Surat untuk Ibu — Dua belas

Tuesday, April 02, 2024

 Assalamualaikum, Ibuku…

Bu, tahun ini Kakak ulang tahun di tanggal yang seharusnya loh. Kado yang Kakak minta tahun lalu juga masih ada, entah harus berucap itu keberuntungan atau bukan, ketika Kakak terlalu keras kepala dan ngeyel buat meminta sesuatu. Nyatanya, menjadi kado terakhir yang Kakak punya dari Ibu. Harusnya ada doa yang Kakak juga terima tahun ini, tapi mulai kini, Kakak harus bisa merasa cukup dengan yang ada.

Oh iya! Sekarang sudah kembali bertemu bulan Ramadhan, bu. Tapi ini bulan pertama tanpa Ibu di rumah. Biasanya bakalan ada pesan masuk atau panggilan untuk membangunkan sahur, atau sekedar bertanya “buka puasa pake apa hari ini?”.

Entah kenapa rindunya berkali lipat deh, bu. Entah sudah sujud ke berapa, atau ucap doa penuh penekanan yang mana yang sudah Kakak sampaikan ke Tuhan, bahwa Kakak sangat rindu dan berharap rindunya sampai. Sebegitunya. Dan dua hari kemarin, ketika Kakak tidak sengaja terlelap di sela-sela kesibukan siang hari, Kakak bermimpi sedang “pulang”. Ada Ayah, Adik-adik, dan ada Ibu. Kita bercengkrama seperti biasa, dan Kakak memilih untuk akhirnya menemani rutinitas Ibu ketika sedang tidur siang. Mencoba memeluk dan mengelus lengan Ibu sembari rebah di ranjang kamar, berharap tidak terlepas. Karena bahkan ketika bermimpi, Kakak sadar bahwa Ibu tidak lagi nyata. Takut untuk terlelap, dan terbangun untuk mendapati bahwa Ibu tidak ada. Lucu ya, bu. Bahkan ketika dalam mimpi pun Kakak tidak bisa memeluk dan mencium Ibu sepuasnya.

Meski hanya sebentar, dan akhirnya terbangun dengan mata yang basah. Rindunya masih ada, Ibunya yang udah gak ada. 

Tapi gapapa, Kakak tetap bersyukur Tuhan mendengarkan dan mencoba menenangkan hati Kakak yang sedang payah. Satu hal yang pasti, memeluk Ibu dalam mimpi, adalah salah satu hal termewah yang bisa Kakak miliki saat ini. Jadi, sering datang ya bu. Nanti Kakak ceritakan tentang semua hari yang terlewat tanpa Ibu.


Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira


April 2024, Ramadhan pertama tanpa Ibu.



Surat Untuk Ibu — Sebelas

Monday, January 01, 2024

 Assalamualaikum, Ibuku…

Hari ini tepat di hari pertama pergantian tahun, Kakak sudah berjalan hingga lebih dari 7 bulan tanpa Ibu. Hebat ya, bu. Meski masih juga Kakak scrolling kembali percakapan kita melalui chat, beberapa foto dan video yang ada Ibu di dalamnya. Meski tangisnya tidak sepecah dulu, tapi sedikit demi sedikit bisa berkurang air matanya, bu.

Tau gak bu, ternyata setelah Ibu enggak ada, Ayah sekarang lebih sering untuk berinteraksi dengan warga sekitar. Bahkan malam tahun baruan kemarin pun Kakak dapet kabar dari Adek, Ayah lagi ngumpul-ngumpul seru. Bahkan Kakak memulai komunikasi dengan menanyakan kabar Ayah terlebih dahulu. Jarang banget terjadi ya, bu. Kalau Ibu bisa lihat sendiri, pasti Ibu juga ga nyangka kami berdua keluar dari zona nyaman masing-masing hahahaha

Biasanya juga tiap malam tahun baruan, Kakak akan telepon Ibu, atau menunjukkan menu makan malam special yang Kakak buat, tapi tahun ini kayaknya ga bisa ya bu, Kakak tunjukkan ke mama aja. Lumayan mengobati kerinduan Kakak untuk menceritakan sedikit dari hari-hari yang sedang Kakak lewati. 

Bu, tahun ini Kakak berharap bisa bertemu dengan diri Kakak yang bisa berbesar hati untuk menerima, bahwa akan lebih banyak lagi kenyataan yang sudah tidak bisa sama lagi, seperti biasanya. Diri Kakak yang menjadi cukup dan dimudahkan untuk mensyukuri hari demi hari dengan mereka yang selalu dan berusaha untuk ada buat Kakak.

Kakak akan berusaha untuk selalu menempatkan Al-fatihah dan juga doa pendek setiap kali teringat Ibu, semoga sampai, ya. 

Oh! Jangan lupa juga untuk datang ke mimpi Kakak, ya. Karena Kakak akan selalu rindu.


Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira




2024, tahun yang baru dengan rindu yang sama.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS