Maaf, untuk membutuhkanmu.

Friday, December 05, 2014

Entah apa yang lebih menyakitkan, daripada meminta maaf atas kehadiran dan rasa membutuhkan yang dimiliki.

Perempuan itu kembali mengumpulkan serpihan waktu yang berserakan di ingatannya. Tentang bejana akan kenangan yang tertumpah dan mengalir bebas. Membawanya mengitari hari demi hari, musim demi musim. Dengan orang yang sama, tapi kejadian di rentang waktu yang berbeda. Perempuan dan lelaki itu.

Kebersamaan yang meninggalkan jejak berusaha untuk menggapai kembali permukaan hati. Laksana mimpi indah, perempuan itu terpana pada satu titik, dimana tawa sang lelaki menjadi alunan melodi paling indah kesukaannya, Serta genggam tangan sang lelaki yang mengisyaratkan bahwa semuanya akan menjadi baik-baik saja pada akhirnya. Ketika itu semua indah layaknya cerita dongeng di masa kecil. Harapan sang perempuan pun juga masih sama, seperti kisah akhir sang putri dan pangeran impiannya, berakhir indah.

Seakan terlalu berkeyakinan, bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu menuliskan cerita mereka dengan tinta emasnya. Tinta keabadian.

Beranjaklah sang perempuan menuju suatu tempat penuh rasa damai, dengan ditemani deburan ombak sore hari, ia mencoba menyusuri pesisir pantai dengan sejuta kenangannya. Waktu dimana kaki sang lelaki menjejak dan meninggalkan bekas, begitu juga rasa yang tertinggal di hidup sang perempuan. Tak terhapus meski ombak kecil permintaannya untuk menghilangkan sudah terlalu tinggi, bagaikan terukir pada sebuah batu, tak mampu untuk terhapus dalam waktu singkat.

Perempuan itu sadar bahwa hanya si pemilik jejak yang mampu menghaluskan goresan cerita yang tertinggal, tapi ia juga sadar bahwa akan ada goresan dengan relung yang lebih dalam kala ia semakin berharap. Entah goresan itu akan terasa sangat menyakitkan atau malah membuatnya bersenandung. Mematikan logika, hanya tersisa rasa.

Hidupnya sudah terlanjur tergores oleh cerita yang dilalui bersama sang lelaki, dan kemanapun ia mencoba berpindah, goresan itu seakan mengikutinya dan berusaha mengingatkannya. Seegois apapun mohon yang ia minta untuk mematikan rasa, namun rasa sang perempuan malah mengukuhkan diri di tempatnya. Membuatnya menjadi candu akan kehadiran sang lelaki. Meski terkadang rasa yang ia miliki tak tersentuh oleh sang lelaki, yang entah ia sadar atau tidak bertindak mengegoiskan diri dan mengedepankan rasa tak acuhnya, hingga bersembunyi di balik ketidakmampuannya dalam berbuat.

Akhirnya, disinilah ia berdiri. Titik dimana perempuan itu membutuhkan sang lelaki lebih jauh, kini dan entah sampai kapan.

Aku meminta maaf untuk rasa membutuhkan yang terkadang terlalu besar. Percayalah, aku nyatanya sedang mencoba menunggalkan rasa yang sudah menjamakkan dirinya, dalam diriku.









Jakarta, November 2014
Cerita untuk melepas rasa penat




November Rain

Wednesday, November 12, 2014

'Cause nothin' lasts forever
And we both know hearts can change
And it's hard to hold a candle
In the cold November rain

We've been through this such a long long time
Just tryin' to kill the pain

But lovers always come and lovers always go
An no one's really sure who's lettin' go today
Walking away


Lantunan lirik lagu November Rain menggema di telinga perempuan itu. Di sore hari yang tidak begitu kelabu seperti sebelumnya. Namun tampak sekumpulan awan hitam yang sepertinya ingin segera menghampiri langit, angin berhembus dan tanpa ia sadari menarik lebih rapat jaket yang sedang di kenakan.

Jauh sebelum itu....

Melangkah sejenak jauh ke beberapa waktu lalu saat amarah sang lelaki memuncak karena kesalahan yang pernah perempuan itu perbuat. Rasa sakit ini tidak bisa di negoisasi, begitu kata lelaki itu. Hancur rasanya mendengar orang yang perempuan itu sayangi begitu kecewa karena sebuah kesalahpahaman. Tidak peduli pukul berapa, bagaimana langit sudah terlalu malam dan bulan menampakkan dirinya tanda sudah waktunya untuk melelapkan diri, perempuan itu berlari menuju ke arah sang lelaki. Mencoba untuk menemui lelakinya dan memeluknya tanpa jeda, perempuan itu rasakan lagi hal yang sama meski dengan keadaan yang berbeda, bagaimana menggapai seseorang begitu sangat sulit untuk ia lakukan.

Tidak peduli harus menunggu berapa lama, perempuan itu menunggu kedatangan sang lelaki, sendirian, di tempat yang tak pernah ia datangi sebelumnya. Butuh waktu tidak sebentar untuk ia meyakinkan sang lelaki. bahwa semuanya hanyalah kesalah pahaman, bahwa semuanya masih pantas untuk di perjuangkan. Mencoba meraba luka sang lelaki untuk kesekian kalinya, ingin sesegeranya menyembuhkan hingga tiada berbekas. Entah saat itu sang lelaki mempertimbangkan dengan melihat bagaimana perempuan itu berusaha mempertahankan, atau ada alasan lain. Mereka kembali mencoba memperbaiki keadaan bersama. Pelan-pelan.

Hingga akhirnya suatu hari, rasa tak tenang yang beberapa hari belakangan menganggu, membuat perempuan itu mendapati kenyataan. Kesalahan yang dulu pernah ia buat, yang pernah membuatnya begitu tersiksa oleh rasa bersalah, pernah dilakukan jauh sebelum perempuan itu melakukan kesalahannya, oleh seseorang yang amat ia sayangi. Lelakinya. Meski dengan keadaan yang berbeda, rasa kecewanya mungkin hampir sama.

Amarah yang menggunung dan kecewa yang membuncah ? Tak pelak lagi perempuan itu merasakan sakit yang mungkin pernah di rasakan oleh lelakinya. Tapi dengan alasan yang bertambah satu.

Bagaimana bisa kamu menyalahkanku sehebat itu, saat kamu pun pernah melakukan hal yang tidak berbeda menyakitkan sebelumnya ?

Perempuan itu bukan perempuan tersabar yang pernah ada, namun ia masih bisa berusaha menurunkan oktaf suaranya meskipun emosinya yang sedang ia tahan bukanlah sebentar. Hingga akhirnya pertanyaan perempuan itu pada akhirnya, 

"Aku boleh kecewa sama kamu saat ini ?"
Percayalah, saat perempuanmu telah mengucapkan kata itu, sungguh ia telah kecewa jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan. Tapi, ia berusaha untuk menahan.

Hingga perempuan itu menyadari bahwa kecewanya mungkin sama sekali tidak berarti bagi sang lelaki, karena mungkin pula baginya rasa kecewa yang perempuan itu rasakan, bukan sesuatu yang patut sang lelaki pikirkan. Kecewanya, bukan saja karena lelaki itu melakukan kesalahannya, tapi juga karena ia merasa menjadi perempuan yang tidak seharusnya di perjuangkan lebih oleh sang lelaki.

Tanpa usaha untuk mencoba meredam rasa sakit, berbekal alasan bahwa semuanya hanyalah masalah kecil bagi sang lelaki, perempuan itu mengucapkan kata terakhir yang mampu ia utarakan. Kata sederhana yang membuatnya sejenak ingin berhenti dan mewakilkan semua rasa yang ia miliki.

"Terimakasih."






Jakarta, November 2014
Cerita iseng pada musim hujan di bulan november





Ngobrol, yuk ?

Wednesday, October 08, 2014

Tau gak gimana rasanya saat PMS dan emosi kamu lagi ga beraturan terus mendadak sebuah kesalahan kecil menjadi terasa sangat besar, dan kamu menuntut diri untuk bersabar lebih lama lagi, emang gampang ?
Tau juga gak gimana rasanya mesti sabar saat abis capek kerja, maunya bisa melepas penat bersama kesayangan, terus mendadak dapetnya rentetan kalimat penuh kejutekan, emang gampang ?

Gak, menurut saya. Hal mengenai sesuatu yang menuntut kesabaran itu gak ada yang gampang untuk dilakukan meskipun tidak mustahil juga untuk bisa. Tapi, satu hal yang menjadi harga mati untuk setiap sekat jarak dari setiap kesalahpahaman yang berkemungkinan terjadi, K O M U N I K A S I. Lebih simple-nya lagi sih, ngobrol. Omongin apa yang pengen di omongin. Semenyakitkan atau malah membahagiakan hal itu.

Munafik banget buat saya yang masih berumur 22 tahun dan bilang, "Gue sih gak suka pake kode." blah. Boong abis. Udah jadi naluri manusia kayaknya buat bersinggungan langsung dengan ego dan gengsi. Dengan alasan, "Gue pengen lihat dia bakal mengerti gue sejauh mana." atau "Kalo dia sayang sama gue sih ya dianya harus tau mesti gimana." This is 2014 and we still don't have any kind of "mind reader" things. Bahkan sampai sekarang pun, saya masih butuh banyak belajar untuk menyampaikan segala hal dengan cara dan di waktu yang lebih baik.

Beberapa kali saya mengalami kesalahpahaman dengan beberapa orang, entah keluarga, teman, pasangan, bahkan orang yang belum terlalu dikenal. Cuma karena kurangnya atau bahkan gak ada nya minat untuk ber-komunikasi tentang apa yang di maksudkan. Udah aja, hubungan yang bisa semanis gula jawa bakalan berantem cuma karena salah satu atau malah keduanya tidak mengerti keadaan satu sama lain. Apalagi untuk memahami orang yang baru kita kenal, susahnya untuk memulai menelaah kembali setiap jengkal kebiasaan baru, karena setiap manusia pasti memiliki keunikannya sendiri. Misalnya, mungkin yang satu dalam keadaan tidak baik untuk di ajak "menunggu" dan di sisi lain, salah satunya sedang terlalu lelah untuk "merencanakan sesuatu", hingga akhirnya tanpa kata-kata yang seharusnya dikatakan, terjadilah kesalahpahaman melalui percakapan singkat. Emosi ternyata lebih berperan daripada kemampuan untuk saling mengerti satu sama lain. 

Ketika satu sisi berusaha untuk mengingatkan tentang "sabar" dan "semuanya butuh waktu", tapi  di sisi satu nya lagi juga terkadang terlalu jengah untuk mengerti hingga berpikiran "IYA, Gue tau gue mesti sabar, tapi gue juga butuh waktu. Ga ada yang instant kan ?" tapi sayangnya, keduanya gak pake ngomong. Ada salah satu sisi yang berusaha untuk diam dan menahan emosi, berharap mereka atau dia mengerti perasaan dan tindakan 'diam'nya. Kemudian siklus berganti, perannya berubah, dengan mirisnya menyikapi hal dengan cara yang sama. Terus aja gitu sampe lebaran gajah. Kagak ada kelar-kelarnya.

Ada yang pernah bilang ke saya, "Sabar itu gak ada batasnya, adanya batas kemampuan untuk mengerti. Saat emosi itu alasannya kamu bukannya habis kesabaran, tapi karena kamu udah ga mampu lagi untuk mengerti." Gitu. Entah kenapa, karena saya adalah wanita, cuma mau berbagi kepada para pria, bahwa terkadang kamu hanya kurang mengerti kenapa wanita-mu itu berbicara kemana-mana, terkesan mengeluhkan beberapa hal didepanmu padahal kamu tau bahwa itu hal yang sepele untuk di bicarakan, sebenarnya itu salah satu caranya untuk melegakan hati. Mencoba membagi bebannya, mengeluarkan emosinya, menghela napas untuk menjadi lebih ringan. Karena kalian, adalah salah satu yang kami percaya. Mungkin bagi kalian para pria, cukup membutuhkan waktu untuk sendiri dan melepaskan emosi dengan melakukan sesuatu hal yang kalian inginkan, para wanita juga terkadang juga begitu kok, tapi bagi kami para wanita, bercerita tentang apa saja dan cukup kalian mendengarkan tanpa interupsi yang menjatuhkan sudah cukup membuat kami tersenyum lebih lega setelahnya, percaya deh. Karena tidak selalu yang diutarakan dan dikeluhkan menuntut orang lain untuk memberikan masukan setelahnya. Atau mungkin ada beberapa pria yang melakukan hal di atas ? Manusiawi kok.

Jika entah dia, mereka atau kamu memiliki masalah dan memilih untuk meredam emosi dengan diam, bahkan berkepanjangan, tanpa melihat di sisi lain ada orang lain yang sama juga sedang memperjuangkan hubungannya denganmu dengan memberikan waktu, bahkan hingga berkurangnya komunikasi dengan drastis, setelahnya bisakah duduk sebentar di sampingnya dan berbicara menanyakan bagaimana hari-harinya dengan perubahan dan semuanya terjadi tanpa kamu ?

Saya yakin akan ada kalimat penuh kejutan yang akan ia utarakan dihadapanmu. Karena segala perubahan lebih baik tidak akan pernah gampang untuk di jalani, apalagi bila tanpa semangat dan dukungan dari mereka yang di harapkan mampu menemani.

Melegakan untuk dapat berbicara apapun dengan jujur di hadapan mereka yang diharapkan untuk bisa berbagi, pun mendengarkan segala hal kejujuran yang seharusnya di ketahui.

Gak gampang emang buat terbuka, tapi setelah melewati hari yang berat, bukankah lebih baik untuk menutup hari dengan pelukan menenangkan karena saling berusaha untuk mengerti, sembari mengingatkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja ? 

Selamat mencoba ngobrol lebih banyak ya, Kita.







Jakarta, Oktober 2014
Lagi PMS dan pengen ngobrol.







PS :
Teruntuk kamu, NF, ngobrol lebih banyak lagi yuk ?









Untuk segala perihmu, Maaf.

Thursday, September 25, 2014

Dear, Kamu.

Pernahkah kamu merasa bahwa kaki sudah terlalu lelah untuk menajajaki hari dan memilih sesuatu?

Pernahkah kamu merasa bahwa tangan sudah terlalu letih untuk menghapus peluh dalam pencarian?

Pernahkah kamu merasa bahwa hatimu sudah terlalu lemah untuk kembali mengembalikan rasa menjadi utuh ?

Aku pernah, dan kala itu, hati telah memilih untuk berdiam. Meski kaki masih ingin beranjak dan tangan ingin bergerak. Kala itu, hati telah memilih untuk tinggal. Meski kaki masih ingin berlari menyusuri dan tangan ingin merajah. Kala itu, kala aku melihatmu.

Banyak hal yang datang silih berganti, serasa menjanjikan masa depan pun berusaha menggoyahkannya. Ketika akhirnya yang aku lihat adalah tetap kamu, dan hanya kamu. Aku merasa segalanya menjadi baik-baik saja. Tidak peduli berapa banyak harus air mata menjelajah pipi, dan tangan menutup mata untuk sesekali membutakan pandangan. Selama ada tangan yang mendekap dan membuatku harus menghentikan tangis, tanganmu. Karena aku sadar, apapun yang terlalu hebat di akhir tidak akan pernah mudah untuk di lakukan pada awal dan prosesnya.

Entah sudah berapa kali aku merengek manja, meminta sesuatu bahkan hanya bertubi-tubi pelukan darimu sebelum akhirnya kita berpisah, dan kamu kembali ke rumah. Sungguh, aku sedikit merasa kesal untuk memiliki pertemuan denganmu, karena akan selalu ada rindu yang menggebu dengan lebih hebatnya, ketika perpisahan terjadi, meski hanya untuk beberapa saat. Entah sudah berapa kali aku menyebutmu terlalu egois untuk lebih mementingkan sesuatu daripada keberadaanku. Merasa bahwa apapun tentangku harusnya menjadi utamamu. Tapi entah sudah berapa kali pula, kamu merendahkan ego dan mengikuti mauku. Mencoba menggenggam kala aku mencoba melepaskan serta membuatmu menjauh, dan membuatku menjadi yang utama ketika seringkali luput aku sadari maksudnya. Entah sudah berapa kali juga, akhirnya kamu membuatku harus menancapkan rasa tak mampu kehilangan atasmu dengan lebih hebat, tanpa perlu kamu pinta.

Tak perlu harus benturkan kepala untuk kehilangan akal sehat, bagiku, cukup mendadak kamu mencoba untuk membalikkan harapan saja sudah mampu membuatku tak tentu arah. Seakan, esok sudah menjadi pudar di pandangan. Ketika hari aku membuat kesalahan yang menorehkan rasa luka, membuatmu menelan rasa perih. Tanpa sadar aku tak henti memohon agar Tuhan menghilangkan rasa perih tak bertuan itu, memberikan aku kemampuan untuk membalutnya dengan rapi meski butuh waktu yang entah harus berapa lama. Pun, ingin aku berdiam di depan pandangmu, untuk akhirnya kamu mau kembali menjatuhkan pandangan untukku kembali.

Aku tidak mengerti secara pasti bagaimana luka itu mampu membuat jantungmu berdegup lebih kencang karena emosi, tidak mengenal secara benar bagaimana luka itu mampu membuat harimu menjadi tidak terasa benar. Satu hal yang aku tahu pasti, aku mencintaimu dengan akhirnya merasakan bahwa rasa sakit itu nyata adanya.


Di dalam untaian tulisan yang mungkin saja hanya akan kamu baca sekilas, ataupun ketika kamu terlalu lelah untuk mengeja, karena kegiatan tanpa henti terlalu menyita waktu. Aku meminta maaf untuk setiap tetes air mata yang entah kenapa tak mampu aku halangi untuk mengalir. Aku meminta maaf untuk melihatmu dengan tatapan yang entah seperti apa aku tak bisa menjelaskan. Karena tidak peduli harus berlari sejauh mana lagi, untuk akhirnya bisa menggenggammu dengan nyata. Tidak peduli sudah berapa kali aku menekan rasa takut akan sekeliling, untuk akhirnya bisa mendengar suaramu yang melegakan. Tidak peduli kemarin atau nanti akan datang seseorang yang lebih hebat kedalam kehidupanku, aku hanya ingin mencoba untuk berhenti di kamu.

Untuk segala kata dan rasa yang terlalu perih untuk di jabarkan,
aku melepaskan segala hal tentang keegoisan,
aku meminta maaf, maaf, maaf.

Terimakasih untuk pernah dan masih membuatku merasa bahwa masa depan terasa begitu nyata,
Terimakasih untuk membuatku ingin terus bertahan,
Terimakasih untuk tetap tinggal,

Kamu.





Dari seseorang yang mencoba untuk tetap ada pada segala tentangmu,

aku.







Dear, my future husband

Friday, September 05, 2014




Dear, my future husband.


Siapapun kamu di masa depan, istrimu yang masih berusia 22 tahun ini ingin mengucapkan rasa terima kasihnya, karena sudah mempercayakan masa depanmu bersamanya. Meski hanya melalui sebuah post singkat, tapi semua yang tertulis disini adalah ketulusannya.

Hai, bagaimanakah rupamu sang pengelana yang menetap ? Maaf, aku masih bertanya-tanya, kini.
Tak peduli bagaimana binar matamu berbicara, seberapa banyak helaan nafasmu per waktu, dan berapa banyak langkah hari yang telah kita lalui dalam perkenalan, satu hal yang kuketahui pasti, dirimu yan menetap dan semoga tidak pernah memilih untuk pergi, adalah seseorang yang di genggamnya aku hentikan pencarian dan melabuhkan segala harapan.

Ketika nanti kita sudah menyatukan dua misi, dua keluarga dan dua pendapat yang berbeda, semoga apapun alasan yang harusnya membuat kita berpisah, mampu mengeratkan kembali apa yang hendak terlepas. Menjadi seseorang yang berdiri satu shaff di belakangmu, mencium tanganmu kemanapun kita akan melepaskan pelukan, meminta izinmu atas segala yang akan aku lakukan, dan menjadi satu-satunya hal halal bagimu untuk menerima semua rasa bahagia dan berbagi duka.

Bagaimanapun rupamu, sifatmu dan impianmu, mungkin saja semuanya adalah jawaban dari setiap harapanku saat menengadahkan tangan, dan berbicara dengan Tuhan untuk setiap pertanyaan, siapakah yang nantinya menjadi teman seumur hidup ?

Hari demi hari akan kita lewati dengan menanjakkan kaki lebih kuat, dan melewati berbagai masalah dengan segala hal yang kita berdua miliki. Melewati segala musim dengan segala kemungkinan terbaik maupun terburuk. Melengkapi hari dengan pelukan sebagai pembuka dan penutupnya. Namun, maaf bila nantinya akan bertambah orang yang sangat aku cintai, tempat aku menggantungkan harapanku selanjutnya, perpaduan rupamu dan rupaku, akan ku panggil mereka dengan bangga, my future children.

Teruntuk kamu, pendamping, teman dan calon dari anak-anakku kelak, apapun nanti amarah yang terbakar dan membuatku melontarkan hal yang menyakitkan, atapun tingkah laku yang mampu membuat hatimu sakit, mohon maafkan aku, dan ingatlah bahwa tidak ada siapapun di dunia ini yang mampu mendeskripsikan, sebagaimana besar dan tulusnya rasa sayang yang aku miliki untukmu.

Maaf untuk segala kata yang terkesan melankolis, aku hanya tidak mampu menggambarkan bagaimana rasa bahagia yang aku miliki di hari penyatuan kita nanti.

Tak peduli bagaimana jauh jarak diriku nanti dari orang-orang yang aku sayangi,
Tak peduli bagaimana rasa rinduku yang begitu hebat atas kenyamanan rumah dan kenangan di masa kecil,
Tak peduli bagaimana hal terpenting milikku yang tersisa adalah dirimu, 
Because when I'm with you, I'm home.






With love,

Your future wife





Dear, myself on 5 years later

Friday, August 29, 2014




Dear, myself on 5 years later

You're young, selfish, and unpredictable. Until one day, di umur 22 tahun tiba-tiba terpikir, 5 Tahun lagi mau jadi apa ya ?

Seringkali kita terlalu terpaku untuk menjalani hari demi hari, dan terlupa untuk merencanakan masa depan, yang pastinya akan bermula dari hari ini. Begitu juga dirimu ini, terlalu sibuk meski hanya untuk berimajinasi. Hampir saja lupa bagaimana rasanya membahagiakan diri dengan menyusun rencana masa depan.

Hari ini, entah kenapa ingin sekali menuliskan sesuatu tentang rencana masa depan. Harapan, pastinya. Dimulai dari angan untuk 5 tahun yang akan datang. Karena, 5 tahun bukan waktu yang terlalu lama untuk dijalani dan merancanakan sesuatu dengan matang. 5 tahun yang akan datang, ada banyak hal yang ingin di raih, di explore, di temukan, dan masih banyak lagi. Pastinya, 5 tahun lagi, entah kenapa dirimu ini menuliskan ada 5 hal pasti yang ingin di wujudkan. 
  1. Tabungan masa depan
  2. Rumah
  3. Kendaraan tambahan hasil sendiri
  4. Memiliki seorang pendamping untuk seumur hidup dan membangun keluarga kecil
  5. Menjadi seorang ibu.
Bagi beberapa orang memang apa yang aku tuliskan untuk pencapaian di 5 tahun yang akan datang merupakan hal yang terkesan biasa. Tapi, tidak untuk aku yang masih seringkali susah dan bandel untuk bertanggung jawab dengan masa depan. Ada banyak alasan kenapa hal seperti ini bahkan tertulis dengan lugas di halaman ini, mungkin karena ini seperti rekam jejak dan pengingat untuk segala ke-alfa-an yang mungkin saja akan aku lakukan di masa depan. Meskipun kita tau bahwa Takdir, Jodoh, Rezeki dan Kematian adalah kuasa-Nya, kita seringkali lupa untuk menyatukan ramuan doa, dengan kerasnya usaha yang nanti menentukan hasil akhir. Man Jadda WaJada, bukankah begitu ?

Untuk segala hal urusan duniawi, kebutuhan tersier, sekunder dan primer dan entah kebutuhan umum lainnya, tentu hal yang mesti aku tekankan untuk dipersiapkan segala simpanannya--tabungan maksudnya--dalam menghadapi kebutuhan di masa depan. Karena kita tidak akan tahu, apa yang akan kita hadapi. Tuhan pun bersabda bahwa Dia tidak akan mengubah nasib seorang umat, tanpa usaha mereka sendiri, bukan ?

Ada yang bilang, "Ketika kamu bisa membayangkan masa depan bersamanya, dia pantas untuk di perjuangkan." kalimat sederhana yang membuatku tersenyum dan meninggalkan rasa hangat. Untuk hal ini, aku kira berlaku untuk masa depan yang nanti akan aku jajaki hari demi harinya. Karena, aku tidak akan bersifat munafik untuk mengaku bahwa salah satu alasanku untuk memilih seorang pasangan hidup, bukan saja nantinya ia bisa meng-imam-i keluarga kecilnya dekat tidak hanya kepada Tuhan, tapi juga keluarga dan orang lain. Tapi juga ia yang mampu bertanggung jawab untuk memberikan masa depan yang nyata, nyaman dan aman untuk calon keluarganya kelak. Sebagai seorang perempuan --meski masih 22 tahun-- pikiran untuk melangkah jauh dalam menjalan sebuah hubungan tentu saja ada, perasaan dan doa untuk menjadikan kali ini sebagai hubungan yang terakhir dan semoga untuk selamanya, terpartri dalam ingatan. Entah kenapa, untuk kai ini, pemikiran untuk melangkah ke masa depan, tampak dengan lebih nyata. Ucap syukur kepada Tuhan seringkali aku lontarkan selepas ku bersujud kepada-Nya.

Segala keinginan pribadi atas nama naluri seseorang yang belum menikah, melihat segala sesuatu yang menarik dan ingin memiliki segalanya tanpa terpikir apakah benar-benar membutuhkan atau tidak. Konsep ini hanya aku, atau orang lain juga begitu ? :))

Tetapi beberapa bulan belakangan, entah kenapa, pemikiran sudah jauh untuk membandingkan dan memilah mana yang ingin dimiliki, digunakan atau hanya keinginan sesaat. Ah, terdengar sudah agak tua, apalagi pemikiranku di 5 tahun yang akan datang. Mulai belajar untuk memasuki wilayah dapur--sejujurnya dulu jarang sekali tersentuh--, sudah mencoba beberapa resep makanan yang simple dan menghidangkannya ke keluarga terdekat.

Sekarang segala hal yang diinginkan sedang dalam proses dalam usaha dan doa untuk di wujudkan dalam nyata. Semoga Tuhan selalu menunjukkan mana yang terbaik yang harusnya aku jalani. Dan teruntuk diriku di umur 5 tahun yang akan datang, which means 27 years old, catatan singkat ini semoga bisa mengingatkan bagaimana ketidaktahuanmu tentang masa depan namun bermimpi dan berusaha menggariskan yang diinginkan dalam 5 tahun yang akan datang. I'm gonna meet you 5 years later, Apakah semuanya berjalan sesuai rencana ? I hope so.




Tertanda, dirimu di umur 22 tahun.
Jakarta, Agustus 2014
Antara usaha, doa dan rencana masa depan.





Ps:
Kalau kamu, ingin menjadi seperti apakah dalam 5 tahun yang akan datang ?
Let's write it down and see how's your life change.
Selamat bermimpi dan merencakan masa depan!



Sang perempuan dan harapan barunya.

Sunday, August 24, 2014

Aku ingin nantinya mencintaimu dengan bukan lagi sepenuh hati, tapi sepenuh kehidupan yang aku miliki.

Tapi untuk saat ini, biarkan aku mencoba untuk berbicara hanya dengan diriku sendiri,
berusaha meyakinkan bahwa apa yang akan aku pertaruhkan untukmu, bukanlah hanya ego diri yang berbicara.

Malam itu, bintang seakan enggan menggeliat di langit. Menyibukan dirinya dengan lain hal, hingga perempuan itu tak mampu melihat dimana mereka berada. Tak ada hembusan angin pun rasa dingin, yang biasanya mampu membuatnya merekatkan tangan lebih kencang lagi.

Perempuan itu berjalan dengan gontai, pikirannya---bukan lagi badannya--- mencoba berdamai dengan emosinya yang menderu dan sesekali membuatnya harus merelakan tetes demi tetes air mata turun menjelajahi pipinya. Hingga akhirnya ia sambut dengan usapan lemah tangannya. Pundaknya naik turun, berdampingan dengan isak tangis yang berusaha ia tahan sedemikian rupa. Perempuan itu malu dengan semesta, ia ingin terus terlihat bahagia, menghargai semua kerja keras semesta yang membuatnya bisa berdiri dengan pastinya di antara semua nikmat bahagia yang ia rasakan kini. Berusaha untuk mendiamkan diri dan menghentikan tangis, sepertinya menjadi pilihan terbaiknya.

Terlalu bahagia, terkadang bisa membuat siapapun lupa. Bahwa bahagia juga meletakkan rasa lelah di akhir permainannya. Perempuan itu terlalu sering berlari, berputar dan tertawa bermainkan rasa bahagia yang membuncah dengan kehidupannya. Ia lupa untuk mengistirahatkan sejenak semua sendi tubuh dan hatinya, bukan, ia bukan sedang merasakan sakit yang menghempas, ia hanya merasakan kelelahan mulai merambat di hari-harinya.

Memiliki sesuatu yang baru dan mengamatinya hari demi hari, merespon apa yang dilakukan, serta meletakkan harapan untuk selalu berdampingan. Perempuan itu mencintai dengan membicarakan segala hal tentang hidupnya, berceloteh bahkan dalam diamnya dengan menggenggam hingga tanpa lepas, mengisyaratkan bahwa ia menaruh separuh kepercayaannya.

Hari demi hari, perempuan itu akhirnya mulai menguapkan rasa kelelahan dari dalam dirinya, setitik demi titik mulai menunjukkan keringatnya. Tak pelak lagi, rasa ingin mencoba hal yang baru lagi datang menghampiri. Hal baru seringkali berkilauan, hingga perempuan itu mendekat dan memandangnya dengan berbinar. Tapi, ia sadar untuk segera pulang dan memanjakan segala hal yang telah ia miliki. Perempuan itu tidak ingin sesuatu yang baru atau mungkin hal yang telah lama di tinggalkan untuk merusak apa yang kini sedang ia miliki untuk di jaga.

Rasa lelahnya seringkali diglitik dengan usapan menarik dari segala hal yang ia miliki, mengajaknya seakan untuk berjaga dan terus melindunginya, menghalaunya dari orang lain atau hal baru yang bisa saja merusaknya. Perempuan itu berusaha mengupayakan segala hal yang ia miliki untuk menjaga, hingga terkadang ia lupa dengan dirinya sendiri.

Hingga akhirnya, 

Perempuan itu lupa bahwa ia juga butuh di lindungi dan di genggam erat, merasakan bahwa ada sesuatu yang akan kehilangan ketika ia melangkah pergi. Atau mungkin hanya ingin merasa "dicari" ? Sebagaimana ia berusaha menjadikan segala hal yang ia miliki adalah yang utama. Ketika menomorsekiankan segala yang ia inginkan, untuk segala hal yang miliki.

Perempuan itu menenggelamkan kepalanya dibalik selimut hangatnya kala menghentikan sedunya, mencoba mencari ketenangan diselipan rasa terlindungi walau hanya di dekap lembutnya kapas. Hanya rasa "dibutuhkan" yang teramat besar, yang kini bisa membawanya kembali pulang dan terduduk menjalankan apa yang harusnya ia jalani.

Tapi untuk kali ini, ia meminta semesta sedikit memberinya ruang diantara segala hal kebahagiaan yang ia miliki. Ruang untuk mengambil nafas dan merasakan setiap inci dari dirinya, dan mengegoiskan pikiran hanya untuk memikirkan dirinya sendiri. Mencoba melihat, apakah segala hal yang ia jaga, mampu bertahan meski tanpanya. Ia berjanji untuk selalu ada dan menjaga, kapanpun dan dimanapun, tapi perempuan itu pun tahu diri untuk berubah memutar balikkan arah genggamannya, ketika tahu bahwa segala hal yang ia miliki sudah tidak lagi membutuhkannya. Bukankah sudah hukum alam, bahwa setiap hal akan melakukan perubahan seiring berjalannya waktu ?


Berharap diri dan segala hal miliknya berubah menjadi lebih baik.











Jakarta. Agustus 2014
Sedang bosan dan ingin mengisahkan sesuatu.





Teruntuk siapapun yang (harusnya) belajar merelakan

Monday, August 18, 2014

Apa kabar, hati ?

Kilasan kenangan yang lalu seakan memberi salam untuk yang telah terpendam, atau yang seharusnya kini sudah tak perlu lagi meluap ke permukaan.

Kamu, yang hingga kini masih mengharapkan sesuatu untuk kembali dan merajai hari dengan rindu yang baru. Ku haturkan pesan, semoga hatimu baik-baik saja. Aku tidak tahu pasti sudah seletih apa hatimu kini, tapi aku pernah tau bagaimana mencoba untuk menghadapinya. Mencoba menghadapi kenyataan dengan setengah hati yang retak, tidak berdarah pun tampak, tapi rasa sakitnya mendampingi hari, selalu.

Kamu, dengan penuh kebimbangan dan jatuh bangun untuk memperbaiki pondasi hidupmu sendiri, kini mungkin sedang kembali terhempas kala mengetahui, ada yang membuat dia yang kamu sayangi bisa tersenyum bahagia. Memeluk dan menjaga hati, yang mana bukan kamu lagi tujuannya. Lalu apa yang akan kamu lakukan kini ? Kembali jatuhkah, mencoba pura-pura tersenyum walau getir atau menyalahkan kebahagiaan lain yang sedang bersemi dengan syahdunya ?

Mungkin kini kamu mencoba mencari pembenaran atas semua sikap egoismu untuk mendekati dan memiliki yang bukan lagi milikmu, mencari pembenaran bahwa harusnya masih kamu dan selalu kamu yang menyumbangkan alasan di tiap senyumnya. Mungkin juga kini kamu mencari pembenaran untuk setiap kata yang kamu rasa pantas untuk dilontarkan, alasan untuk rasa sakit hatimu. Meskipun kamu menyadari, terselip kesalahan di setiap sudut pembenaran yang kamu lakukan.

Tapi, bukankah yang menyakiti hatimu adalah harapanmu sendiri ?

Harapan bahwa semuanya akan kembali sama seperti dulu, ketika semua cerita masih tentangmu dan dia. Harapan yang sesungguhnya kamu pun tau, bahwa itu semu. Tak jelas asalnya, pun entah mampu terjadi lagi atau tidak, meski doa tak luput kamu lafalkan di setiap mengingat tentangnya. Akhirnya, kamu hanya mendulang rasa sakit kembali.

Tidak ada yang bisa meyakinkanmu bahwa semuanya sudah kembali baik-baik saja, pasti rasa sakit itu masih seringkali berdenyut hebat, atau sesekali malah melumpuhkan persendian kesadaranmu. Tidak pula ada yang bisa menjamin bahwa ini semua telah berakhir, karena Tuhan tak pernah bersuara secara langsung untuk mengatakan persetujuannya tentangmu dan dia, yang kamu cintai.

Aku yang melihatmu dari jauh, mencoba mengirimkan rasa maaf bahwa harus kamu terima kenyataan, yang tentunya sama sekali bukan keinginanmu. Maafkan aku yang telah lancang mengingatkanmu, bahwa kini yang kamu pikirkan masih menjadi salah satu prioritas hidupmu, bukan lagi milikmu. Tapi, sepatutnya kamu menyadari, bahwa apapun yang sedang kamu hadapi hari ini, berharap saja ini hanya sekilas lalu pembelajaran untuk harimu yang sudah pasti lebih baik lagi.

Tak usah terlalu cepat berlari, aku tau hatimu masih belum pulih benar. Tak usah pula terlalu lama mencoba menutup mata untuk melihat kenyataan, kamu telah terlalu lama membohongi hati. Pelan-pelan saja, meski mungkin membutuhkan waktu yang tak sedikit. Karena bila rasa sakit dan ketidaksiapan itu menjadi alasanmu untuk berhenti, entah kapan kamu akan merasa siap. Tidak akan pernah.

Entah nantinya kamu akan membaca dan mencoba berpikir, tetaplah untuk tak berhenti melaju.
Untuk merelakan yang seharusnya kamu relakan.
Bukan saja ini hanya untuknya, tapi juga untuk ketenangan hidupmu.


Karena kebahagiaan lain yang menjadi milikmu,
Kini menunggu untuk ditemukan.











Jakarta, Agustus 2014
Cerah namun sesekali berawan.




Cerita baru tentang kepercayaan perempuan itu.

Friday, July 04, 2014

Kala jari jemariku merindukan selanya diisi olehmu
Kala itu aku menyadari bahwa aku tidak sesempurna itu untuk menahan segalanya.

Kala langkahku terasa goyah ketika berjalan tanpa didampingimu
Kala itu aku menyadari bahwa kehampaan bisa datang dengan sesederhana itu.

Kamu, menjadi alasanku untuk menyadari bahwa alasan termudah untuk meluapkan emosi adalah, ketidakberadaanmu di sisi, atau setidaknya ketiadaan kabar meski hanya berupa pesan singkat.

Kamu, menjadi alasanku untuk menyadari bahwa alasan termudah untuk meredakan amarah adalah, ketika pelukanmu menjadi tempat kembali ternyaman, menjadi penawar dalam emosi.


Tanya perempuan itu dengan berbisik.


Masih ingat tentang perempuan yang menyukai toko buku ? Perempuan itu dan tempat ternyamannya yang pernah aku haturkan kisahnya kepadamu. Aku ingin menceritakan sedikit kelanjutan kisahnya, karena sepertinya telah melewati banyak hari dan cerita baru.

Ini rahasia, bisakah kamu menjaganya ?

Perempuan itu ternyata telah bertemu dengan seseorang, yang kini seringkali mengiringi langkahnya untuk sekedar mengitari tempat kesukaannya. Atau mungkin untuk sekedar menghabiskan waktunya duduk diam menghadap layar ketika film kesukaan sedang diputar di bioskop, mungkin juga ketika kesukaannya untuk menghabiskan semangkuk ramen pedas.

Perempuan itu telah bertemu dengan seseorang, yang bisa ia genggam tangannya ketika melewati hamparan pasir pantai. Juga ketika perempuan itu ingin menghabiskan hari menikmati tenggelamnya matahari.  Ia telah menemukan seseorang yang ia ingin habiskan hari-hari untuk bersandar, mencurahkan keluh kesah, meluapkan emosi ataupun menitipkan hatinya sejenak untuk beristirahat.

Tapi sayang, ketika keegoisan untuk memiliki mengaburkan pandangan hatinya, ia menjadi sedikit lebih arogan dari biasanya. Perempuan itu terlalu buta oleh rasa sakit yang pernah ia rasakan, dulu. Ia mengedepankan rasa takutnya untuk akhirnya membuat jarak antara mereka. Membuat rasa manis mendadak menjadi terlalu hambar untuk dicecap masing-masing.

Tak peduli kini perempuan itu terduduk menahan sakit entah dari fisik ataupun hatinya, perempuan itu merasa ada yang hilang ketika amarah menguasai dirinya. Dirinya sungguh terlalu bodoh untuk menegaskan kenyataan yang sepenuhnya hanya kekhawatiran. Tapi perempuan itu masih berdiri di tempatnya dengan keegoisan. Mengharapkan pengertian tentang rasa sakit, betul begitukah ?

Perempuan itu sudah mampu sedikit demi sedikit mempercayakan hatinya, meletakkannya di genggaman seseorang yang ia tahu bisa sangat menyakitkan bila dihancurkan kembali. Kapan pun itu, ia masih belom siap. Meski hatinya pernah terjatuh dan berserakan tak berbekas, oleh tangan orang lain yang hanya berbalik pergi tanpa ada penjelasan pasti, perempuan itu mampu melekatkan lagi setiap serpihannya untuk bertahan hidup.

Waktu menjadi teman terbaik sang perempuan, untuk memoles kembali hatinya untuk menjadi lebih menarik lagi. Pelajarannya untuk tidak selamanya bisa percaya, seringkali membuatnya menyembunyikan hatinya lebih dalam dari yang seharusnya. Seperti layaknya seorang anak kecil yang tidak ingin tersentuh oleh tangan kotor sehabis bermain dengan kebohongan. Perempuan itu melapisi hati rapuhnya dengan sangat hati-hati. Memilah tangan mana yang bisa ia titipkan ketika ia ingin berlari sebentar tanpa beban, tanpa harus berhati-hati karena hatinya sedang ia bawa dan terlalu rapuh untuk diajak berlarian.

Meski seringkali keraguan menggetarkan dan hampir membalikkan semuanya. Memecah semua balutan kenyataan manis. Karena seringkali juga keegoisan untuk diakui bisa saja memporakporandakan segala rencana, hanya untuk perasaan "termiliki", perempuan itu mencoba melakukan segalanya. Perempuan itu jelas sangat tahu rasanya untuk disembunyikan, dianggap tiada kehadirannya, dilewati seakan alfa, ketika nyatanya ia punya hak pasti untuk dibanggakan dan disadari ada-nya. Ketika ia berhenti melangkah, karena seseorang yang pernah ia percaya, hanya berbalik tanpa menahannya untuk mengucapkan kata selamat tinggal. Perempuan itu tau bagaimana rasanya kenyataan sakit menghantamnya tanpa dia sempat sadari untuk berlari menghindar.

Perempuan itu tidak ingin merasakan sakit lagi, hingga harus merelakan melihat hatinya kembali berserakan.

Tangan seseorang yang menggenggam hatinya, kini memiliki kekuasaan yang sepenuhnya bisa ia lakukan untuk menghancurkan. Tetapi perempuan itu hanya bisa meletakkan hati beserta kepercayaan disampingnya.

Teruntuk lelaki yang saat ini perempuan itu sedang percayakan hatinya, 
Maaf bila memang perempuan itu terlalu egois untuk menyatakan kepemilikanmu atas dirinya. Tak peduli bagaimana dirimu, ia melihatmu dengan percayanya. Karenanya pula perempuan itu sadar, bahwa di dalam dirimu telah ia titipkan separuh tentang kehidupannya. Tentang kenangan maupun impian masa depan.


Karena perempuan itu saat ini memilihmu,
Ketika letihnya terlalu lama terjaga sendiri,
Bisakah kamu menjaga hatinya?




Akhirnya perempuan itu menyatakan akhir dari pertanyaannya.





Jakarta, malam selepas hening tanpa kabar
Backsound : Close your eyes - Michael Buble




#ExploreIndonesia 3 cities in a row (Jogja – Bali – Lombok)

Sunday, June 29, 2014



Ceritanya kemaren abis holiday, pengennya sih di simpan sendiri, tapi berhubung mungkin cerita ini bisa membantu sedikit orang lain yang ingin liburan dengan update-an terbaru. Kayaknya lebih baik berbagi.

Begini ceritanya…….

Rencana liburan singkat yang sudah direncanakan beberapa bulan kemarin dimulai dengan lontaran konyol. Karena memang sudah terlalu ingin meliburkan otak dan badan. Akhirnya #TripThree ke Jogja, Lombok dan Bali pun terencana. Dimulai dengan mencari referensi penginapan, transportasi, tempat wisata dan makanan. Seriously, you need to do this before the trip. Karena kita gak mungkin jadi backpacker yang kehilangan arah dan gak tau jalan pulang, cuma karena kita gak tau kisaran harga dan apa yang harus dilakukan disana kan ? Juga mencari semua perlengkapan yang dibutuhkan, mulai dari pakaian, sunblock, sepatu (Hatur nuhun kak @ridyafirsty buat nemenin keliling 4 toko nyari sepatu khusus buat berangkat) hingga ke tas khususnya. Semua persiapan tergantung dari pribadi masing-masing sih.

Kamis, 12 Juni 2014

Start from Halte Transjakarta Blok M 3500/orang untuk tiketnya, berjalanlah menuju ke Stasiun Pasar Senen untuk menaiki kereta Bogowonto, kereta ekonomi AC jurusan Jakarta – Lempuyangan yang didapat dengan harga 145.000/orang. Masalah kondisi kereta ? Duh. Bersih. Gak lagi banyak pedagang asongan, ada tempat untuk nge-charger di setiap tempat duduk, toilet juga lumayan kok. Nilainya 8/10 deh. Semoga perkereta api-an Indonesia makin lebih baik lagi. HOBAH!

Tiket Transjakarta

Tiket Kereta Bogowonto


Jum’at, 13 Juni 2014

Berangkat jam 22.00 WIB dari stasiun Pasar Senen dan sampai di stasiun Lempuyangan Jogja sekitar  jam 06.30 WIB. Perjalanan yang lumayan menyegarkan mata sewaktu pagi melihat ke jendela, hamparan sawah dan sunrise yang ga biasa di lihat di daerah Jakarta. Setelah turun dari kereta, mencari makan disekitaran stasiun, terpilihlah soto dan nasi sebagai sarapan pagi. Harganya murah meriah Cuma 6.000/mangkok + nasinya. *tepoktangan* Berjalan sedikit kearah halte Transjogja, membeli tiket 3.500/orang dan bertanya kearah malioboro—dengan awal mula salah masuk yang malah dari pintu keluar, untung orang jogja pada ramah-ramah sama pendatang *failed*-- sampailah di malioboro dalam waktu 10-15menitan. Mencari penginapan di sekitaran malioboro itu banyak banget dari range 80ribuan – ratusan ribu rupiah tinggal pilih. Terpilihlah sebuah penginapan di daerah Sosrowijayan - Malioboro dengan harga kamar 120.000/malam kita udah bisa dapetin fasilitas tempat tidur, kamar mandi dalam, kipas angin dan bersih pastinya. Kondisi penginapan yang deket sama jalanan sudah pasti menguntungkan untuk kemana-mana ataupun membeli sesuatu. Siangnya, mencari makanan disekitaran malioboro dengan harga 15.000/orang, sambil berjalan-jalan mengelilingi malioboro. Setelah itu mengunjungi Museum Benteng Vredeburg dengan biaya masuk 2.000/orang, udah bias puaaaas banget deh tuh kelilingan museum dengan isinya yang berbau sejarah. Lanjut lagi ke Museum Pintar Yogyakarta setelah sebelumnya ngaso sebentaran di pelatarannya, cukup dengan membayar 18000/orang dengan tiket dewasa, kita disuguhi pengetahuan di berbagai tema. Mulai dari sejarah Indonesia, Zaman purbakala, Seaworld mini hingga PPIptek. Tempatnya hampir mirip TMII tapi versi imutnya. Disana juga ada planetarium, belajar membatik dan membuat gerabah, masih banyak lagi. Sayangnya sudah terlalu sore dan tutup. Baliknya, pengen nyobain naik becak lagi, yaudah deh bayar becaknya 15000/becak udah lumayan muter-muter dianter sampe penginapan. Note: Hati-hati sama becak yang menawarkan harga murah, bisa jadi sewaktu turun malah dinaikin harganya dan diajak muter-muter gak jelas.

Sebagai cewek, apalagi baru nyobain perjalanan ala backpacker gini, akhirnya melipirlah buat refleksi kaki yang menjamur di sekitaran malioboro. Dengan membayar 30.000/setengah jam (kalo gak salah) dan pelayanan yang baik, lumayan seger deh kakinya lagi. Makan malamnya nasi goreng di sekitaran penginapan dengan harga 12.000/bungkus. Berlanjut dengan istirahat untuk melanjutkan perjalanan besoknya.
Tiket Museum Benteng Vredeburg

Tiket Taman Pintar Yogyakarta
Salah satu sudut sejarah di Museum Benteng Vredeburg


Sabtu, 14 Juni 2014

Pagi harinya membeli sarapan nasi angkringan di sekitaran stasiun dengan total 15.000, udah termasuk nasi 4 bungkus dan gorengannya . Berlanjut dari Stasiun Lempuyangan Jogja lagi menuju ke Stasiun Banyuwangi Baru dengan menggunakan kereta ekonomi AC SRI TANJUNG dengan harga 50.000/orang berangkat pukul 07.30 WIB dan sampai pada pukul 20.15 WIB. Lumayan banget perjalanan di dalam kereta melelahkan, dengan kondisi siang yang terik, memang AC di dalam gerbong tidak terlalu terasa – Untung bawa kipas sendiri – siangnya membeli makanan di kereta Nasi goring dengan harga 15.000/paket dan rasanya ya not bad lah. Malam harinya setelah sampai di stasiun Banyuwangi Baru, berjalanlah sekitar 300 m kearah pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke pelabuhan Gilimanuk Bali. Banyak becak atau ojek dan sejenisnya yang menawarkan untuk mengantarkan ke pelabuhan, tapi seriusan deh, deket. Jadi mendingan jalan aja, lumayan menghemat. Dengan harga 6.500/orang sudah bisa menyebrang ke Gilimanuk dengan kapal Ferry dan beruntungnya sewaktu sampe udah langsung ada kapal.

Tiket kereta SRI TANJUNG

Tiket kapal ferry di Pelabuhan Ketapang


Minggu, 15 Juni 2014

Cuma butuh waktu sekitar 30-40MENIT buat menyebrang dan akhirnya menginjakkan kaki ke daerah WITA di Gilimanuk Bali. Berjalan sebentar ke luar pelabuhan, di sebelah kiri jalan ada yang menawarkan untuk menuju ke Pelabuhan Padang Bai dengan harga 50.000 – 40.000/orang menggunakan bus dan dapet bus bernama BAHAGIA. *Ketawa dalam hati* Sayangnya perjalanan baru bisa dimulai sekitar pukul 01.00 – 01.30 WITA, jadi mesti nunggu dulu beberapa jam sambil tiduran atau nonton piala dunia rame-rame sama yang lain di ruang tunggunya.

Perjalanan di mulai sekitar pukul 01.30 WITA dan memecah pulau Bali dari pelabuhan Gilimanuk sampai ke Pelabuhan Padang Bai sekitar 4 – 4,5 jam. Sampai di pelabuhan Padang Bai skitar pukul 06.00 WITA dan istirahat sebentar di mushola dilanjutkan sarapan nasi bungkus 5.000/bungkus , sewaktu sarapan ditawarkan membeli tiket kapal menyebrang ke Pelabuhan Lembar Lombok seharga 40.000/orang dan nama kapalnya MURYATI (cmiiw) lumayan banget buat kapal ferry, nyamaaaaan banget. Perjalanan untuk menyebrang membutuhkan waktu 4-4,5 Jam juga. Sekitar pukul 12.00 WITA sampailah di pelabuhan Lembar Lombok *aaaaaaaaaaaaaaaaa* *excited*

Sesampainya di pelabuhan, kita jalan keluar dan makan siang dengan harga 15.000/porsi nasi beserta lauk pauknya (kalo gak salah). Transportasi menuju ke mataram dari arah pelabuhan memang agak susah, jadinya menyewa mobil avanza nya pak Haji dengan harga 50.000/orang. Disini ada banyak banget mobil sewaan begitu, lebih banyak orangnya maka lebih murah juga bagi-baginya. Perjalanan sekitar 30 Menitan dan kita memilih untuk di antar ke penginapan Wisma Nusantara 2 di Jl. Beo, mataram. Awalnya memilih untuk booking kamar seharga 140.000/kamar dengan fasilitas AC, Kamar mandi dalam, TV dan sarapan. Untuk kebersihan dikaish nilai 6/10 deh. Disini juga ada laundry dengan harga 5.000/kg dengan waktu 1x24 jam.  Disini juga ada peminjaman motor, dengan harga 50.000/hari untuk motor bebek biasa dan 60.000/hari untuk motor matic.

Hari pertama di Lombok, ditutup dengan makan malam khas Lombok yaitu Sate rembiga dan Plecing kangkung dengan harga 15.000/porsi untuk satenya di daerah Jl. Dr. Wahidin. Rasa satenya yang khas antara manis, pedas dan lembut emang harus banget di coba! Sayang banget saat itu jaket yang dibawa ketinggalan dan disinilah belajar merelakan. *hiks*


Sate Rembiga dan Plecing Kangkung

Senin, 16 Juni 2014

Monday is suck ? Not for today! Hari seninnya di isi dengan perjalanan ke daerah Gili Trawangan dengan melintasi pegunungan untuk menuju ke pelabuhan Bangsal. Perjalanan menggunakan GPS yang membutuhkan waktu 30 – 40 menitan itu ditemani dengan udara pegunungan yang bersih serta sesekali ada banyak monyet-monyet di pinggir jalan lumayan memanjakan mata dan paru-paru. Sesampainya di pelabuhan Bangsal, menitipkan motor di penitipan sepanjang jalan banyak ditemukan kok, dengan harga 5.000/setengah hari atau 10.000/malam (dititipin). Untuk menyebrang, membeli tiket seharga 13.500/orang untuk kapal biasa dan sebelumnya membeli air 5.000/botol ½ liter, karena katanya sih harga-harga di Gili Trawangan agak mahal untuk kantong backpacker. Setiap saat ada kapal untuk menyebrang kok, jadi tenang aja. Ada yang bisa ke Gili trawangan, Gili Air atau ke Gili Meno dan untuk kapal Fast boat nya harga untuk warga lokal sekitar 75.000/orang, tapi memang jarak ditempuh jadi lebih cepat Cuma sekitar 10-15menit doing. Kalau kapal umum yang murah meriah, waktunya 30 menitan.

Sesampainya di Gili Trawangan – yang mendadak merasa seperti turis di negeri sendiri, karena bule banyak banget betebaran kayak kacang-- kita langsung mencari travel yang mengakomodasiin untuk snorkeling dan trip 3 Gili (Gili trawangan, Gili Air, Gili Meno). Ada banyak yang menawarkan. Akhirnya kita memilih salah satu trip dengan harga 100.000/orang tanpa makan siang. Sudah dapat fasilitas alat snorkeling. Per-kapal dicampur sekitar 20an orang untuk sekali trip. Sekitar pukul 10.30 WITA kita berangkat. Pertama kalinya ikutan snorkeling di laut lepas gitu, sempat mengalami kendala karena angin dan ombak yang lumayan gede, jadi sampe mesti dibantuin abang-abangnya dan mereka emang sigap banget. *Failed for the second time* Tapi emang keadaannya bagus banget, terumbu karang dan airnya masih bersih banget. Apalagi ditambah di Gili Trawangan kendaraan bermotor gak diperbolehkan, otomatis yang ada Cuma Cidomo dan Sepeda. Udaranya bersih banget. Makan siang di Gili Air dengan harga 25.000/an keatas per-porsi harganya lumayan juga. Tapi emang di Gili Air, snorkeling airnya lebih bersih dan bagus. Kita bisa liat langsung ke dasar dan lebih banyak ikan-ikannya. Trip 3 gilinya berakhir sekitar pukul 16.00 WITA.

Dilanjutkan dengan mencari Creative Homestay yang udah kita cari informasi sebelumnya, kita bisa mendapatkan kamar 150.000/kamar setelah nego *gak mau rugi haha* untuk fasilitas tempat tidur, kamar mandi dalam, kipas angin dan sarapan gratis yang pastinya bersih. Penyewaan sepeda juga ada disini dengan harga 50.000/hari. Berjudul mengejar sunset di Gili Trawangan, akhirnya bertanya tempat biasa sunset di sana dan menunggu sunset yang emang indah banget. Malamnya, meski sepanjang jalan banyak tempat makan, tapi memilih untuk makan murah meriah di Art Market-nya. Banyak makanan yang disuguhkan, akhirnya total makan kira-kira 90.000 ribuan/2orang ditambah beli martabak nutella 18.000/bungkus.

Tiket di Pelabuhan Bangsal
Salah satu pemandangan bawah air Gili dari dalam kapal


Selasa, 17 Juni 2014

Perjalanan pulang kembali ke pelabuhan bangsal dikenakan biaya 13.000/orang dan seperti keberangkatan kemarinnya. Sesampainya di sana dan mengambil motor di penitipan, melanjutkan perjalanan pulang dengan rute yang berbeda. Kali ini dengan rute menyusuri jalan sepanjang pantai. Jangan ditanya berapa kali mengucap subhanallah, bagus bangetngetnget. Sempat berhenti beberapa kali di pantai. Mulai dari pantai Malimbu, Malaka, Senggigi dan melintasi Pura Batu Bolong. Sayang banget tempat-tempat sebagus itu belom di manage dengan baik oleh pemerintah kota. Tarif yang dibayar juga Cuma 2.000/tempat itu juga untuk biaya masuk + parkir dengan waktu sebebas-bebasnya dan dikoordinasikan oleh warga setempat. Sesampainya di pantai senggigi akhirnya menyempatkan makan siang sate bulayak plus lontongnya dengan harga 17.000/porsi dan minum air kelapa. Lombok bener-bener deh tempat makan sate terenak yang pernah gue rasain. *ngences* Disini juga ditawarkan berbagai macam hadiah dari kaos mulai dari 20.000/kaos hingga mutiara murah.

Sorenya setelah berbenah dan mengambil laundry serta titipan tas, pindah kekamar dengan harga 80.000/kamar di Wisma Nusantara 2. Fasilitas yang berbeda cuma karena kamarnya hanya berkipas angin. Berlanjut ke Mall Mataram yang letaknya ga jauh dari penginapan, kelilingan sebentar dan mencari warnet untuk membeli tiket pesawat pulang. Makan malamnya dilanjutkan dengan makanan khas Lombok, yaitu Ayam Taliwang di sekitaran Cakranegara, kita memilih untuk makan di Ayam Taliwang Udin dengan total sekitar 77.000/2 orang udah lengkap sama minumnya. Kenyang banget.

Sate Bulayak dan Air Kelapa

Menu Ayam Taliwang Udin di daerah Cakranegara

Rabu, 18 Juni 2014

Untuk jadwal hari rabu dilanjutkan dengan perjalanan wisata menuju ke desa wisata sade dan Pantai Kuta Lombok. Perjalanannya lumayan memakan waktu yang lama sekitar 40-60 menitan. Melalui bandara di kota Praya dan teriknya matahari yang lumayan banget. Makan siangnya di daerah Bengkel – Lombok Barat harganya lumayan sih 25.000/porsi untuk nasi campur/orang. Di Desa sade, kita akan disuguhkan dengan pemandangan desa warga asli Lombok dan sebelumnya kita akan ditawarkan untuk mengisi kotak sumbangan sukarela dan ditawari tour guide dengan warga asli disana yang juga bisa diberi upah sukarela oleh para wisatawan. Parkir disini gratis dan aman, tenang saja. Disuguhkan dengan pemandangan rumah asli desa suku Lombok dan tarian-tariannya, satu jam lumayan menambah pengetahuan baru. Mulai dari sejarah awal mulai terbentuknya desa, cara pembuatan kain tenun oleh para warga hingga tradisi Kawin-Culik. Penasaran ? Berkunjung langsung dong. Melanjutkan perjalanan ke arah Pantai Kuta-nya Lombok yang memakan jarak sekitar 7 km-an akhirnya sampailah di sana. Seperti pantai lainnnya di Lombok yang kurang di kordinasikan, dikenakan tarif 5.000/kendaraan oleh warga sekitar untuk biaya masuk pantainya dan bagus banget pemandangannya. Gak rugi jauh-jauh kesana, bener-bener gak rugi. Dengan hamparan pasir putih seperti merica dan airnya yang biru bening.



Desa Sade dan salah satu warganya yang sedang membuat kerajinan.





Pantai Kuta Lombok yang bening dan merelaksasikan mata yang memandang.


Kamis, 19 Juni 2014

Pagi harinya langsung meluncur ke arah Phoenix Food untuk membeli makanan oleh-oleh, tempatnya di seberang Hypermart. Banyak banget warga yang gak tau tempat ini, akhirnya ketemu juga setelah kemarinnya muter-muter dan sampai setelah tempatnya tutup pukul 17.30 WITA *nyesek*. Disini kita bisa membeli oleholeh makanan khas Lombok yang lumayan lengkap dan emang agak kalap sih pas belinya. Apalagi untuk manisan rumput lautnya yang enak. Dengan range harga dari 5.000/bungkus.
Setelahnya kembali ke pelabuhan Lembar untuk menyebrang kembali ke Pelabuhan Padang Bai, dengan harga tetap 40.000/orang dan naik taksi sekitar 80.000-an dari mataram dengan sebelumnya membeli makan siang sekitar 7.500/persi. Sayangnya kapal yang didapat gak sebagus kapal sebelumnya. *tear* Sesampainya di Pelabuhan Padang Bay kembali susah menemukan transport ke arah Kuta, karena memang waktu sudah hamper maghrib, akhirnya merelakan diri untuk naik mobil sewaan avanza seharga 100.000/orang. Tetap rule-nya semakin banyak orang, semakin murah bayarnya. Sayangnya cuma sedikit yang barengan.

Sekitar 30-40menitan dari pelabuhan, sampailah di daerah Kuta dan mencari penginapan di Poppies Lane 2 yang terkenal dengan penginapan murah meriahnya. Berada 100m dari monument bom bali dan 300m dari Pantai Kuta Bali, strategis kan ? Awalnya ingin menginap di Arthawan, sayang kamarnya lagi penuh. Akhirnya penginapan Dua Dara terpilih untuk menghabiskan 2 malam di Bali. Dengan harga 150.000/kamar dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi didalam, kipas angin dan sarapan gratis. Ada kolam renang nya juga untuk para penginap. Untuk penyewaan motor juga disediakan dengan tarif 50.000/hari. Malam pertama di Bali di awali dengan jalan-jalan mencari makan malam di sekitar Legian Kuta dan berakhir di salah satu tempat makan yang agak lebih masuk kantong, sekitar 35.000/orang.

Tiket di Pelabuhan Lembar

Jum’at, 20 Juni 2014

Masih kedip-kedip gak percaya udah hari Jumat aja dan di Bali, H-1 sebelum kepulangan kembali ke Jakarta. Kembali berbekal GPS, akhirnya berjalan-jalan ke arah Pasar Seni Sukawati yang ditempuh sekitar 40-60 menit dari Kuta. Bener-bener mesti pake konsep tawar menawar alot, kalo gak, bakal rugi dapet harga yang lebih tinggi dari pasaran. Makan siangnya, memilih makan mie ayam dan bakso di pinggir jalannya. Selanjutnya ke arah pulang, mampir sebentar ke Cening Bagus di daerah Gianyar untuk membeli oleholeh makanan. Harganya mulai dari 13.000/bungkus dengan berbagai macam oleh-oleh di sana.
Setelah puas berbelanja oleh-oleh, melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot di Tabanan yang memakan waktu 30 – 50 menitan. Dengan biaya masuk 10.000/orang untuk wisatawan lokal. Sudah termasuk tarif parkir motor. Panasnya terik pake banget, bener-bener deh. Mesti bawa topi sama kacamata sih emang kalo kesini. Tapi deburan ombak dan pemandangannya emang bikin gak bisa tahan diri buat diabadikan. Di sana juga menunggu waktunya matahari tenggelam, sayang seringkali sunsetnya gak sempurna di sini. Di sini juga sempet mengobrol dengan bli yang menjadi tour guide untuk wisatawan Jepang, sedikit banyak bercerita tentang Bali dan di traktir makanan rujak oleh blinya. Makasih bli.

Tiket masuk Tanah Lot

Pie Susu Makanan Khas Bali

Alamat Cening Bagus

Sabtu, 21 Juni 2014

Hari terakhir untuk #TripThree nya. Memilih untuk menghabiskan waktu di sekitar pantai Kuta, karena penerbangan ke Jakarta sekitar pukul 20.00 WITA. Setelah check out dan menitipkan barang-barang di resepsionis penginapan, berjalanlah dan menghabiskan waktu di pantai Kuta yang rame oleh wisatawan. Makan siang memilih makan di KFC di depan jajaran pantai Kuta dan setelah istirahat di pinggiran pantai karena panas yang lumayan terik, mencoba untuk membuat tattoo temporer seharga 10.000/huruf oleh bli nya. Menghabiskan waktu di pantai Kuta dan melihat banyak banget yang mencoba surfing, dan menunggu sunset. Sayangnya cuaca mendung dan sunsetnya gagal didapet. *Sigh*

Untuk menutup hari, berkelilinglah mencari Ayam Betutu yang menjadi salah satu makanan khas di Bali. Setelah kelilingan, Ayam Betutu Khas Gilimanuk dengan harga 45.000/porsi isi ayam ½ ekor. Akhirnya setelah kenyang dan mengambil barang di penginapan serta mengembalikan motor sewaan, meluncurlah menuju ke Bandara Internasional I gusti Ngurah Rai menggunakan taksi dengan biaya 30.000-an (kalo gak salah) karena jaraknya gak terlalu jauh dan untungnya gak terlalu macet. Emang agak gagal sih jadi backpacker karena pulangnya naik pesawat, tapi jadi backpacker gak selalu harus hidup miris dan pas-pasan kan ? *membela diri* Sesampainya di Bandara, langsung menuju tempat check in dan Boarding pesawat pun sesuai schedule pukul 19.35 WITA. Akhirnya, perjalanan pulang kembali ke Jakarta dengan memakan waktu sekitar 2 jam pun dimulai.

Tiket Pesawat


Kembali ke zona 7+, kehidupan dunia nyata di ibu kota pun kembali. Saatnya untuk ke pekerjaan semula dan waktu liburan telah usai. Masih pengen banget #ExploreIndonesia dan menjajal tempat lainnya di #TripThree. Bytheway, alasan kenapa menamainya #TripThree karena Trip yang diajalani mencakup pemberhentian di 3 tempat yang berbeda dan angka 3 itu special. Mhehehehe.

Jadi, setelah tau banyak tempat yang bagus banget dengan harga yang masih bisa di jangkau. Masih mikir buat #ExploreIndonesia ? Kalo bukan kita sebagai warga negara sendiri, siapa lagi ? Masa kalah sama wisatawan asing.

Selamat berencana dan meliburkan diri :)


Berjalan di 4 pantai. Pantai Malaka - Pantai Kuta - Pantai Senggigi - Pantai Gili Trawangan Lombok.






Nb :
Maaf untuk kekurangan data atau kesalahan nama maupun lokasi, gambar yang diambil juga seadanya.
Untuk foto selanjutnya akan di share di Instagram, ID : mytaa. Semoga infonya membantu.






 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS