Kisah lain tentang kita.

Wednesday, January 29, 2014



Foto : Myta


Aku suka berdiri di tepian seperti ini, mengingatkanku bahwa lautan yang membentang ini adalah nyata. Seperti adanya kamu yang menemaniku kini. Karena di tepian inilah pertama kalinya kita berjanji bahwa nantinya, tidak akan ada rasa menyesal, untuk sebuah pertemuan, untuk akhir yang bernama kita.

Senja ini aku kembali menikmati hembusan angin yang menyapu lembut seakan berkata selamat datang. Gelungan ombak kecil yang menampar bebatuan di sepanjang tepian, menjadi musik terindah buatku kala sedang menantimu datang. Kita sama-sama menyukai pantai dan seisinya. Kita menyukai tenggelam dan terbitnya matahari yang selalu tak pernah gagal memepertontonkan keindahannya, kita menyukai deburan ombak yang sesekali mencium bebatuan seakan bertepuk tangan mengamini kebersamaan kita, tak luput kita pun menyukai ketika airnya menyentuh lembut kaki seakan ingin mengajak bersenda gurau bersama. Tapi dari semuanya, aku menyukai semuanya tentang kita yang tertinggal di setiap sudut pesisir pantai ini.

Kamu tahu, sebenarnya aku tidak terlalu suka membagi pantai dengan keramaian. Aku lebih suka suasana hening sendiri seperti ini. Aku bisa menikmati bagaimana alam mencoba berinteraksi denganku. Tanpa perlu bersusah payah mendengarkan.” Seusai mengucapkannya, aku hanya melihatmu tersenyum.  Senyum yang selalu membuatku teringat tentang pantai, karena terlalu menenangkan dan membuatku ingin kembali melihatnya.

Beberapa hari terakhir ini keberadaanmu menjadi salah satu alasan mengapa aku menjadi lebih suka menghabiskan hari di pantai ini. Bukan karena aku berpaling dan tidak lagi mencintai pantai seperti dulu, tapi karena kini aku bisa membagi keindahannya denganmu.  Karena entah sudah berapa lama aku lebih memilih menyusuri keheningan di pantai ini. Ah, kamu pasti tahu bahwa aku sangat menyukai keheningan disaat-saat tertentu. Lebih lagi ketika aku sedang bermain dengan pikiranku sendiri, ketika banyak masalah yang menggelitik ingin diselesaikan. Senandung deburan ombak menjadi satu-satunya teman terbaikku kala itu.

Hingga akhirnya aku menyadari satu hal, bahwa kehadiranmu kini menjadi penenang lainnya yang sanggup membuatku kembali tersenyum di tiap harinya. Membuatku tak sabar untuk melihat kejutan kecil yang akan Tuhan titipkan kepadaku. Kehadiranmu dapat kuterima, bahkan ketika tanpa sadar aku merasa nyaman digenggammu dengan erat. Kini, meski hening menjadi pelarian terbaik ketika aku merasa tak tenang, tak pelak lagi pelukanmu menjadi tempat terlayak yang mampu membuatku menjadi lebih baik tanpa harus berkata terlalu banyak. Terimakasih, kamu.




Jakarta, Januari 2014




No comments:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS