Tuhan, tolong ingatkan aku lagi.

Thursday, January 30, 2014


Foto : Myta


Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan kembali menatap tanpa adanya genangan air mata,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan melangkah tanpa adanya keraguan,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan merekam kenyataan tanpa adanya lelah,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan menjejakkan kenangan tanpa adanya rasa sesal,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji
bahwa aku akan bergelung dengan mimpi tanpa adanya rasa menyerah,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan menciptakan kebahagiaan tanpa adanya rasa pamrih,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan kembali mengingat tentang lalu tanpa adanya kemirisan,
Tolong ingatkan aku lagi.
Tuhan, aku pernah berjanji bahwa aku akan mencintai kembali tanpa adanya tertinggal rasa sakit,
Tolong ingatkan aku lagi.

Tuhan, tolong aku.



Kisah lain tentang kita.

Wednesday, January 29, 2014



Foto : Myta


Aku suka berdiri di tepian seperti ini, mengingatkanku bahwa lautan yang membentang ini adalah nyata. Seperti adanya kamu yang menemaniku kini. Karena di tepian inilah pertama kalinya kita berjanji bahwa nantinya, tidak akan ada rasa menyesal, untuk sebuah pertemuan, untuk akhir yang bernama kita.

Senja ini aku kembali menikmati hembusan angin yang menyapu lembut seakan berkata selamat datang. Gelungan ombak kecil yang menampar bebatuan di sepanjang tepian, menjadi musik terindah buatku kala sedang menantimu datang. Kita sama-sama menyukai pantai dan seisinya. Kita menyukai tenggelam dan terbitnya matahari yang selalu tak pernah gagal memepertontonkan keindahannya, kita menyukai deburan ombak yang sesekali mencium bebatuan seakan bertepuk tangan mengamini kebersamaan kita, tak luput kita pun menyukai ketika airnya menyentuh lembut kaki seakan ingin mengajak bersenda gurau bersama. Tapi dari semuanya, aku menyukai semuanya tentang kita yang tertinggal di setiap sudut pesisir pantai ini.

Kamu tahu, sebenarnya aku tidak terlalu suka membagi pantai dengan keramaian. Aku lebih suka suasana hening sendiri seperti ini. Aku bisa menikmati bagaimana alam mencoba berinteraksi denganku. Tanpa perlu bersusah payah mendengarkan.” Seusai mengucapkannya, aku hanya melihatmu tersenyum.  Senyum yang selalu membuatku teringat tentang pantai, karena terlalu menenangkan dan membuatku ingin kembali melihatnya.

Beberapa hari terakhir ini keberadaanmu menjadi salah satu alasan mengapa aku menjadi lebih suka menghabiskan hari di pantai ini. Bukan karena aku berpaling dan tidak lagi mencintai pantai seperti dulu, tapi karena kini aku bisa membagi keindahannya denganmu.  Karena entah sudah berapa lama aku lebih memilih menyusuri keheningan di pantai ini. Ah, kamu pasti tahu bahwa aku sangat menyukai keheningan disaat-saat tertentu. Lebih lagi ketika aku sedang bermain dengan pikiranku sendiri, ketika banyak masalah yang menggelitik ingin diselesaikan. Senandung deburan ombak menjadi satu-satunya teman terbaikku kala itu.

Hingga akhirnya aku menyadari satu hal, bahwa kehadiranmu kini menjadi penenang lainnya yang sanggup membuatku kembali tersenyum di tiap harinya. Membuatku tak sabar untuk melihat kejutan kecil yang akan Tuhan titipkan kepadaku. Kehadiranmu dapat kuterima, bahkan ketika tanpa sadar aku merasa nyaman digenggammu dengan erat. Kini, meski hening menjadi pelarian terbaik ketika aku merasa tak tenang, tak pelak lagi pelukanmu menjadi tempat terlayak yang mampu membuatku menjadi lebih baik tanpa harus berkata terlalu banyak. Terimakasih, kamu.




Jakarta, Januari 2014




Hujan

Thursday, January 09, 2014




Masihkah disana  kamu bisa  mengingat bagaimana kita menghabiskan hari ketika hujan turun ?

Banyak yang beranggapan bahwa rintikan air hujan akan terkoneksi langsung dengan kenangan yang mengendap di pikiranmu. Banyak juga yang berpikiran bahwa hujan, akan membawamu kembali bernostalgia.

Harus bisa bertahan meski kemudian tak tahu harus kemana, harus bisa kembali bangkit meski tertatih.

Anggapan dan pemikiran tentang hujan seringkali mengingatkanku tentangmu. Bukan karena pada akhirnya langkahmu yang membelakangiku dan tak kembali, bukan juga karena air mataku yang tersembunyi dalam senyum yang mengiringinya. Bukan itu yang mau aku kenang kembali. Ini tentang kebersamaan yang dulu pernah ada.

“Bukankah tidak selamanya hujan ini akan turun ? kenapa kita tidak mencoba berlari saja ? Ah. Kamu pasti takut basah ya ? Kamu tau bahwa mungkin saja hari ini zeus sedang marah makanya banyak sekali bunyi petir….”

Celotehmu saat itu benar-benar lucu, membuatku tersenyum dan lambat laun yang aku dengar hanyalah rintik hujan dan naik turun suaramu yang sepertinya sangat menyita pikiranku. Kamu tidak bisa fokus hanya kepadaku, matamu seolah memiliki pilihannya sendiri untuk melirik kesana kemari. Kebiasaanmu yang sangat aku hafal di luar kepala. Semakin deras suara hujan diluar, kamu semakin menjadi untuk berkomentar, bercerita tentang apapun yang bisa kamu ceritakan.

“Kamu melamun ya ? Kamu denger gak sih ?”

Hingga kalimat itu menyentakku dari lamunanku tentang kamu, senyumku tidak mampu dibendung. Pertanda bahwa aku mendengarkan, bahkan di tiap hela nafasnya.  Pada akhirnya kamu akan terus berceloteh dan sesekali menggerutu. Wajah itu, yang membuatku tahan untuk berlama-lama duduk dan perlahan menyesap susu cokelat panas kesukaanmu sambil mendengarkanmu dengan seksama.

Kamu seorang lelaki yang tidak terlalu menyukai rasa pahit dan asam, maka dari itu kamu menyukai susu cokelat manis. Kamu menyukai ketika hujan turun, karena bagimu hujan adalah caramu mengingat bagaimana rasanya menjadi damai. Kamu menyukai berlama-lama di sebuah toko buku bukan hanya karena kamu suka membaca, bagimu ada sensasi tersendiri untuk berada disana. Ketika kamu mulai mengerutkan dahi, itu menjadi pertanda bahwa ada hal berat yang sedang memenuhi pikiranmu. Lesung pipi itu, yang membuatku gemas dan seringkali tanpa sadar membuatku menggigit bibir bawah, menahan rasa ingin sekali menciumnya bertubi-tubi. Aku menyukainya. Segalanya tentang caramu berjalan, tertawa, berbicara bahkan ketika kamu memerlukan waktu untuk berdiam diri dan melamunkan sesuatu.

Hingga pada suatu hari, aku tidak tau harus menyukaimu ketika berbicara dengan serius atau tidak.

“Aku bingung harus mengatakannya dari mana. Kamu tau mimpiku ? Aku ingin sekali bisa menginjakkan kaki di sana. Bagiku, kesempatan ini tidak akan datang untuk kedua kalinya. Aku rasa, aku harus mengambilnya. Bagaimana menurutmu ?”

Aku bukannya tidak tau bagaimana kamu sangat menggilai salah satu club bola inggris itu, Manchester United. Meski besok harus ada pertemuan penting, kamu akan bertahan di depan televisi ketika club kesukaanmu sedang bertanding. Kamu memiliki hampir semua jersey terbarunya. Kamu meyakinkanku bahwa permainan bola itu menyenangkan untuk diikuti, meski kamu tau bahwa aku akan kembali menemanimu sambil bertanya tentang macam hal, tapi akan kamu jawab dengan sabar dan lembut. Kamu tahu bahwa aku tidak terlalu mengerti tentang permainan bola bundar itu. Hingga akhirnya ternyata tawaran pekerjaan dari kantormu, bisa mengabulkan impianmu untuk menjejakkan kaki di sana. Di Manchester. Lalu, aku bisa apa ?

Banyak orang yang bilang bahwa mimpi akan selalu bisa menjadi kenyataan, dan bagi kamu hari ini adalah kenyataannya. Lalu lalang mereka yang sedari tadi tak henti, tak mampu mengalihkanku kembali dari menatap wajahmu. Aku ingin merekamnya, menyimpannya, sebelum akhirnya nanti kamu akan menghilang untuk tak tahu sampai kapan. Meski kamu berjanji akan mencoba segala cara untuk menghubungiku nantinya, berjanji untuk segera kembali menemaniku ketika semua urusanmu selesai. Tetapi aku hanya bisa berharap kamu tidak melupakan bagaimana kita menghabiskan waktu ketika hujan. Hanya itu.

Entah sudah berapa hari yang terlewat ketika hujan turun dan kamu tidak bisa menemaniku. Bukan karena jarak yang kini memisahkan kita, bukan pula karena kamu tak pernah mencoba menghubungiku. Tapi karena kecelakaan pesawat di hari hujan ketika keberangkatanmu tiba, yang membuatmu tak mampu menepati semua janjimu. Kabar yang hingga kini seakan membuatku tak percaya, bahwa kamu pergi ketika mimpimu akan segera tercapai. Kini aku hanya bisa sendirian menyesap pelan-pelan susu cokelat sambil mencoba kembali menikmati hujan, sembari mengingatmu dalam kenangan.


Entah haruskah aku tetap mencintai hujan karena kenangannya  tentangmu, atau membencinya karena telah mengambilmu dariku ? 


Selamat datang, 2014

Wednesday, January 01, 2014





Ini sudah 2014 ?

How time can flies so fast. Hidup baru di Tahun yang baru.

Post pertama di bulan januari, di tahun 2014 menandakan seharusnya akan banyak cerita baru yang nantinya kembali aku tuturkan melaui tulisan. Entah itu cerita yang mengharukan ataupun menggembirakan. Karena terkadang berbagi bukannya akan menambah besar rasa syukurmu pada akhirnya ?

Berbicara tentang tahun yang baru, sama halnya dengan membeli buku baru disetiap pergantian semester. Berharap aka nada yang tertulis dengan pengalaman dan pengetahuan baru. Hingga nanti, akhirnya manakah yang kamu pilih untuk tuliskan ? The choice is yours.

Rasa bahagia, sedih, tawa, perjuangan , kerelaan hati, dan sebagainya yang telah dilewati pada tahun 2013 seharusnya tidak akan menjadi hal yang sia-sia. Tapi akan menjadi sesuatu yang membantuku membuka mata, manakah hal yang seharusnya berhenti di sana, atau akan menjadi hal yang dipegang erat dan diteruskan untuk menjadi teman berjalan di tahun yang baru.

Satu persatu hal yang termasuk didalam resolusi di tahun lalu beberapanya mampu aku capai, meski mungkin tidak semua. Meski mungkin tidak terlalu membanggakan, tapi setidaknya aku mengupayakan sesuatu yang sebelumnya hanya mimpi namun kini menjadi nyata. Meski mungkin ada yang akan mencemoh, tapi sama seperti tahun sebelumnya, harapan tahun ini adalah untuk menjadi pribadi dengan kisah yang lebih baik lagi. Lebih bisa bersyukur, memaafkan, mengikhlaskan dan berusaha. Hingga nanti tidak ada yang tersisa, kecuali rasa pasrah dan menyerahkan akhirnya kepada satu-satunya penentu setiap akhir dari segala perjuangan, Allah SWT.

Seakan menatap sinis kepada rasa sakit di hari lalu, aku haturkan banyak terimakasih untuk sekian banyak caranya  menguatkan aku hingga hari ini.

Berbicara tentang rasa bahagia yang mengungkap tawa dan meledakkan rasa haru, aku iringkan banyak doa agar semuanya tidak berhenti sampai disana. Akan terus bertambah dan menjadi alasanku tetap hidup dan bersenandung tentang hari yang lebih baik lagi.


Jadi, cerita seperti apa yang akan kamu tuliskan untuk hari esok ?


By the way, Happy New Year 2014!





 



 Backsound : What doesn't kill you make you stronger - Kelly C.


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS