Menonton acara bertema prince
dan princess atau fairy tale seringkali membuat kita
berpikir akankah kita mengalami kisah yang sama ? Minimal, merasakan happy ending dan bahagia seperti kehidupan di negeri dongeng ? Pemikiran yang sepintas
tidak terasa rasional, tapi pasti pernah terlintas meski sesaat kan ?
Aku bukan lagi anak perempuan, tapi merasa belum cukup
pantas disebut wanita seutuhnya. Bagiku, aku hanya bisa merasakan wanita
seutuhnya nanti, setelah bisa melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri
sekaligus bisa melahirkan keturunanku kelak. Klise, tapi seperti itulah adanya.
Sekarang, aku hanyalah seorang wanita dalam prosesnya untuk menjadi utuh.
Mengenal, merasakan, menjalani hingga melepaskan. Bagian
dari kehidupan yang seringkali terjadi. Berawal meski kadang dengan tidak
baiknya , tapi berakhir juga kadang dengan tidak terlalu buruknya. Bahagia
tidak pernah akan abadi, sebagaimana dengan kesedihan. Hidup selalu berputar,
mengingatkan kita untuk tidak terlalu berkoar dan menunjukkan sesuatu dengan
lebihnya. Berbagi cerita memang merupakan salah satu hal yang menarik, untuk
memberitahukan bahwa bahagia itu nyata. Begitu juga rasa sakit.
“Aku tidak tau pasti
kapan, tapi dia sudah menjadi bagian dari hidupku”
Mungkin tidak sedramatis itu, tapi kurang lebih begitulah
rasanya.
Kebahagiaan. Entah bagaimana rasanya, coba saja kamu
memejamkan mata dan flash back
beberapa kebahagiaan yang pernah benar
terjadi dihidupmu. Mungkin kamu tidak bisa lagi merasakan fisik nya, tapi
kenangannya pasti terpatri jelas di otak dan hatimu. Damai bukan ?
Kebahagiaan bersama keluarga, sahabat, pacar atau ‘mantan’ ?
Banyak. Aku pun juga. Setiap detik
kebahagiaan meski itu tidak sama persis dengan kehidupan dongeng, tapi aku
merasa hidupku amat sangat diberkahi oleh Tuhan. Adanya mereka melengkapi kisah
hidupku. Entah apa jadinya bila mereka tidak ada.
Bermula dari perkenalan, hingga merasakan kenyamanan ketika
bersama dan sepakat untuk menjalani hidup bersama. Meski susah maupun senang.
Tidak hanya untuk pacar, untuk keluarga dan sahabatku juga. Hati memang hanya satu, tapi untuk rasa ?
Mereka memiliki kadar dan tempat spesialnya sendiri. Tidak bisa sama.
Kebahagiaan sebenarnya selalu ada, tergantung dari sisi mana
kamu meilhatnya. Ada berbagai cara juga untuk merasakan. Salah satunya,
bersyukur bahwa kamu masih bisa bernapas dan hidup untuk mencari kebahagiaanmu
sendiri. Tuhan itu keren bukan ?
Terkadang aku merasa bahwa banyak yang mencintai orang lain
dengan cara menyakiti dirinya sendiri. Aku juga dengan bodohnya pernah
melakukan itu. Bagaimana bisa aku mencintai dengan sehat, bila keadaan diriku
saja ‘sakit’ ? – Pertanyaan itu terlintas dan menyentakku. “Aku hebat, aku
pintar, aku sudah ditakdirkan untuk seseorang yang tepat olehNya.” Mungkin
kata-kata itu dibilang menyombongkan diri, tapi bagiku itu adalah standarku
untuk membuatku ingin terus menjadi lebih baik lagi. Mencari yang terbaik itu
tidak akan pernah ada habisnya, diatas langit akan ada langit lagi. Begitu
seterusnya. Tapi aku ingin mencari seseorang yang dapat membuatku menjadi
pribadi yang lebih baik lagi, hingga nanti aku bisa mencintainya lebih baik
pula. Iya, pasangan hidupku nanti, dan kini aku sedang sibuk memperbaiki diri untuk menyambut kedatangannya.
“Tau rasanya sakit
yang begitu hebat hingga bahkan tidak mampu menangis ?”
Sakit banget ya ? Iya. Disini. *tunjuk-tunjuk hati*
Kata orang cinta tidak harus memiliki. Tetapi bagiku adanya
cemburu membuktikan bahwa cinta harusnya memiliki. Bagaimana aku bisa merasakan
dahsyatnya rasa kehilangan dan belajar menghargai keberadaan, bila tidak pernah
bersyukur untuk memiliki ? Kebahagiaan yang ada bisa begitu terasa bila kita
membaginya dengan mereka yang kita sayangi. Bukankah Tuhan sudah berjanji untuk
menambah nikmatNya bagi mereka yang bersyukur ? Mengenai kehilangan, apakah
mungkin aku kurang bersyukur, hingga akhirnya Tuhan mengambilnya kembali ?
Entahlah.
Tuhan mempunyai rencana dan waktuNya sendiri untuk menjawab.
Hingga kini aku juga masih belum bisa menyimpulkan. Satu hal yang aku tau.
RencanaNya lebih indah daripada rencanakuJ
Rasa sakit ketika kehilangan hanya butuh waktu untuk
disembuhkan. Sakit tidak pernah terjadi hanya sekali didalam hidup, pasti
berkali-kali. Tapi tetap saja menangis, tetap saja merasakannya. Sakit itu
bahagia yang tertunda. Meski bukan sekarang, mungkin nanti ada saatnya. Tuhan
tidak pernah tidur ataupun lupa. Tuhan itu tidak sama dengan kita yang sering
kali khilaf. Tetesan airmata dan goresan sakit yang terasa akan segera Ia ganti
dengan kebahagiaan yang tanpa tara. Seperti kata seseorang, “An old goodbye will bring you to new hello.”
Hanya butuh waktu dan percaya.
Kehidupan happy ending seperti di dunia dongeng bukan
berarti tidak akan pernah nyata. Bahkan mungkin pernah aku alami atau
mungkin akan nanti aku alami ? Meski tidak persis sama, tapi maknanya akan
selalu sama. Kebahagiaan. Aku bahagia dengan tawa yang tercipta, hingga tangis
yang mendera. Hidup itu seperti lempengan koin. Selalu memiliki 2 sisi yang
berbeda, namun selalu berada berdampingan. Begitu juga dengan kebahagiaan dan
kesedihan. Tidak akan pernah ada rasa ‘kebahagiaan’ tanpa ada rasa ‘sakitnya’
yang akhirnya menyukuri kehidupan dan belajar untuk mengikhlaskan. So, flip your
coin and deal with it. Let it flow.
Tidak perduli sudah berapa banyak yang mungkin mencela dan
mencibir tulisan, rasa hingga bagian hidupku. Tapi hal yang pasti, setiap
manusia memiliki porsi kebahagiaannya sendiri dan cara untuk berbahagia seseorang itu berbeda. Apabila mereka merasa sudah
memiliki kebahagiaannya sendiri, begitu juga aku! J
No comments:
Post a Comment