Teruntuk kamu, aku. Kita.

Saturday, June 01, 2013





Teruntuk kamu yang mencintai dengan seluruh hatinya,

Kamu sebenarnya tidak akan pernah sepenuhnya tau, apakah dia juga tengah mengerahkan seluruh hatinya untuk berbalik mencintaimu atau tidak. Kamu hanya bisa memberikan tanpa bisa mengharap sebaliknya.  Hatimu hanya satu, ketika kamu hanya memberikan setengah saja telah mampu membuatmu terluka parah karena kenyataan, apalagi ketika seluruhnya ?

Teruntuk kamu yang memperjuangkan atas nama cinta,

Sudahkah kamu merasa dia pantas untuk kamu perjuangkan dengan sebegininya ? Ketika di luar sana masih banyak yang mestinya kamu perjuangkan terlebih dahulu. Banyak yang sesungguhnya lebih butuh dengan kehadiranmu. Buka matamu, ini bukan hanya tentang dia. Sadarkah kamu ?

Teruntuk kamu yang mempertahankan tanpa peduli apapun,

Kamu tau bahwa dia memang memperjuangkanmu, awalnya. Hingga akhirnya kamu merasa dia pantas di pertahankan. Entah karena memang sudah seharusnya, atau karena kamu takut tidak mampu menemukan “dia” yang lain di luar sana ?

Teruntuk kamu yang menyianyiakan tanpa takut menyesal,

Waktumu terus berjalan, begitu juga dengan mereka yang mengelilingimu. Terbiasa di terima kembali, seakan menjadi alasan ternyamanmu untuk berpikir, “Masih ada esok hari”. Hey, kamu tidak tau apa tidak mau tau, bahwa sesukses dan sehebat apapun kamu nanti, ‘Rumah’ adalah tempat senyaman-nyamannya kamu kembali. ‘Rumah’-mu yang biasa tempat kembali mungkin suatu saat akan berpindah kepemilikan, atau hancur karena terlalu sering kamu sia-siakan keberadaannya. Hanya waktu yang bisa membuktikan. Jadi mengapa harus menunggu hilang, baru menyadari keberadaan ?

Teruntuk kamu yang terbiasa menunggu tanpa lelah,

Hidupmu tidak harusnya tentang menunggu sesuatu yang entah pasti akan datang kembali atau tidak. Hidupmu terus berjalan, entah kamu menyadarinya atau tidak. Perjalananmu masih panjang. Tak lelahkah kamu berdiri diambang ketidak pastian ? Tak inginkah kamu menemukan sesuatu yang mungkin saja menjadi alasan barumu, untuk lebih mensyukuri hidup ?


Teruntuk kamu, aku. Kita yang seringkali mengabaikan diri sendiri ketika merasa nyaman terhadap satu hal, yang entah sadar atau tidak telah menyakiti dirinya dengan perlahan,

Pusat kendali hidupmu adalah dirimu sendiri. Jangan biarkan ‘dia’ yang dicintai dengan seluruh hati, diperjuangkan atas nama cinta, dipertahankan tanpa peduli apapun, hingga seringkali menyianyiakan tanpa takut menyesal  karena terbiasa kita tunggu itu, menjadi satu-satunya alasan mengapa sekarang kamu lupa mensyukuri hidup yang sudah Tuhan berikan.

Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menunjukkan kepadamu, apakah ‘dia’ adalah yang Tuhan inginkan untuk tetap terus tinggal dan berada di hidupmu.





We met with somebody for a reason; either they’re a blessing or a lesson" – Anonim.









Nb : Dedicate to first of June. Hello, June :)



 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS