Bersyukur akan bahagia dan sakitnya.

Friday, March 29, 2013



Menonton acara bertema prince dan princess atau fairy tale seringkali membuat kita berpikir akankah kita mengalami kisah yang sama ? Minimal, merasakan happy ending dan bahagia seperti kehidupan di negeri dongeng ? Pemikiran yang sepintas tidak terasa rasional, tapi pasti pernah terlintas meski sesaat kan ?

Aku bukan lagi anak perempuan, tapi merasa belum cukup pantas disebut wanita seutuhnya. Bagiku, aku hanya bisa merasakan wanita seutuhnya nanti, setelah bisa melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri sekaligus bisa melahirkan keturunanku kelak. Klise, tapi seperti itulah adanya. Sekarang, aku hanyalah seorang wanita dalam prosesnya untuk menjadi utuh.

Mengenal, merasakan, menjalani hingga melepaskan. Bagian dari kehidupan yang seringkali terjadi. Berawal meski kadang dengan tidak baiknya , tapi berakhir juga kadang dengan tidak terlalu buruknya. Bahagia tidak pernah akan abadi, sebagaimana dengan kesedihan. Hidup selalu berputar, mengingatkan kita untuk tidak terlalu berkoar dan menunjukkan sesuatu dengan lebihnya. Berbagi cerita memang merupakan salah satu hal yang menarik, untuk memberitahukan bahwa bahagia itu nyata. Begitu juga rasa sakit.

“Aku tidak tau pasti kapan, tapi dia sudah menjadi bagian dari hidupku”

Mungkin tidak sedramatis itu, tapi kurang lebih begitulah rasanya.

Kebahagiaan. Entah bagaimana rasanya, coba saja kamu memejamkan mata dan flash back beberapa kebahagiaan  yang pernah benar terjadi dihidupmu. Mungkin kamu tidak bisa lagi merasakan fisik nya, tapi kenangannya pasti terpatri jelas di otak dan hatimu. Damai bukan ?

Kebahagiaan bersama keluarga, sahabat, pacar atau ‘mantan’ ? Banyak.  Aku pun juga. Setiap detik kebahagiaan meski itu tidak sama persis dengan kehidupan dongeng, tapi aku merasa hidupku amat sangat diberkahi oleh Tuhan. Adanya mereka melengkapi kisah hidupku. Entah apa jadinya bila mereka tidak ada.
Bermula dari perkenalan, hingga merasakan kenyamanan ketika bersama dan sepakat untuk menjalani hidup bersama. Meski susah maupun senang. Tidak hanya untuk pacar, untuk keluarga dan sahabatku juga.  Hati memang hanya satu, tapi untuk rasa ? Mereka memiliki kadar dan tempat spesialnya sendiri. Tidak bisa sama.

Kebahagiaan sebenarnya selalu ada, tergantung dari sisi mana kamu meilhatnya. Ada berbagai cara juga untuk merasakan. Salah satunya, bersyukur bahwa kamu masih bisa bernapas dan hidup untuk mencari kebahagiaanmu sendiri. Tuhan itu keren bukan ?

Terkadang aku merasa bahwa banyak yang mencintai orang lain dengan cara menyakiti dirinya sendiri. Aku juga dengan bodohnya pernah melakukan itu. Bagaimana bisa aku mencintai dengan sehat, bila keadaan diriku saja ‘sakit’ ? – Pertanyaan itu terlintas dan menyentakku. “Aku hebat, aku pintar, aku sudah ditakdirkan untuk seseorang yang tepat olehNya.” Mungkin kata-kata itu dibilang menyombongkan diri, tapi bagiku itu adalah standarku untuk membuatku ingin terus menjadi lebih baik lagi. Mencari yang terbaik itu tidak akan pernah ada habisnya, diatas langit akan ada langit lagi. Begitu seterusnya. Tapi aku ingin mencari seseorang yang dapat membuatku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, hingga nanti aku bisa mencintainya lebih baik pula. Iya, pasangan hidupku nanti, dan kini aku sedang sibuk memperbaiki diri untuk menyambut kedatangannya.

“Tau rasanya sakit yang begitu hebat hingga bahkan tidak mampu menangis ?”

Sakit banget ya ? Iya. Disini. *tunjuk-tunjuk hati*

Kata orang cinta tidak harus memiliki. Tetapi bagiku adanya cemburu membuktikan bahwa cinta harusnya memiliki. Bagaimana aku bisa merasakan dahsyatnya rasa kehilangan dan belajar menghargai keberadaan, bila tidak pernah bersyukur untuk memiliki ? Kebahagiaan yang ada bisa begitu terasa bila kita membaginya dengan mereka yang kita sayangi. Bukankah Tuhan sudah berjanji untuk menambah nikmatNya bagi mereka yang bersyukur ? Mengenai kehilangan, apakah mungkin aku kurang bersyukur, hingga akhirnya Tuhan mengambilnya kembali ? Entahlah.

Tuhan mempunyai rencana dan waktuNya sendiri untuk menjawab. Hingga kini aku juga masih belum bisa menyimpulkan. Satu hal yang aku tau. RencanaNya lebih indah daripada rencanakuJ

Rasa sakit ketika kehilangan hanya butuh waktu untuk disembuhkan. Sakit tidak pernah terjadi hanya sekali didalam hidup, pasti berkali-kali. Tapi tetap saja menangis, tetap saja merasakannya. Sakit itu bahagia yang tertunda. Meski bukan sekarang, mungkin nanti ada saatnya. Tuhan tidak pernah tidur ataupun lupa. Tuhan itu tidak sama dengan kita yang sering kali khilaf. Tetesan airmata dan goresan sakit yang terasa akan segera Ia ganti dengan kebahagiaan yang tanpa tara. Seperti kata seseorang, “An old goodbye will bring you to new hello.” Hanya butuh waktu dan percaya.

Kehidupan happy ending seperti di dunia dongeng bukan berarti tidak akan pernah nyata. Bahkan mungkin pernah aku alami atau mungkin akan nanti aku alami ? Meski tidak persis sama, tapi maknanya akan selalu sama. Kebahagiaan. Aku bahagia dengan tawa yang tercipta, hingga tangis yang mendera. Hidup itu seperti lempengan koin. Selalu memiliki 2 sisi yang berbeda, namun selalu berada berdampingan. Begitu juga dengan kebahagiaan dan kesedihan. Tidak akan pernah ada rasa ‘kebahagiaan’ tanpa ada rasa ‘sakitnya’ yang akhirnya menyukuri kehidupan dan belajar untuk mengikhlaskan. So, flip your coin and deal with it. Let it flow.

Tidak perduli sudah berapa banyak yang mungkin mencela dan mencibir tulisan, rasa hingga bagian hidupku. Tapi hal yang pasti, setiap manusia memiliki porsi kebahagiaannya sendiri dan cara untuk berbahagia seseorang itu berbeda. Apabila mereka merasa sudah memiliki kebahagiaannya sendiri, begitu juga aku! J


No comments:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS