Kamu sebenarnya tidak akan pernah sepenuhnya tau, apakah dia juga tengah mengerahkan seluruh hatinya untuk berbalik mencintaimu atau tidak. Kamu hanya bisa memberikan tanpa bisa mengharap
sebaliknya. Hatimu hanya satu, ketika
kamu hanya memberikan setengah saja telah mampu membuatmu terluka parah karena
kenyataan, apalagi ketika seluruhnya ?
Teruntuk kamu yang memperjuangkan atas nama cinta,
Sudahkah kamu merasa dia pantas untuk kamu perjuangkan
dengan sebegininya ? Ketika di luar sana masih banyak yang mestinya kamu
perjuangkan terlebih dahulu. Banyak yang sesungguhnya lebih butuh dengan kehadiranmu. Buka matamu, ini bukan hanya tentang dia. Sadarkah kamu ?
Teruntuk kamu yang mempertahankan tanpa peduli apapun,
Kamu tau bahwa dia memang memperjuangkanmu, awalnya. Hingga
akhirnya kamu merasa dia pantas di pertahankan. Entah karena memang sudah
seharusnya, atau karena kamu takut tidak mampu menemukan “dia” yang lain di
luar sana ?
Teruntuk kamu yang menyianyiakan tanpa takut menyesal,
Waktumu terus berjalan, begitu juga dengan mereka yang
mengelilingimu. Terbiasa di terima kembali, seakan menjadi alasan ternyamanmu
untuk berpikir, “Masih ada esok hari”. Hey, kamu tidak tau apa tidak mau tau, bahwa
sesukses dan sehebat apapun kamu nanti, ‘Rumah’ adalah tempat
senyaman-nyamannya kamu kembali. ‘Rumah’-mu yang biasa tempat kembali mungkin
suatu saat akan berpindah kepemilikan, atau hancur karena terlalu sering kamu sia-siakan
keberadaannya. Hanya waktu yang bisa membuktikan. Jadi mengapa harus menunggu hilang, baru menyadari keberadaan ?
Teruntuk kamu yang terbiasa menunggu tanpa lelah,
Hidupmu tidak harusnya tentang menunggu sesuatu yang entah
pasti akan datang kembali atau tidak. Hidupmu terus berjalan, entah kamu
menyadarinya atau tidak. Perjalananmu masih panjang. Tak lelahkah kamu berdiri diambang ketidak pastian ? Tak inginkah kamu
menemukan sesuatu yang mungkin saja menjadi alasan barumu, untuk lebih
mensyukuri hidup ?
Teruntuk kamu, aku. Kita yang seringkali mengabaikan diri sendiri ketika merasa nyaman terhadap satu hal, yang entah sadar atau tidak telah menyakiti dirinya dengan perlahan,
Pusat kendali hidupmu adalah dirimu sendiri. Jangan biarkan ‘dia’
yang dicintai dengan seluruh hati, diperjuangkan atas nama cinta, dipertahankan
tanpa peduli apapun, hingga seringkali menyianyiakan tanpa takut menyesal karena terbiasa kita tunggu itu, menjadi
satu-satunya alasan mengapa sekarang kamu lupa mensyukuri hidup yang sudah
Tuhan berikan.
Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menunjukkan
kepadamu, apakah ‘dia’ adalah yang Tuhan inginkan untuk tetap terus tinggal dan
berada di hidupmu.
“We met with somebody for a reason; either they’re a blessing or a lesson" – Anonim.
Nb : Dedicate to first of June. Hello, June :)
No comments:
Post a Comment