadi segala yang diperlukan keluarganya ketika dibutuhkan,
yang tak mampu ditulis satu-persatu.

Terimakasih bu,

Selamat hari ibu.

Aku sayang ibu. Selalu.

 




Sincerely,


Your oldest children.


Teruntuk Kamu Yang Akan Melewati Hari-hari Denganku

Wednesday, November 20, 2013




Ketika suatu hari nanti aku menunduk melemah
Aku mohon,
Rengkuh aku lebih dalam lagi
Kedalam pelukanmu yang sesungguhnya menenangkan

Ketika suatu hari nanti aku melepaskan tanganmu dari milikku
Aku mohon,
Perlahan dekati aku dan tanyakan mengapa
Karena seringkali tanganku terlalu lelah menggenggam

Ketika suatu hari nanti aku perlahan menjauh dari langkahmu
Aku mohon,
Jangan hanya berdiam diri dan melihatku berjalan tertatih
Aku terkadang menjadi alfa untuk sadar bahwa kamu berada di sisi

Ketika suatu hari nanti aku berkata bahwa aku lelah
Aku mohon,
Ingatkan aku pada setiap alasan untuk memulainya
Ketika aku memilihmu, dan hanya kamu

Ketika suatu hari nanti aku tak dapat melihat masa depan
Aku mohon,
Bantu aku untuk percaya bahwa akan selalu ada keajaiban
Untuk mereka yang percaya bahwa setia bersama itu menguatkan

Ketika suatu hari nanti aku menangis dihadapanmu
Aku mohon,
Upayakan segala cara untuk mengembalikan senyumku
Karena hanya kamu yang bisa

Ketika suatu hari nanti aku sudah kembali bisa percaya
Aku mohon,
Jaga sekuatmu dengan segala mampumu
Jangan membuatku merasa kembali terluka untuk pernah percaya

Teruntuk kamu yang akan melewati hari-hari denganku
Terimakasih untuk mencoba mendengarkan dan mengerti
Karena apapun situasinya nanti
Kamu akan selalu bisa meredakan aku
Dan selama kamu menginginkan, aku akan berusaha untuk tetap tinggal.




Tertanda,



Aku.






Kenyataan dari dua sisi.

Sunday, October 13, 2013

SANG WANITA

Cerita ini bermula dari sebuah keputusan final yang aku buat beberapa bulan sebelumnya. Karena entah sekarang atau nanti, bila memang kenyataan tetap berjalan seperti ini, aku tau bahwa memang sudah seharusnya berakhir dari awal.

2 bulan yang lalu.

Mama nanya, kapan kamu mau melamar aku ? Atau kita hanya akan begini aja terus ?” Aku bertanya padanya, lelaki yang sudah 5 tahun belakangan ini mengisi keseluruhan rongga hatiku.

Tapi sayangnya dia hanya tersenyum dan tertawa. Baginya mungkin ini adalah pertanyaan konyol, tapi sayangnya aku benar-benar merasa sedang gamang. Aku mulai gusar akan tingkahnya, tetapi berusaha aku tahan demi hubungan kami.

1 bulan kemudian.

“Kamu dimana ? Aku jemput ya ?” Aku membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang, lelaki yang dulu pernah mengisi hatiku, dulu, 7 tahun yang lalu.

Kini dia kembali datang ke dalam kehidupanku, berdiri tepat di saat aku dan lelakiku sedang memiliki jarak dalam keheningan. Lelakiku, dia adalah seseorang yang memiliki segudang kegiatan. Dia sangat suka membingkai moment dalam balutan tekhnik fotografi, begitu juga aku. Meski passion kami sama, tapi ternyata tidak dengan pandangan hidup. Sekarang aku dan dia memiliki prioritas sendiri, aku hanyalah wanita biasa yang memimpikan bisa menghabiskan sisa hidupku bersamanya, tapi mungkin dia sedang tidak berpikir ke arah sana.

Aku terkadang menghabiskan beberapa waktuku dalam canda ataupun cerita sehari-hari bersama orang lain, ketika lelakiku sedang tidak mampu membagi waktunya untukku. Entah sudah berapa kali dia membuatku menunggu untuk merealisasikan semua janji-janji dan waktunya untukku. Aku berusaha mengerti kesibukannya, mengerti bahwa dia sedang mengejar mimpi-mimpinya, mengerti bahwa rupanya aku harus belajar lebih jauh untuk mengerti tentang dirinya.

Hingga suatu malam, di malam pentingnya, aku tak mampu lagi membendung rasa gelisah yang beberapa malam ini aku simpulkan akhirnya. Aku memutuskan dengan segenap rasa.

Aku sudah berulang kali mencoba mengerti tentang kamu. Tentang hubungan kita. Tapi aku rasa kita memang sudah cukup sampai disini. Aku gak bisa lagi begini terus.”
“Kenapa ? Aku salah apa ? Kamu jangan bercanda dong.” 
“Aku gak bercanda. Aku udah capek.” 
“Aku mohon pengertian kamu kali ini, aku benar-benar sedang berjuang.” 
“Aku sudah seringkali mengerti, dan aku rasa, ini saatnya kamu yang mengerti tentang keputusan yang aku ambil.”

Setelah aku mengucap kalimatku, kini hanya hening yang melingkupi kami berdua. Seakan bermain dengan pikiran masing-masing. Sakit memang, karena bagiku 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menghabiskan hari-hari dengan seseorang yang sama. Tapi aku hanya tidak bisa lagi menerima janjinya untuk sedikit saja memberikan waktunya untukku. Aku sudah terlalu lama menunggu, kini meski dia acap kali memintaku kembali. Aku hanya membutuhkan waktu dan pembuktian darinya. Karena aku hanya wanita biasa yang membutuhkan kepastian, ketika kegamangan merasuk. Aku butuh dia menenangkan, dan kali ini, upayanya untuk meyakinkan telah kalah oleh perasaan letihku.


SANG LELAKI

Bolehkah aku sedikit bercerita untuk melepaskan rasa yang sedang aku rasakan ? Cerita tentang seorang lelaki yang kini sedang terdiam, dihantam oleh kenyataan.

Aku mengenal dia, seorang wanita yang mampu membuatku menjadikannya satu-satunya dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini. Dia sangat mampu membuatku merasa nyaman, merasa bahwa aku juga hal satu-satunya yang dia inginkan untuk sisa hidupnya. Aku ternyata telah berada didalam zona nyamanku, bersama dia.

Pekerjaan yang juga telah bermula dari hobiku dalam membidik gambar, waktu yang tak tentu entah kapan aku harus menjelajah ataupun sekedar melepaskan penat ketika terlalu lelah mencari informasi diluar sana. Itulah kehidupanku akhir-akhir ini. Tetapi meski rasa penat ini seringkali menggodaku untuk berputus asa, aku tau bahwa ada seorang wanita yang membutuhkanku untuk bekerja lebih keras lagi dari sekarang, untuk kehidupanku bersamanya kelak.

Maaf ya, aku dapat telepon dari atasan untuk kesana. Ada berita penting masalahnya. Acara kita diganti minggu depan aja gakpapa kan ?”

Kalimat yang berbeda dengan maksud yang sama seringkali aku lontarkan kepadanya, ketika pekerjaanku menuntutku untuk hadir. Entah untuk keberapa kalinya, tapi aku tau dia akan segera mengerti bahwa ini bukan hal main-main. Aku tau dia akan mengerti, bahwa ini adalah tanggung jawabku. Aku tau dia akan mengerti, bahwa akan ada saatnya nanti waktuku hanya akan menjadi miliknya seorang. Aku tau dia akan mengerti dan menungguku kembali.

Beberapa bulan yang lalu

“Aku serius ini, mama nanya ke aku. Aku bingung harus jawab apa.”
Diawali dengan pertanyaannya yang singkat, kemana hubungan kami akan dibawa selanjutnya. Orang tuanya ingin aku segera melamarnya, mungkin. Tapi aku hanya bisa tertawa, karena bagiku tentu saja aku akan menghabiskan waktuku kelak bersamanya, tapi tidak sekarang. Aku belum siap.

Kini.

Aku bingung harus bagaimana mengatakannya, aku terkejut dengan kenyataan yang ada. Aku baru tau bahwa beberapa waktu belakangan ini seseorang yang dulu pernah ada dihidupnya, kini kembali merasuk dipikirannya, dihari-harinya. Geram, kesal, emosi, entah apa yang harus aku tumpahkan dihadapannya. Bagaimana bisa lelaki itu kembali hadir, ketika nyatanya hanya aku yang seharusnya mengisi hari-harinya. Meski aku tahu, bahwa lelaki itu cukup pandai memanfaatkan kelemahanku, dia sanggup memberikan waktu dan menjanjikan kepastian yang nyata, ketika aku tidak mampu memberikannya kepada wanitaku.

Hingga akhirnya aku tidak mampu berkata, ketika wanitaku memutuskan sesuatu yang benar-benar membuatku tersontak hebat.

“Aku sudah seringkali mengerti, dan aku rasa, ini saatnya kamu yang mengerti tentang keputusan yang aku ambil.”


Dia memilih pergi. Memilih menyudahi semua cerita yang kami miliki beberapa tahun terakhir. Aku berusaha sebisa mungkin meyakinkannya, bahwa aku dan dia memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya. Ternyata rasa nyaman dan anggapanku bahwa dia akan selalu mengerti, telah mampu membuatku terlalu percaya diri, dan kini kehilangan seseorang yang begitu berarti.





Nb :  Terinsipirasi dari kisah nyata seorang senior sekaligus sahabat, dengan beberapa perubahan alur. Be tough, dude.



Cerita di akhir bulan september.

Monday, September 30, 2013

Hello septembeeeerrrr!
Am I (too) late to post something in this month ?

Tanganku masih kaku untuk menulis cerita, mungkin karena memang nuansa post sebelumnya yang membuatku agak terlalu malas untuk kembali bercerita. Tetapi gelitik manis oleh kata memang selalu memiliki sihir tersendiri, yang mampu membuatku akan selalu kembali.

Bulan ke Sembilan yang penuh dengan banyak cerita, tawa, tangis dan haru. Bulan yang memiliki ceritanya sendiri. Bulan yang akan selalu berbeda setiap tahunnya. Bulan yang mungkin saja tahun depan, akan memiliki kejutannya sendiri.

Untuk beberapa orang, bulan September memiliki arti yan berbeda. Entah terlalu special karena adanya hari ulang tahun, terlalu menyedihkan karena adanya cerita yang tak sepatutnya dikenang, atau terlalu membahagiakan karena  adanya pertemuan dengan mereka yang berarti. Buatku ? Setiap bulan selalu memiliki ‘jalannya’ sendiri, and I try to have fun with those things which happen.

Jadi, bolehkah aku sedikit menulis cerita kali ini ?

A story from september.

Hembusan angin mengalun lembut diwajahku, masih di suasana petang yang aku suka. Ketika matahari kembali ketempat persembunyiannya, karena mungkin terlalu lelah berdiri menjadi satu-satunya. Matahari yang selalu ada, namun tak peduli berapa banyak yang menyindirnya karena keberadaannya yang terlalu terik, atau mengacuhkannya karena mereka (sok) tau bahwa esok ia akan kembali hadir. Matahari yang pergi namun ia akan selalu pasti datang kembali untuk saat ini. Iya, matahari yang sama yang aku dan kamu miliki.

Petang ini adalah yang terakhir yang aku miliki di bulan September, bulan yang menurutmu adalah bulan yang indah, karena dibulan ini kamu dilahirkan. Bertubi ucapan dan doa diucapkan tak henti dari semua yang menyayangimu. Meski kekesalanmu akan habisnya uang yang kamu kumpulkan untuk mentraktir teman-temanmu, tapi kamu akan selalu kembali tersenyum malu ketika mereka menyerukan “selamat ulang tahun” dihadapanmu. Semoga kamu sadar, bahwa doa ,ucapan dan kehadiran mereka yang tulus untukmu tidak akan pernah bisa ternilai harganya. Tidak akan pernah.

Ah, ternyata aku mengenang kembali tentang bulan September yang sebelumnya. Begitu berbeda dengan September kali ini. Aku kembali mengenang dengan sembari menyeruput cokelat hangat yang aku punya. Aku duduk sendiri memandangi jendela dari sebuah sudut tempat  biasa aku melepaskan rasa ketika terlalu lelah untuk mengingat.

Sudah saatnya aku tidak perlu lagi mengingat kembali rasa ditiap bulan di tahun yang berbeda, karena aku percaya bahwa otak dan hatiku memiliki kotak sendiri. Iya, kotak kenangan. Dimana akan selalu tersimpan rapi setiap kenangan yang entah aku suka maupun tidak. Mungkin saja suatu saat nanti aku akan mengenang dengan tawa semua hal yang pernah terjadi, bersama dengan mereka yang aku sayangi atau untuk diriku sendiri. Layaknya sebuah foto yang merekam segalanya dalam diam, begitu juga aku.

Perubahan yang terjadi yang tidak pernah aku harapkan adanya, akan selalu menjadi hukum tetap di dalam hidup. Meski itu memang sangat menyebalkan. Karena aku terkadang terlalu malas untuk melangkahkan kaki  keluar dari zona nyamanku, aku masih ingin bergelung mesra dengan kenangan manis. Hingga akhirnya aku terbangun oleh rasa pahit. Lagi.

Tuhan selalu punya cara yang entahlah aku bingung mendeskripsikannya. DIA sangat-sangat jahil. But, he never leave me with empty-handed, he always do that. DIA mendorongku menjauh dari rasa nyaman dan membuatku terkejut dengan semua kenyataan yang aku terima dengan bertubi-tubi, tapi DIA tak lupa menuntunku ke tepi ,dimana ada kehangatan untukku kembali dan meletakkan segala lelah. DIA telah menyiapkan segalanya, membangun sebuah rumah yang nyaman untuk ku sekedar menumpahkan tangis apalagi melepaskan tawa bahagia. Rumahku yang lain, ketika aku terlalu jauh melangkah ketika pergi. Rumah itu memiliki tempat terbaik yang selalu aku suka keberadannya, bagaikan pundak sahabat yang selalu ada ketika aku membutuhkan. Ada bingkaian foto cantik yang ketika memandangnya membuatku nyaman, bagaikan kehadiran sahabat didekatku untuk berbagi cerita. Dan penghangat ruangan yang terlihat rapuh namun terlalu kuat untuk dihancurkan, bagaikan pelukan sahabat yang memapahku dari rasa sakit, begitu menenangkan.

Untuk mereka yang menemaniku, tempatku kembali, tempatku bercerita, tempatku meneduh, tempat yang mengingatkanku tentang kuasa Tuhan dan membuatku percaya bahwa setia itu nyata.

Terimakasih untuk kehadirannya. Untuk menjadi keluarga kecilku di lain tempat. I really thank to God for your presence. May God always bless your step, no matter where and when. Always. Love you guys!



Thank you Aisyah Nur Azizah & Maria Priscilla buat temenan LDR-an dari Depok - Jakarta - Tangerangnya.


 Thank you Elia Christo Rinaldo Simanungkalit buat "tamparan" sekaligus "sabar" nya buat dengerin keluhan-keluhan tanpa akhir. Kita bisa tetap cerita tanpa beban kan ?


Thank you million Nazlia Mashyur (sampe sekarang masih suka typo), Tri Kusuma Astuti, Isti Februari Afifah, Emile Ratna Hidayati dan Nanda Tinahadi buat the greatest moment selama 4 tahun dan semoga akan begini seterusnya.


By the way, Happy 1st Us Anniversary Maria Priscilla. 






Dari yang bersyukur dapat mengenal kalian sebagai sahabat,



Myta.

               


Setahun yang lalu dan setelahnya.

Wednesday, August 21, 2013





Setahun yang lalu.
Tepat setahun yang lalu.
Pertahanan yang sudah sedemikian mulai dibangun, mulai kembali goyah.

Setahun yang lalu.
Tepat setahun yang lalu.
Seseorang yang sangat berarti kembali datang, tanpa diundang, tanpa diminta.

Setahun yang lalu.
Tepat setahun yang lalu.
Dan seharusnya semua tidak dimulai lagi. Dibiarkan tetap menjadi seperti sebelum setahun yang lalu. Mungkin semuanya tidak akan menjadi seperti ini. Tidak akan ada lagi serangan hebat di hati. Tidak akan ada lagi kepercayaan diri terhadapnya. Tidak akan ada, dan seharusnya memang tidak ada lagi.

Terlalu lelah berbicara tentang kepercayaan. Karena sudah berkali-kali kepercayaan menjadi layaknya barang yang bisa sesegaranya terganti menjadi lebih baik lagi, bagimu. Tapi sayangnya, tidak bagiku. Aku terlalu lelah untuk terus membangunnya kembali, ketika alasanku untuk percaya adalah alasan yang sama untuk tidak lagi ingin melakukannya. Kamu.

Setahun setelah yang lalu.
Tepat di hari ini.
Keputusan penting telah aku ambil. Hal besar telah berani aku lakukan. Begitu juga dia.

Setahun setelah yang lalu.
Tepat di hari ini.
Aku akan kembali memperbaiki kepercayaanku, bukan untuknya. Tapi untuk orang yang lebih pantas lagi. Akan kembali terserang rindu yang begitu hebat, tapi berusaha untuk mengalihkannya. Akan kembali ingin segera berlari memeluknya, tapi berusaha untuk menahan langkah. Akan kembali merasakan ada yang hilang, tapi berusaha untuk mengisinya kembali, nanti. Akan menutup buku yang memang seharusnya tidak pernah aku baca kembali. Karena meski kali ini di akhir yang tidak sama, tapi ada sakit yang tidak jauh berbeda.

Setahun setelah yang lalu.
Tepat di hari ini.
Ada airmata yang menggantung dan tak sengaja mengalir kembali, ketika akhirnya memutuskan.
Ada keihklasan yang berusaha masing-masing lakukan untuk kehidupannya. Ada.

Ini awal, bukan akhir.
Bismillah.









The end.

Start from now, I'm gonna miss him more than yesterday, but I'll be allright. Bismillah.

Maaf, bila masih berkisar tentangmu.

Friday, August 02, 2013

Sebelumnya, maaf bila tulisan ini masih berkisar tentangmu.
Tuhan, maaf bila aku telah lancang kembali memutar ingatan, yang harusnya aku endapkan di masa yang telah lalu.





Tulisan ini tercipta kala aku meradang tentang ingatan yang lalu. Ketika harusnya aku telah berpijak pada landasan masa depan. Bukan karena ingin kembali dan menetap, hanya ingin mengunjungi dan berkata, "Apa kabar hidupmu tanpa aku ?"

Maaf bila mungkin rasa ingin tauku masih besar, tentang hidupmu.
Maaf bila mungkin masih ada rasaku yang berputar di sekelilingmu.
Maaf bila mungkin keyakinan yang ada belum bisa pulih, karenamu.
Maaf bila mungkin hidupku masih berkisar tentangmu.

Tentang hidupku harusnya bisa lebih baik daripada ini, tapi bukannya aku tak berusaha, tapi memang aku masih tertatih kali ini. Menyembuhkan dan membuat hidup kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya itu susah ya ternyata, aku tidak mampu membayangkan bagaimana rasanya bila "rasa sakit" itu lebih dalam lagi. Benar-benar aku tidak mampu.

Aku sedang berdiri menghadap kenyataan, bahwa kamu sudah tidak lagi harusnya berada di dalam masa depanku. Itu menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan lagi, kala aku harus menyadari bahwa meskipun kamu diijinnkan untuk tetap ada, kamu tak akan pernah bisa sepenuhnya berjanji untuk selalu menetap.

Suara di luar sana, riuh rendah mengingatkanku, memanggilku, menyadarkanku bahwa harusnya aku tersadar dan kembali berjalan. Hingga pada suatu hari aku merasa terlalu letih untuk mengikuti suara yang berpendar jelas di sekelilingku. Aku lupa bahwa aku sedang berjalan dengan separuh hati. Aku lupa bahwa sesungguhnya aku butuh untuk beristirahat sejenak.

Aku butuh didengar tidak hanya oleh mereka, namun juga oleh mu. Aku disini berusaha berdiri berpegang pada kenyataan yang bersisi tajam. Bisakah hanya coba mendengarkanku sejenak ? Aku butuh diyakinkan bahwa aku sedang baik-baik saja, bahkan saat delusionalku tentangmu sedang bermain tanpa henti. Aku butuh digenggam, dihangatkan oleh pelukan, bahkan ketika aku merasa bahwa hatiku sudah terlalu dingin untuk mengenali hal-hal baru.

Aku tau jalanku harusnya kedepan. Aku tau harusnya aku mengacuhkan bukan tentang masa yang akan datang. Aku tau sedang ada yang menungguku siap untuk kembali membuka hati. Aku tau. Tapi yang aku tidak tau, entah kapan aku sebenarnya benar-benar siap. Karena sesungguhnya kakiku masih bergetar ketika melangkah, hatiku masih meneteskan rasa perih dan telingaku terkadang masih tidak bisa menerima janji yang lebih baik. Dan mataku ? Masih butuh melihat mata seseorang yang mampu membuatku percaya, bahwa dunia kecilku telah kembali.

Fana itu memang untuk dunia. Selama ada kamu. Akan selalu begitu.

So, can you let me feelin' okay when I'm actually (not) okay ?






Tanggal kedua di bulan agustus. Mengakhiri si tanggal satu.



Perempuan itu dan tempat ternyamannya

Friday, July 19, 2013





Kakinya melangkah gontai menuju suatu tempat yang menjadi tempat favoritnya di sebuah pusat perbelanjaan, atau mungkin dimanapun. Tempat penenangnya kala tidak tau harus kemana. Dikelilingi oleh jutaan buku, dan itu membuatnya merasa tidak sendiri.

Ada banyak kenangan yang tertinggal disana. Iya. Di toko buku yang sedang ia kunjungi. Pertama kalinya ia bertemu seseorang, yang pernah mengisi hari-harinya. Pertama kalinya pula ia tahu bahwa kedepan hidupnya tidak akan sama lagi. Pertama kalinya ia merasa rumah bukan hanya tempat yang selalu tenang, tapi bisa ia temukan dimanapun, bahkan ditengah keramaian. Pertama kalinya ia bisa memilih yang ia mau. Pertama kalinya ia berkata pada dirinya bahwa ia akan selalu kembali. Pertama kalinya, ia jatuh cinta dengan segala yang telah ada, namun semoga ini tidak menjadi yang terakhir baginya.

Perempuan itu masih perempuan biasa yang sangat suka menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk memilih beberapa buku terbaiknya. Untuk di baca dan di bawa pulang. Masih saja perempuan itu, perempuan yang berharap bisa menemukan seseorang untuk bisa menemaninya berkeliling di sana. Seseorang yang bisa menjadi tempatnya berdiskusi tentang buku yang sedang ia pilih. Karena terkadang, perempuan itu terlihat bagaikan seseorang yang linglung, terlalu banyak pilihan memang seringkali membuatnya gamang untuk menentukan pilihan. Meski pada akhirnya ia harus memilih yang terbaik.

Cerita di balik sebuah buku menjadi salah satu syarat pemikiran matangnya untuk memilih. Perempuan itu tidak mau lagi tertipu oleh kemasan luar sebuah buku, karena beberapa kali ia merasa tertipu hanya karena sesuatu yang manis diluar tetapi di dalam tidak ia temukan cerita yang menarik. Cerita yang mampu membuatnya tak berhenti menatap, meski ia tau matanya letih untuk membaca. Cerita yang mampu membuatnya bertahan untuk menggenggam, meski ia tau bahwa ia butuh istirahat meski sejenak. Jadi, “Don’t judge a book by it’s cover” mungkin bisa dipertimbangkan ke absahannya.

Pilihan mulai dari yang berada paling dekat dengannya hingga berada di rak paling belakang, membuatnya harus memutar langkah hingga mencapai rak paling akhir. Masih saja perempuan itu membolak-balikkan buku atau halaman yang tertera di hadapannya. Memilah dengan teliti.

Perempuan itu sangat suka toko buku. Masih suka hingga sekarang. Bawa ia kesana dan ia bagaikan seorang putri yang menemukan tempat rahasianya. Bagaikan seseorang yang menemukan tempat ternyamannya untuk singgah. Tak pelak terkadang ia terlihat sedang tersenyum ketika membaca cerita yang lucu, atau merengutkan dahinya untuk mengartikan cerita lainnya. Baginya memilih buku yang terbaik dan pantas untuk dibaca itu tidak mudah, butuh proses sebelumnya. Begitu pula dengan hidup, bukan ?

Impian selanjutnya adalah menemukan seseorang yang tepat untuk ia ajak singgah di tempat rahasia sekaligus tempat ternyamannya. Seseorang yang mungkin saja ia cari bagaikan memilih buku terbaiknya, di sebuah toko buku. Toko dengan segudang kisah.







Masih tentang perempuan itu.

Thursday, July 18, 2013

"Harus memulai kembali dari awal. Harus bisa, dan pasti bisa." Ucap perempuan itu lirih di sela helaan nafasnya yang berat.

Belaian angin malam seringkali menemani kehidupan malam sang perempuan. Berbekal segelas cokelat hangat dan laptopnya yang menyala. Kembali ia menumpahkan rasa yang ia miliki kedalam jurnal hariannya. Perempuan itu hanya perempuan biasa yang sangat mencintai dunia menulis. Ceritanya tentang masa lalu, kini dan impian yang akan datang, menjadi cerita yang berbeda dan bermakna untuknya. Baginya cerita tentang kehidupan itu seperti rasa permen, bermacam-macam, dan tak akan pernah cukup waktu untuk merasakannya.

Perempuan itu selalu bermimpi tentang seseorang, yang suatu saat nanti bisa menemaninya menghabiskan hari untuk bercerita tentang banyak rasa dan berakhir dengan membaca cerita yang pernah ia tuliskan. Baginya seseorang yang ia akan cintai kelak, harusnya adalah seseorang yang mencintainya beserta cerita-ceritanya. Tak peduli bagaimana bodohnya kisah itu.

"Kalau dia saja tidak bisa mencintai goresan tanganku, bagaimana dia bisa mencintai asal muasal cerita itu terbentuk ? Diri dan seluruh hidupku." Perempuan itu menjawab dengan tenangnya, ketika seseorang bertanya mengapa ia memiliki kriteria seperti itu.

Seringkali perempuan itu bercerita tentang pahitnya menunggu dan tertatihnya ketika bangkit dari luka. Bukan karena ia senang mengungkap aib hatinya, tapi ia hanya ingin merasa bebas dan menghargai rasa sakit yang telah menyempatkan diri untuk singgah dalam cerita kehidupannya. Entah sudah berapa banyak lembar kehidupannya ditemani oleh isak tangis dan bulir air mata yang menetes. Tapi ketika akhirnya ia bersimpuh dalam sujud dan mengangkat tangannya dihadapan sang Maha Pencipta. Perempuan itu tahu, bahwa dirinya masih mampu untuk berdiri kembali.

Janji manis dan kejadian menyenangkan dalam hidup ? Tentu saja perempuan itu masih membingkainya dengan hangat di setiap sudut otaknya. Tawa yang terselip dan membuncah hebat ketika apa yang perempuan itu impikan satu persatu menjadi nyata. Bukan hanya karena usahanya sendiri, tapi banyak orang-orang yang bahkan tidak dia duga sebelumnya, mampu membantunya mewujudkan itu. Campur tangan Tuhan ? Tentu saja selalu ada. Hangatnya pelukan mereka yang menyayangi perempuan itu, seakan menjadi bahan bakarnya untuk selalu tetap tersenyum, meski air mata menggantung ingin segera mendobrak keluar.

Masih tentang perempuan itu. Masih tentang kesukaannya menulis tentang apapun. Masih tentang helaan napasnya yang seringkali tak teratur, ketika terlalu emosi dalam menggoreskan kisahnya. Masih tentang harapannya dalam mencari seseorang yang ingin duduk disampingnya dan menghabiskan waktunya untuk bertukar rasa, dan tak bosan membaca cerita-ceritanya.






The best thing I never had - Beyonce






What goes around comes back around (hey my baby)What goes around comes back around (hey my baby)What goes around comes back around (hey my baby)What goes around comes back around (hey my baby)
There was a timeI thought, that you did everything rightNo lies, no wrongBoy I, must’ve been outta my mindSo when I think of the time that I almost loved youYou showed your ass and I saw the real you
Thank God you blew itThank God I dodged the bulletI’m so over youSo baby good lookin’ out
[Chorus]I wanted you badI’m so through with itCuz honestly you turned out to be the best thing I never hadYou turned out to be the best thing I never hadAnd I’m gon’ always be the best thing you never hadI bet it sucks to be you right now
So sad, you’re hurtBoo hoo, oh, did you expect me to care?You don’t deserve my tearsI guess that’s why they ain’t thereWhen I think that there was a time that I almost loved youYou showed your ass and I saw the real you
Thank God you blew itThank God I dodged the bulletI’m so over youBaby good lookin’ out
[Chorus]I wanted you badI’m so through with itCuz honestly you turned out to be the best thing I never hadI said, you turned out to be the best thing I never hadAnd I’ll never be the best thing you never hadOh baby I bet sucks to be you right now
I know you want me backIt’s time to face the factsThat I’m the one that’s got awayLord knows that it would take another place, another time, another world, another lifeThank God I found the good in goodbye
[Chorus]I used to want you so badI’m so through it thatCuz honestly you turned out to be the best thing I never hadYou turned out to be the best thing I never hadAnd I will always be the, best thing you never had.Best thing you never had!
I used to want you so badI’m so through it thatCause honestly you turned out to be the best thing I never hadOh you turned out to be the best thing I never hadOh I will never be the best thing you never hadOh baby, I bet it sucks to be you right now
Goes around, comes back aroundGoes around, comes back aroundBet it sucks to be you right nowGoes around, comes back aroundBet it sucks to be you right nowGoes around, comes back aroundBet it sucks to be you right now




NB : Dear, you. Remember a thing, what goes around, comes back around. ;)



Hello, dad. Happy Birthday!

Sunday, July 14, 2013




Jambi, June 11st, 2013.

I’m standing there. In front of my home. Yes, home. When there’s no one who knows that I’m come back from my place. Except my sister and one of my friend who already join in my plan to pick me up at airport. I’ve already prepare everything for…. A few days before. I’ve the present and cake.

So, I say many thanks to all of you who help me to prepare about everything. For him.

He is my everything, even sometimes I’m can not accompany him in his birthday and give him any present strightaway. Usually, I’ll give him something later. Because, I can not meet up with him immediately.

But this year. In 2013. I just want to give him something in unpredictable way. I want to give some “happiness” with my hand directly. I want to accompany him at his birthday. As simple as that.

I want to show, how precious he is. For me.
Even sometimes, his action and decision making me confused and mad.
Even sometimes,  Maybe always, I can’t say how much I love him.

Because he is my man, and he always be. No matter, if someday there is a man who come and take me away from him. I’ll always coming back to him, again and again.

Well, sorry for my late post.


But, (still) Happy Birthday, AYAH!











Teruntuk kamu, aku. Kita.

Saturday, June 01, 2013





Teruntuk kamu yang mencintai dengan seluruh hatinya,

Kamu sebenarnya tidak akan pernah sepenuhnya tau, apakah dia juga tengah mengerahkan seluruh hatinya untuk berbalik mencintaimu atau tidak. Kamu hanya bisa memberikan tanpa bisa mengharap sebaliknya.  Hatimu hanya satu, ketika kamu hanya memberikan setengah saja telah mampu membuatmu terluka parah karena kenyataan, apalagi ketika seluruhnya ?

Teruntuk kamu yang memperjuangkan atas nama cinta,

Sudahkah kamu merasa dia pantas untuk kamu perjuangkan dengan sebegininya ? Ketika di luar sana masih banyak yang mestinya kamu perjuangkan terlebih dahulu. Banyak yang sesungguhnya lebih butuh dengan kehadiranmu. Buka matamu, ini bukan hanya tentang dia. Sadarkah kamu ?

Teruntuk kamu yang mempertahankan tanpa peduli apapun,

Kamu tau bahwa dia memang memperjuangkanmu, awalnya. Hingga akhirnya kamu merasa dia pantas di pertahankan. Entah karena memang sudah seharusnya, atau karena kamu takut tidak mampu menemukan “dia” yang lain di luar sana ?

Teruntuk kamu yang menyianyiakan tanpa takut menyesal,

Waktumu terus berjalan, begitu juga dengan mereka yang mengelilingimu. Terbiasa di terima kembali, seakan menjadi alasan ternyamanmu untuk berpikir, “Masih ada esok hari”. Hey, kamu tidak tau apa tidak mau tau, bahwa sesukses dan sehebat apapun kamu nanti, ‘Rumah’ adalah tempat senyaman-nyamannya kamu kembali. ‘Rumah’-mu yang biasa tempat kembali mungkin suatu saat akan berpindah kepemilikan, atau hancur karena terlalu sering kamu sia-siakan keberadaannya. Hanya waktu yang bisa membuktikan. Jadi mengapa harus menunggu hilang, baru menyadari keberadaan ?

Teruntuk kamu yang terbiasa menunggu tanpa lelah,

Hidupmu tidak harusnya tentang menunggu sesuatu yang entah pasti akan datang kembali atau tidak. Hidupmu terus berjalan, entah kamu menyadarinya atau tidak. Perjalananmu masih panjang. Tak lelahkah kamu berdiri diambang ketidak pastian ? Tak inginkah kamu menemukan sesuatu yang mungkin saja menjadi alasan barumu, untuk lebih mensyukuri hidup ?


Teruntuk kamu, aku. Kita yang seringkali mengabaikan diri sendiri ketika merasa nyaman terhadap satu hal, yang entah sadar atau tidak telah menyakiti dirinya dengan perlahan,

Pusat kendali hidupmu adalah dirimu sendiri. Jangan biarkan ‘dia’ yang dicintai dengan seluruh hati, diperjuangkan atas nama cinta, dipertahankan tanpa peduli apapun, hingga seringkali menyianyiakan tanpa takut menyesal  karena terbiasa kita tunggu itu, menjadi satu-satunya alasan mengapa sekarang kamu lupa mensyukuri hidup yang sudah Tuhan berikan.

Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menunjukkan kepadamu, apakah ‘dia’ adalah yang Tuhan inginkan untuk tetap terus tinggal dan berada di hidupmu.





We met with somebody for a reason; either they’re a blessing or a lesson" – Anonim.









Nb : Dedicate to first of June. Hello, June :)



Antara kamu dan kejujuran.

Sunday, May 26, 2013


Ketika aku mulai merangkum kata demi kata di halaman ini, aku tau kalau suatu saat kamu akan membacanya. Mungkin hari ini, besok atau nanti.




Bila aku berkata ingin meminta semua janjimu kepadaku yang hingga kini masih aku ingat jelas, bagaimana ?

Saat kamu berjanji bahwa kamu akan mencoba menemani aku disaat susah maupun senang.

Saat kamu berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Saat kamu berjanji untuk tidak meninggalkan tanpa alasan.

Karena aku sadar setiap hal memiliki alasan tersendiri untuk dilakukan, lalu bagaimana denganmu ? akankah alasanmu untuk tidak ada disaat aku membutuhkanmu itu, harus aku terima ? Akankah alasanmu ketika mengulangi kesalahan yang sama, harus aku maklumi lagi ? Akankah alasanmu untuk kembali menghilang tanpa alasan yang pasti, harus aku telan kembali tanpa ragu ?

Anggukan dari kepalaku, bukan hanya pertanda bahwa aku menyetujui semua kata-katamu. Terkadang itu berarti bahwa aku tidak mampu menggelengkan kepala dan berkata “Jangan berkata yang kamu tau, akan sangat bisa kamu ingkari nantinya.”

Senyum dari bibirku, bukan hanya pertanda bahwa aku bahagia mendengar semua kata-katamu. Terkadang itu berarti bahwa aku sudah tidak bisa mewakilkan kata terbaik untuk menanggapinya, hanya terpikir “Entah ucapanmu ini harus aku percaya atau tidak.”

Ketika memang kamu tidak mampu memenangkan keadaan dengan tidak membuatnya tenang, minimal jangan membuatnya makin tak karuan, dengan membuatku merasa bahwa adanya kamu akan membantu semuanya menjadi lebih baik. Bila pada kenyataannya, bahkan kamu tidak pernah berusaha untuk ada, atau benar-benar ingin ada dengan seluruh hatimu. Di sini, di sisi.

Ragamu yang terbagi saja hingga kini tidak mampu aku bayangkan, apalagi hatimu ?

Ha ha ha. It’s totally funny. How could someone who always promise to do the right things and won’t make us disappointed is the one who intuitively break their promise ?
Could you see the knavery of your words ?

Jadi, tolong pertimbangkan setiap kalimat yang kamu ucapkan kepadaku. Semesta saja selalu mendengar meski itu dengan lirih. Apalagi aku yang berada di hadapanmu. Menjadi satu-satunya pendengar setia dari kata-katamu, yang entah nantinya bisa kamu pertanggung jawabkan kebenarannya atau tidak kepadaku.

Aku hanya tidak tau, selama apa hati dan pikiranku sanggup bertahan. Hingga nanti akan ada saatnya aku benar-benar tidak akan mau tau lagi, tentang semua alasan yang kamu berikan. Semoga bukan ketika saat itu datang, kamu mengungkapkan kenyataannya.








Seseorang yang menunggu kejujuran terlontar karena sepenuhnya inginmu,



Aku.





 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS