Aku yang seringkali meng-aku-kan diri, maaf.

Sunday, September 20, 2015

"Aku kini terjatuh dan ingin mencoba untuk dimengerti. Lelah. Ingin sejenak meluruskan kaki yang berat untuk melangkah."

Berkaca pada hal yang seringkali aku hempaskan, seringkali aku mencoba untuk mendobrak rasa keterbatasan yang mengekang terlalu keras. Sakit, memang tidak terlalu. Aku masih kuat untuk menahan diri, untuk tidak tenggelam terlalu jauh. Tetapi seakan terlalu berdarah dan semakin tidak berhenti, kala aku tau bahwa dirimu malah menjauh dan menggelengkan kepala, tanda ketidak mengertian yang menjadi.

Sekelibatan masalah yang merundung di hari-hari belakangan, ah, jangan tanya pula dengan kegagalan yang menghampiri. Keambisiusanku seakan menjadi berkeping, hancur berantakan. Tak sadar, kegagalan tersebut aku jejak tanpa menggunakan alas. Tak kepalang, mengepal sudah tangan ini untuk menghentikan rasa sakit yang menggigit. Menjalar, menyetubuhi kekosongan diri. Hingga akhirnya aku terlalu diam, seakan menjadi terlalu aktif untuk tak bergeming dari peraduanku kini.

Maaf bila akhirnya aku harus melihatmu duduk terdiam mengalirkan perih, karena sikap dingin dan kata-kataku yang membuat kita tak berhenti untuk beradu kata. Air mata yang harusnya tak perlu untuk dikeluarkan oleh makhluk sepertimu, tak sengaja akulah yang menjadi pemicunya. Lelaki ini yang sedang terhempas rasa ketidakmampuan, rasa yang luar biasa mengikis rasa ketidak percayaan dirinya. Lelaki yang mencoba untuk seringkali mengangkatmu dalam keberagaman warna kata, padahal tahu bahwa dirimu tidak akan mampu tergambarkan, walaupun hanya setitik.

Aku yang seringkali meng-aku-kan diri di depan kenyataan pahit, terlalu angkuh, terlihat ingin tetap tersenyum seakan melambai bahwa semuanya baik-baik saja. Namun sebenarnya terkadang tidak mampu melihat dengan tatapan penuh harap. Berpikir bahwa tidak akan ada harapan sedikitpun disana, dengan sesungguhnya mengemban banyak sekali harapan pada kenyataan yang di tinggikan di setiap pundak diri. Berakhirlah aku dengan meracau akan ketidakmampuan diri sendiri, menyedihkan bukan ?

Tapi maaf bila aku tidak menunjukkan sisi yang berkabut ini kepadamu, kepada kalian para penonton setia hidup orang lain. Aku hanya tidak ingin menjadi salah satu pemeran utama di atas panggung perkataanmu. Tidak perlu rasa belas kasih terlalu berlebihan, aku mampu, bila aku mau. Hanya mungkin terkadang butuh jeda sedikit lebih lama untuk menjauh dan berlayar menjelajah, untuk menghangatkan diri yang mendadak membeku, atas ketidakjelasan jalan hidup yang Tuhan seringkali tetapkan. Bukan berarti aku menyerah, bukan begitu.

Teruntukmu yang kini sedang aku usahakan sebagai tempatku kembali pulang, mohon mengerti sedikit lebih banyak lagi. Untuk keadaan yang sedikit lebih baik.

Janjiku, aku akan kembali pulang, secepatnya waktu yang bahkan akan kamu syukuri pada akhirnya.









Jakarta, September 2015
Terinspirasi dari lelaki yang sedang mengumpulkan mimpi besarnya






Dari aku, yang kini sedang ingin istirahat sejenak

Saturday, September 05, 2015

Dear, you.

Seperti halnya mencintai tanpa ada batasan di balik dindingnya, ah, tidak. Bukankah cinta harusnya tak berbatas ? Tak memiliki sudut ataupun dinding yang menghalangi. Begitulah harusnya kita.

Hey, kamu. Duduklah bersamaku kini, akan ku kisahkan sedikit dari rasa sakit yang ingin tetap senantiasa memiliki. Atas nama rindu yang menggigit tapi seakan terabaikan pilunya.

Ketika akhirnya aku memilih untuk berhenti melakukan sesuatu yang sekiranya salah untuk terus di lanjutkan. Mungkin aku akan merasakan banyak keresahan, panjangnya pemikiran, membayangkan segala hal ketidaknyamanan yang mungkin saja akan terasa asing namun terasa, atas nama keterbiasaan akan kehadiran. Namun bukankah akan sedikit lebih melegakan, pada saatnya aku tidak lagi berjalan tersendat, namun melangkah lebih lebar sekiranya menghindari genangan-genangan kenangan.

Keterbiasaan akan menjadi racun ketika memang sudah menjadi darah daging pada hari-hari dalam setahun. Tapi sedikit saja ingin mengenang, bahwa mungkin kita memang membutuhkan jeda yang sedikit lebih lama daripada biasanya. Untuk saling menghangatkan hati, memantapkan diri. Bisakah kita kembali menjadi seperti apa yang pernah kita impikan kedepannya ?

Aku memilih untuk sedikit lebih tidak peduli, oh atau mungkin lebih banyak, dari biasanya. Bukan saja karena mencoba untuk mengenyampingkan rasa resah atas ketidakpercayaan. serta senantiasa sedang ingin mengenyahkan rasa ketidaknyamanan yang kini sedang aku rasakan. Juga karena aku terlalu lelah untuk mengerti lebih jauh dari biasanya.

Maaf, bila prioritas yang seringkali di bicarakan, bukan lagi tentang aku dan kamu - kita. Tapi sudah tentang aku, hidupku, dan masa depanku. Bukan karena kamu tidak lagi ada dalam list masa depan, tapi aku juga sedikit menyangsikan akankah aku ada di dalam list teratasmu ? Saat bahkan kamu tidak mendahulukan rasa nyaman yang sekiranya mampu membuatku tinggal. Catatan untukmu, rasa di pentingkan dan di dahulukan itu mahal sekali rasanya. Mewah.

Maaf, bila aku terlalu naif dalam mengutamakan rasa kenyamanan. Terasa agak sedikit janggal memang. Tapi bukankah kita akan selalu memilih tinggal pada sesuatu yang menenangkan lagi nyaman ? Maaf, bila aku merasa bahwa ke-posesif-an lelaki terhebat - ayah - terhadap diriku dari dulu, ternyata berdampak sangat besar. Dimana aku melihat beliau berusaha mengupayakan segalanya, untuk memberikan rasa terbaik yang akan atau sedang aku miliki.

Kita telah terlalu beranjak jauh lebih dewasa dari yang kita pikir, yang akan berusaha memberikan segala sesuatunya dengan pemikiran panjang. Bukan karena adanya kamu, aku akan mendadak jadi jauh lebih hebat, tapi setidaknya adanya kita mengajarkan bahwa keseriusan bermula lebih dari sekedar pelukan hangat dan canda tawa. Nyatanya dunia bukan hanya berkisar tentang kita saja, bukan ?

Karena cinta bukanlah jawaban dari semua pertanyaan, bukan pula sebuah pernyataan tunggal. Ada lebih banyak hal lagi yang harusnya di pertimbangkan lebih teliti. Karena aku berpikir kita akan berjalan jauh dan tidak mudah untuk melewatinya, tidak akan sesembarang itu kan kita dalam mempersiapkan segalanya ? aku butuh alasan yang cukup kuat untuk membuatku tetap tinggal. Karena mereka yang seserius itu, tidak akan pernah kehabisan akal untuk menunjukkan keseriusannya.

Atas nama rindu dan rasa yang ingin memiliki yang terlalu besar,
Aku yang sedang lelah, kini memilih untuk beristirahat sejenak dan mendahulukan apa yang kini sedang membuatku bahagia.
Yaitu rasa tidak berharap terlalu besar kepada makhluk lainnya.

Because falling in love with someone does not hurt you, but your expectation and that person, does.





Jakarta, September 2015
Kala kota Jambi sedang berkabut, begitupun hati.

 









Puncak Prau - Dieng #ExploreIndonesia

Monday, June 15, 2015

Liburan ke pantai ? Sudah biasa. Hal yang menyenangkan yang akan selalu aku iya-kan untuk setiap kali berliburan. Bagaimana tidak, aku sangat mencintai pantai, bahkan baru beberapa menit berpisah seakan sudah merasakan rindu akan segala hal yang ia miliki. Layaknya sepasang kekasih yang memiliki hubungan jarak jauh.

Tapi kisah untuk #TripThree kali ini sedikit berbeda, terngiang beberapa bulan yang lalu, kala sehabis liburan di beberapa pantai. Aku berucap tanpa pemikiran panjang, "Aku pengen deh nanti liburan ke gunung. Beberapa puncak sekaligus dalam #TripThree." Haha. Celotehan iseng.

Namun celotehan itu kini bukan lagi kalimat tak bermakna, hingga ketika Tuhan menjadikannya nyata. Aku yang lebih memilih membuka sepatu dan merasakan debur ombak, kini harus mengikat tali sepatu dengan lebih kencang lagi, untuk menapak jalan menuju ke puncak gunung.

Kamis, 04 Juni 2015

Lari, latihan fisik beberapa olahraga ringan. Ngos-ngosan. Banget. Demi mempersiapkan diri di hari H. Hajar terus.

Jum'at, 05 Juni 2015

Masih, dengan schedule yang sama. Lari dan melakukan beberaa latihan fisik di sore hari.

Selasa, 09 Juni 2015

Hari terakhir untuk berolahraga dan melakukan beberapa latihan persiapan diri. Minimal badan sudah sedikit bergerak dari kemarin. Schedule yang padat, entah karena olahraga atau kegiatan lainnya.

Rabu, 10 Juni 2015

Hari rabu yang cerah, aku dan Amih memutuskan untuk mencoba menaiki gunung Munara yang berada di bogor. Tempat yang sebenarnya sudah mulai diketahui banyak orang ini lebih tepatnya terletak di daerah Rumpin - Bogor. Bagi yang ingin menuju ketempat ini, mungkin bisa melewati daerah Cisauk menuju ke Rumpin, atau melalui parung panjang. Bedanya, memang jarak dari arah Cisauk ke tempat ini memang lebih dekat, tapi jalannya sangat-sangat berantakan. Kayak hati yang abis di tinggalin pas lagi sayang-sayangnya. Kalau lebih memilih lewat jalan Parung Panjang, memang akan lebih jauh dengan jarak sedikit memutar, tapi perjalanan akan lebih nyaman dengan jalanan yang bagus. Jarak yang ditempuh sekitar 1 - 2 jam perjalanan.
Sesampainya di lokasi, hal yang pertama dilakukan adalah melapor ke pos tiket dan membayar retribusi sejumlah 5ribu / orang. Di sana banyak sekali warung jajanan atau toilet umum bagi yang urgent. Well, disinilah awal akhirnya aku menanjak kembali, setelah 3 tahun lebih lupa bagaimana rasanya menanjak ke gunung.

Jalanan menuju ke puncak sebenarya sudah tersedia, meskipun memang kanan kiri yang akan kita temui adalah hutan dan bebatuan. Namun bila merasa butuh bantuan, coba saja dipandu oleh warga setempat. Lucunya, bahkan yang akan memandu adalah anak-anak kecil warga setempat yang sudah biasa naik turun gunung. Aku merasa kalah. *tear*

Amih yang sudah pernah berjalan ke puncak, akhirnya memandu aku untuk menuju ke atas. Awalnya memang agak sedikit landai, tapi lama kelamaan kok ya agak curam dan benar-benar menanjak ya. *ngosngosan* Padahal lagi ga bawa apapun kecuali tas selempang kecil. Perjalanan dari bawah dimulai pukul 08.00 WIB, dan sesekali bertemu dengan pendaki yang turun dari atas. Jangan heran melihat mereka yang datang untuk menuju puncak bahkan anak sekolahan, atau wanita. Mereka seakan sudah terbiasa dengan ketinggian gunung ini.

Dengan beberapa kali istirahat, maklum, anak pantai mencoba ke gunung, badannya kaget. Akhirnya melewati beberapa situs di gunung Munara ini, sebut saja Situs kabayan, dan lain sebagainya. Jalanannya sebenarnya tidak terlalu panas karena tertutupi oleh banyak pepohonan. Tapi memang rute yang ada semakin keatas semakin menanjak dan dibutuhkan ketelitian agar tidak terpeleset. Sepanjang jalan pun juga di beberapa titik tersedia banyak warung jajanan, tapi memang harga yang dipatok agak tinggi. Tipikal tempat wisata di Indonesia, bisa hingga 3x lipat.

Awalnya aku mengira akan menghabiskan waktu hingga 2 jam menanjak perjalanan, dengan perjalanan pemula yang pastinya dipotong oleh istirahat. Tapi ternyata sekitar pukul 09.00 WIB, kita sudah bisa menjejakkan kaki di puncak gunung Munara. Hanya 1 jam saja, tapi jangan tanya bagaimana keadaanku. Pastinya lelah, berkeringat dan ingin beristirahat.

Pemandangan diatas ternyata lumayan mengobati rasa lelah yang ada. Meskipun cuaca semakin hangat, namun semilir angin lumayan membuat keadaan tubuh sedikit adem. Tapi jangan terlalu banyak terkena matahari, bisa berkemungkinan tanpa terasa kulit anda akan terbakar. Akhirnya sampailah di puncak pertama bagian dari #TripThree , puncak dengan ketinggian 1367 mdpl.


 


Jum'at, 12 juni 2015

THE DAY. Akhirnya sampai juga di hari-hari yang ditunggu. Jumat subuh perjalanan dimulai menuju stasiun senen, bertemu dengan 6 orang lainnya yang akan nge-trip bareng dengan tujuan Gunung PRAU, Dieng. Disana sudah berkumpul Lena, Leni, Abah, Daffa, Dhedy dan Emen. Mereka adalah partner trip yang akan menghabiskan 2 hari bersama aku dan Amih.

Memulai dengan keberangkatan kereta pukul 05.30 WIB, dengan tempat duduk yang tidak beraturan karena stok tiket terbatas, kereta KUTOJOYO (cmiiw) menuju PURWOKERTO seharga 85.000/ tiket pun meninggalkan kota Jakarta.

Tidak terasa pukul 11.00 WIB, akhirnya kereta memasuki stasiun Purwokerto dan para lelaki menyempatkan diri untuk beribadah sholat Jum'at di mesjid sebelah stasiun. Setelah itu kami semua menuju ke arah terminal bus, untuk melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Dengan menggunakan angkot dan membayar sekitar 3 atau 4 ribu/orang. Sampailah kami di terminal. Disana sebenarnya aku janjian dengan teman yang sedang berada disana untuk kuliah, namanya Nurhidayati. Kisah kami bagaikan rangga dan cinta, saling mengunggu kedatangan masing-masing, sayangnya tepat tidak lama dia datang, bus yang aku tumpangi sudah berjalan. Akhirnya pertemuan pun tidak bisa terlaksana. *tear*

Perjalanan menuju kota Wonosobo memakan waktu sekitar 3 jam-an, dengan ongkos 30 ribu/orang setelah di tawar, kami ber-8 pun akhirnya tiba di terminal Wonosobo. Dilanjutkan dengan makan siang di terminal, dan mencari bus menuju ke arah Dieng - Patak Banteng. Harga bus menuju Dieng adalah 20 ribu/ orang. Kami pun akhirnya sampai di daerah Dieng setelah kira-kira 1 jam perjalanan dan disuguhi dengan pemandangan yang supeeeeeeeeeeeeeeer keren. *Mata ijo liat pemandangan alam*

Setelah bersiap-siap dan sholat maghrib. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Prau melalui rute Patak Banteng, yang katanya terkenal agak sulit karena tracknya lumayan curam dan mendaki. Setelah registrasi dan menuju ke arah patak benteng, baru beberapa langkah, rasanya badan bener-bener sesak. Udara yang dingin dan kondisi saat itu lagi - dapet - hari pertama benar-benar buat saya agak keteteran. Untungnya teman-teman yang lain sangat peduli dan tanggap, nuhun yak. *salimin satu-satu*

Pos satu berisi pemeriksaan tiket oleh pihak setempat, dan akhirnya melanjutkan ke pos kedua. Pos-pos yang ada hanya berisi papan tulisan dan sedikit lapangan untuk mengistirahatkan diri. Malam itu yang menanjak ke puncak lumayan banyak, udara dingin ternyata tidak menyurutkan langkah. Tentunya dengan perlahan, berniat yang baik, berdoa sebelum berjalan keatas, akhirnya pos demi pos pun di lewati. Jalanan menuju ke pos 3 dan puncak benar-benar lumayan ekstream. Bahkan aku mesti sangat merendahkan diri hingga dada dan tangan bertemu tangan. Lelah ? Tentu. Tapi harus selalu bergerak agar badan tidak kedinginan, dan mengantisipasi terjadinya hipotermia. Apalagi teringat kalimat para sahabat yang menginginkan aku untuk membuktikan bahwa akupun bisa sampai ke puncak, tanpa harus merengek menangis setelahnya. Sesekali beristirahat dan memandang kearah langit, jangan kaget dengan taburan bintang yang sungguh memanjakan mata. Sangat indah sekali. Tapi jangan terlalu terbuai, tanjakan curam ini kanan kirinya langsung berhadapan dengan jurang, apalagi dengan pendakian malam, tentunya tingkat kewaspadaan harus semakin tinggi. Apalagi jalanan yang berupa tanah ini bisa dipastikan di siang hari akan sangat berdebu.



  


Track Patak Banteng


Perjalanan menanjak yang dimulai pukul 19.00 WIB, akhirnya sampai diatas sekitar pukul 22.00 WIB, disambut dengan angin kencang Prau yang lumayan membuat kami menggigil. Ketika para lelaki mendirikan 2 tenda untuk beristirahat, para wanita memasak untuk makan malam kami. Masakan yang sudah dibeli dari bawah, dihangatkan. Akhirnya setelah makan bersama, bahasanya mah ngariung gitu. Makan bareng-bareng di satu tempat. Kami memilih untuk beristirahat dan menunggu saatnya sunrise.

Tapi apa yang aku rasakan ? Dengan pakaian yang agak tebal, kupluk, sarung tangan hingga kaos kaki yang double, dan tidur didalam sleeping bag ternyata tidak mampu menghalangi dingin yang sangat menusuk. Entah bagaimana rasanya, aku mencoba untuk tidur tapi tidak bisa terlalu lelap. Hanya beberapa menit dan terbangun. Begitu saja hingga pagi tiba.

Sabtu. 13 Juni 2015

Tidak terasa pagi tiba dan sunrise yang ditunggu pun akhirnya muncul. Kami pun bergegas keluar tenda dan................. kakiku pun gemetar saking dinginnya udara pagi di Prau. Benar-benar butuh pengendalian diri yang ekstra untuk membuat kita berdiri lurus. Sunrisenya sangat cantik, dengan ketinggian 2565 mdpl, Prau sukses menampilkan keindahan sunrise yang diselingin beberapa gunung di Jawa lainnya sebagai background. Ada gunung slamet, merbabu, cikuray dan lain sebagainya. Ditambah dengan hamparan awan yang membentang. Subhanallah, benar-benar keindahan yang membayar letihnya malam tadi.

Selesai mengabadikan moment, sarapan pagi dan merapikan semua barang-barang, kita pun akhirnya memutuskan untuk turun dari gunung. Tidak lupa pula membawa semua sampah, karena gunung bukan TPA yang bisa seenaknya meninggalkan sampah disana. Ingat, Jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak langkah, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu.






 



Pulangnya kami melewati track yang berbeda, yaitu track KALIUMBU (cmiiw). Dimana jalanannya melewati bukit teletubies, dan agak curam dengan tanah yang lembab dan kanan kirinya kembali berhadapan dengan jurang. Jalannya sesekali menyempit hingga hanyak cukup untuk satu orang saja. Tapi dengan tekad yang kuat, serta bersama-sama, segalanya menjadi lebih mudah dari seharusnya yang pastinya sulit sekali untuk pemula sepertiku. Tetap saja, pemandangan yang disuguhkan sangat memanjakan mata, kanan kiri yang terlihat adalah pepohonan, gunung dan awan yang menyelimutinya. Lumayan mengalihkan pikiran dari rasa lelah yang mulai terasa, apalagi di perjalanan ini tidak sengaja aku tergelincir, untungnya tidak terlalu parah akibatnya.



Track Kaliumbu


Perjalanan turun yang dimulai pukul 09.00 WIB, akhirnya sampai dengan pukul 12.30 WIB dibawah dan dilanjutkan dengan menuju komplek Candi Arjuna. Karena kami melewati jalan yang memutar, akhirnya diputuskan untuk menggunakan bus menuju candi tersebut. Dengan ongkos sebesar 5 ribu/orang, sampailah kami di situs candi Arjuna. Biaya masuk sebesar 10ribu/ orang, sebenarnya mencakup kawasan lainnya. Tapi karena kami hanya ingin ke komplek Candi Arjuna, kami pun menawar harga hingga dapat setengahnya menjadi 5 ribu/orang.




Puas mengelilingi situs candi ini, maka kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan untuk menuju ke terminal wonosobo untuk membeli tiket bus menuju Jakarta. Kembali menggunakan bus dengan biaya 20 ribu/ orang, kami akhirnya sampai di terminal Wonosobo. Untungnya tiket menuju Jakarta sore itu masih bersisa. Dengan harga 100ribu/orang. Setelah istirahat sejenak, makan siang-yang sebenarnya sudah sore- dan ganti baju di toilet umum. Kami pun beranjak memasuki bus untuk segera menuju kembali ke Jakarta. Perjalanan yang ditempuh sekitar 12 jam-an. Berangkat pukul 16.30 WIB hari minggu pagi pukul 06.00 WIB sampailah di tujuan, terminal Lebak Bulus.

Akhirnya perjalanan liburan singkat di Dieng-Prau pun berakhir, dan masing-masing pulang menuju ke rumah dengan membawa pengalaman yang baru.

Hal yang aku dapatkan selama perjalanan adalah bagaimana menurunkan ego serendah-rendahnya, demi kebutuhan bersama. Mencoba untuk tidak melihat kebelakang, kecuali untuk melihat sejauh mana sudah menanjak tinggi. Memandang ke bawah (tanah) untuk memastikan segalanya tetap baik-baik saja, dan memandang keatas (langit) untuk menemukan bahwa Allah benar-benar mendampingi dengan taburan bintangnya bagaimanapun kondisi kita. Mengucap syukur bahwa diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa diri ini mampu menanjakkan kaki diatas, kala tidak sedikit yang meremehkan pada awalnya.

Pastinya, menanjak gunung itu susah - susah gampang, namun akan semakin terasa susah ketika kamu tidak percaya akan kekuatan diri sendiri, serta lebih mendengarkan omongan orang lain.




Terimakasih Prau, untuk segala pelajaran berharganya.
Sampai bertemu di lain kesempatan.




Jakarta, 15 Juni 2015
Selepas pembuktian diri


  
Nb :
Terimakasih Amih, Lena, Leni, Emen, Daffa, Abah, Dhedy sebagai partner perjalanan yang luar biasa.
Serta Astari, Maria, Icha, Laili, untuk semangat, petuah, hingga kepercayaannya dari awal.



One 'bolang' day story at Bogor

Sunday, April 05, 2015

#TripThree


Jadi ceritanya hari Jum’at,  tanggal 3 april 2015, ada Trip baru dalam #TripThree. Dikarenakan kalender berwarna merah, di sempet-sempetin buat liburan. Awal nya bingung mau liburan kemana yang gak terlalu macet, mau liburan ke bandung dan anyer terus udah kepikiran bahwa pasti itu tempat bakalan sumpek banget sama orang-orang yang menikmati long weekend-nya. Jadi, beralihlah ke kota sebelah, BOGOR.

Short escape ke kota Bogor dimulai dengan pertimbangan sana sini dimana mau memakai kendaraan pribadi atau umum. Aku dan amih (partner-hidup-dimasa kini) akhirnya sepakat untuk memakai kendaraan umum. Karena takutnya nanti macet sana sini dan kasian sama doi yang bakalan capek bawa kendaraan, juga alasan lain bahwa kita berdua belum pernah ke Bogor berdua memakai kendaraan umum. So, we think that it would be interesting!

Dimulailah dengan searching sana-sini (Thanks to people who post their story about bogor), karena mencari tahu apa saja yang akan dilakukan dan kemana aja di tempat tujuan adalah salah satu hal penting yang kita berdua pasti lakuin. Bahkan bukan hanya schedule biasa, kita juga mempersiapkan time schedule untuk lebih afdol. Walaupun niatnya kita mau Get in lost in Bogor, tapi prepare for the worst juga penting. PADAHAL CUMA JAKARTA- BOGOR. NAMANYA JUGA (NGERASA) TURIS. #abaikan

Kita memulai perjalan dari rumah jam stengah 8 dengan menggunakan kereta. Berhubung ada perubahan tarif serta jadwal pemberangkatan, kita mau coba-coba menggunakan kereta. Alasan lainnya sih karena emang kita berdua bukan pengguna setia kereta api, apalagi commuterline, jadi iseng aja. Cukup membayar 6.000 rupiah serta jaminan 10.000 perkartu, sudah termasuk untuk rute kebayoran – tanah abang – bogor. Berangkat keretanya sekitar pukul 08.15, kita transit di tanah abang di peron 6 untuk pindah ke kereta arah bogor di peron 3 yang merupakan kereta dari stasiun Jatinegara. Beruntungnya, kereta yang kita tunggu ternyata dating tepat saat kita baru menjejakkan kaki di stasiun Tanah Abang. Kayak lagi doa minta jodoh, besoknya dilamar. Seneng~

Setelah melewati sekitar 10-an lebih stasiun, sampailah kita di bogor. Disambut dengan cerahnya matahari, bukan calon mertua. Kita berdua akhirnya memutuskan untuk mengantri kembali untuk langsung membeli tiket pulang, karena takutnya nanti saat pulang sudah terlalu lelah untuk mengantri kembali. Untungnya semua petugas stasiun kereta api sangat membantu para turis-abal-berdua ini. Buat yang lagi jomblo, para petugasnya juga ada yang cakep kok. *wink*

KELAPERAN! Alarm perut akhirnya berbunyi dan kita berdua melipir ke samping stasiun yang menjual banyak makanan. Dasar mulut-mulut terbiasa makannya berat---tapi bukan batu---, kita ngiter nyari lontong sayur, padahal juga pengen nyari soto kuning khas bogor yang terkenal. Sayangnya gak nemu. Apa emang kitanya aja yang gak jeli liat sekeliling karena sudah terlalu kelaperan. Setelah kenyang dengan 2 porsi lontong sayur seharga @10.000 rupiah. Kita berjalan kaki ke arah Istana Presdien Bogor buat niat pertama…………………. ngasih makan rusa. Ada banyak cara mulai dari jalan kaki, naik angkot, naik ojek, tapi bukan naik pelaminan. Karena katanya deket Cuma beberapa meter, kita jalan aja. Bener. Gak jauh kok.

Di sekitar Istana Bogor, akhirnya kita memilih untuk membeli dagangan seorang ibu-ibu seharga 6.000 yang berisi 2 ikat kangkung dan 4 ikat wortel sebagai makanan rusa. Dasar norak ya kan, kita berdua doyanan banget buat canda-canda lucu dengan rusa-rusa. Sekalian kita menghabiskan waktu sebelum masuk waktunya si amih buat Jum’at-an. Calon imam yang baik itu kalopun jalan-jalan jangan melupakan kewajibannya. *kalem* Puas meet up, halah meet up, sama rusa. Kita menuju ke mesjid di deket Pintu masuk Kebun Raya Bogor. Lagi, lagi, dari istana Bogor menuju KRB (Kebun Raya Bogor) bisa menaiki angkot atau jalan kaki. Lagi, lagi juga kita memilih jalan kaki. Karena memang jaraknya tidak terlalu jauh.  Lagi, lagi juga para warga yang kita Tanya perihal jalan serta tempat sangat baik dan membantu. TERIMAKASIH WARGA BOGOR. Karena Amih mau sholat jum’at, akhirnya aku memilih untuk meng-happy meal-kan diri di Mcd sebelahnya. Pas jam 13.30 sesuai time schedule kita, beralihlah kita menuju KRB dan mengantri tiket. Karena banyak yang bilang bahwa minum dan makanan di sekitarnya mahal, jadi kita udah siapin beli minuman di warung kecil, dengan harga fantastis 2 botol air mineral sedang hanya 5.000 rupiah saja. DI JAKARTA AJA SEBOTOLNYA BISA SAMPE LIMA RIBU RUPIAH. HIH!


Dengan membayar @14.000/tiket kita diperbolehkan untuk meng-explore KRB sesuka hati dengan aman, damai, dan tentram. Berkeliling di KRB yang luasnya pake banget ini memang bisa menambah pengetahuan kita tentang sejarah , karena terdapat museum zoologi yang berisi berbagai fauna yang diawetkan dengan tujuan pengetahuan dan tentang tumbuhan karena terdapat banyaaaaaaaaaaaaaaak sekali tumbuhan yang di lestarikan serta diberi petunjuk namanya.  Tidak lupa KRB juga bikin kita lumayan refresh pemandangan dengan keasrian lingkungannya. Sayangnya, dikarenakan terlalu luas, kita bahkan sampe nyasar. Iya, Nyasar di Kebun Raya Bogor doang. Harusnya di beberapa tempat di sediakan pos pantau, dimana  ada para pemandu atau karyawan yang bertugas agar para pengunjung bisa menanyakan arah. Karena menurut kita yang baru pertama kali dating bareng, papan peta yang ada tidak terlalu membantu. Saking luasnya KRB juga bahkan waktu 2 jam belum cukup untuk mengitarinya, padahal kaki udah mulai kerasa serr-serr-an. Capek sis~



Pukul 15.30 akhirnya kita memutuskan untuk berpindah tempat untuk kuliner-an. Kita memilih untuk menuju DEATH BY CHOCOLATE, COKELAT & SPAGETI di Jl. Ceremai no. 22 yang buka setiap hari pukul 07.00 WIB – 22.00 WIB. Dari arah kebun raya bogor, setelah browsing, kita memilih untuk menggunakan angkot 08A serta  ingin menjajal bagaimana rasanya menaiki angkot di kota bogor yang juga di sebut sebagai kota angkot karena saking banyaknya, dengan pedenya kita naik dan pasrah mau dibawa kemana sama sopir angkotnya, wong kita berdua nekat Cuma modal google maps. HAHA. Dengan membayar 3.500/orang, ternyata angkot tersebut melewati berbagai macam tempat kuliner menarik dan sampailah kita di DEATH BY CHOCOLATE, COKELAT &  SPAGETI (DBC). Alhamduilillah kaga pake nyasar. *nyengir*


Alamat DBC Cokelat & spageti



Menu dan konsep di tempat ini sangat menarik buat kita. Seakan memasuki rumah hantu. Dekorasinya meyakinkan, begitu juga beragam menu dan akhirnya kita memilih menu andalannya, Dessertnya Death by chocolate cake. Cake cokelat dengan 3 lapisan cokelat serta melting cokelat di tengahnya, Subhanallah endeusnya maksimal ! Untuk minuman kita juga nyobain Es Bola Mata Frakenstein, yang kayaknya sih campuran pepsi blue dan susu kental manis dan di hiasi buah leci, anggur seperti bola mata. Lucuk! Total yang dikeluarkan less than 100.000 untuk makanan unik disini, warbiyasak. Note: kalo disini lebih baik kalian bawa uang cash, karena hanya menerima debit BCA dan jauh dari ATM Center.


Dessert : Death by chocolate cake






Karena sudah pukul 17.00an dan kita harus segera pulang ke Jakarta, kita bisa 2 kali naik angkot dari depan DBC tapi emang dasarnya bolang, kita memutuskan untuk berjalan kaki dan menaiki angkot nomor 03 kearah stasiun, tapi memang harus jalan dulu melewati taman Kencana. Sore itu hujan rintik-rintik dan beruntungnya setelah kita naik ke angkot baru hujan deras. Tuhan sayang kita~
Kita sampai stasiun tepat waktu. Pukul 18.00 dan meskipun sebelumnya jajan bakso colok, duilah hujan-hujan makan bakso. Nikmatnya. Beruntungnya lagi, kereta arah ke tanah abang yang kita akan naiki sudah menunggu dengan manis di stasiun dan siap untuk membawa kita kembali ke kota metropolitan, Jakarta. 

Jadi untuk kalian yang pengen kuliner-an, liburan singkat tapi bingung mau kemana, cobain aja jalan ke Bogor. Entah dengan kendaraan pribadi ataupun umum. Asal tetap dengan menjaga kesopanan serta kebersihan , dimanapun kalian berada.

Terimakasih Bogor untuk short escape, pengalaman dan keramahannya untuk para pendatang seperti kami. We’ll back later! #TripThree

:)









Jakarta, seusai seharian menghabiskan waktu di kota Bogor
#TripThree



Sesuatu yang mungkin dia tidak tau.

Thursday, January 22, 2015

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Aku selalu merasa bangga untuk segala pencapaiannya hingga hari ini. Merasa selalu amazing setiap dia menceritakan segala perjuangan hidup, dan kemandirian yang dia lakukan. Bagaimana tidak, dia mampu melakukan segala hal yang seringkali tak terpikirkan olehku, di umurnya yang mungkin masih ingin bermain-main.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Seringkali aku mengucap segala keluhan akan ketidakpuasan, tanpa dia tau bahwa ada banyak rasa syukur yang telah aku lepaskan tentang kehadirannya, sikapnya, keputusannya, bukan di depan dirinya tetapi di hadapan orang lain. Satu hal yang juga mereka tau, bahwa aku sangat menyayanginya dan memilih untuk bertahan, bahkan ketika aku terlalu jemu akan pertengkaran yang seringkali terjadi.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Tidak hanya dia mampu merebut hatiku, tapi juga keluargaku. Mereka mampu mempercayakanku padanya, yang baru saja singgah di dalam kehidupan mereka. Mampu merelakan diri mereka untuk nantinya akan aku serahkan pilihan akhir hidupku, kepadanya.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Aku memilih menggenggamnya, karena pernah tau bagaimana rasanya berjalan tanpa tujuan dan sendirian. Tidak akan pernah aku ingin merasakan hal yang sama, terlalu menyakitkan. Entah dia mengetahui atau tidak, apa yang telah aku lewati sebelumnya, karena dia tidak pernah bertanya dengan pasti. Tapi kehadirannya pernah di sahuti dengan kalimat, "Ini balasan baik untuk setiap rasa sakit yang kamu lewati kemarin" oleh seorang sahabat baikku.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Aku pernah memilih untuk bermain-main, mencoba segala rasa tanpa memperdulikan masa depan. Pernah juga memimpikan dan merencanakan segala hal dengan sedemikian rupa. Tapi akhirnya aku malah menyakiti orang lain ataupun mengakhiri kisah dengan membawa rasa kecewa. Hingga aku masih belum mengerti, mana yang harus aku lakukan ketika menjalani segala hal dengannya. Akhirnya aku memilih, untuk percaya dan menitipkan rencana masa depan yang lebih berdua. Ketika resahnya karena merasa tidak di percaya, percayalah, tidak ada orang yang akan memiliki pandangan yang jauh dan menyampingkan rasa akan kecewa, tanpa memiliki rasa percaya. Begitupun sesungguhnya aku terhadapnya.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Membanggakan rasanya bahwa lingkungannya menerima aku dengan segala khilaf yang mungkin aku lakukan. Salah satu pencapaian bahwa masa depan bukan selalu hanya tentang kita, tapi juga tentang mereka yang ada di sekeliling. Ada rasa yang bahkan tidak mampu untuk di ucapkan ketika dia bisa membawaku, membaur dengan lingkungan yang ia tinggali. Begitu juga ketika ia mampu menyunggingkan senyum, atau berbaur dengan lingkungan yang aku miliki. Ah, tak usah di bicarakan bagaimana leganya hati.

Sesuatu yang mungkin dia tidak tau,

Ketika ada segala macam rasa lelah dan kekecewaan yang luar biasa di dalam hari bersamanya, selama aku masih menjadi salah satu di antara sekian banyak rencana masa depannya, maka aku akan berdiri untuk tetap tinggal dan bertahan. Karena apa lagi yang diharapkan bila hadirku saja sudah tidak ada lagi dalam list masa depannya ?


Untuk sesuatu hal yang mungkin dia tidak tau,
atau entah sekarang dia sudah tau,


Maukah dia menjadi pilihan hidupku ?





Jambi, hari selanjutnya ketika menjadi seseorang yang menunggu.




 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS