Surat untuk Ibu — Delapan

Wednesday, August 23, 2023

 Assalamualaikum, Ibuku…

Sudah beberapa minggu Kakak tidak menuliskan beberapa kata rindu melalui tulisan, tapi doa dan pinta Kakak pada Tuhan, semoga dapat terdengar dan meringankan segala urusan Ibu di sana, ya.

Bu, Kakak kehilangan dan belajar banyak hal di tiga bulan terakhir ini. Jika saja kita masih banyak waktu untuk sekedar telepon meski jauh, pasti akan ada banyak hal yang Kakak ingin ceritakan. Tentang kita yang kedatangan anggota baru yang sudah sangat Ibu nantikan, yang Kakak belum bisa berikan. Namun semoga sampai akhir umur, Ibu bisa mengerti kerisauan hati Kakak—ternyata memang Ibu sekuat itu menghadapi dunia sendirian kala itu hingga selesai. Tentang Ayah yang kembali kehilangan satu-satunya pintu doa terakhir yang bisa ia miliki. Tentang rasa emosi dan hilang arah karena beberapa hal. Pasti juga akan banyak komentar tak terduga, kata peredam, hingga omelan sekilas yang menimpali. Hehe, kangen, bu.

Bu, sebentar lagi Kakak mau pulang ke rumah. Makin nyata rasa tidak tenang. Masih terekam detik pejalanan terakhir Kakak untuk pulang dan mencium dahi Ibu untuk terakhir kalinya. Tidak pernah terlintas di benak, akan ada saatnya Kakak sangat membenci perjalanan udara. Dimana biasanya Kakak akan selalu menunggu waktunya, merengkuh dan menyelesaikan rindu memang selalu bisa diatasi dengan peluk dan temu, kan? 

lalu bagaimana dengan yang kali ini?

Sesampainya nanti di rumah, tidak akan ada lagi Kakak temui diri penuh kenyamanan hangat, karena pintu ampunan dan doa terbesar yang Kakak miliki ada di sekitar. Akan Kakak temui kembali, kenyataan bahwa tempat pulang Kakak, kini sudah berpulang. Ke rumahnya yang abadi. Pelukan Tuhan.

Bismillah, semoga siklus meresahkan itu tidak kembali dengan hebatnya. Susah payahnya Kakak berusaha untuk pulih, merelakan sekaligus hidup terbiasa, yang seringkali tumpang tindih dengan rasa rindu tanpa henti.

Lagi-lagi, tunggu Kakak ya, bu. Akan Kakak kunjungi dengan bunga yang melimpah di pusara.

Rabbighfirlii wali waalidayya warham humma kamaa rabbayaanii shaghiiraa. 



BSD, berharap tidak adanya dering telpon dari ibu,

Hanya karena Ibu tidak punya kuota atau pulsa.


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS