7 Days to Remember (Day 4, Day 5, Day6)

Thursday, May 29, 2014


Day 4

Hanni
“Ul, kita jadwalnya hari ini ke Emirates Stadium dan White Hart Line ya ?” Tanya gue malas-malasan.
“Al, Ul, Al, Ul. Nama gue Rully. Bukan Tukul. Panggil yang bener dong Han. Kebiasaan nih !” Rully yang awalnya sibuk dengan kamera Canon Eos di tangannya kini memandang sewot ke gue.
“Iyaaaa Rully Anggaraksa si lelaki blasteran pemikat hati wanita se-Jabodetabek. Hari ini kita jadwalnya ke dua stadium itu ya ?”
“Iya Hanni Raviolla. Kita bakalan ke Emirates Stadium dan White Hart Lane. Nih lihat gue udah cakep banget kan pake jersey nya The gooners ?” Ucap Rully dengan bangganya menunjukkan jersey tim kesayangannya. Arsenal FC.
“Iya, lo cakep kok. Kalo gak sering menunjukkan muka datar tanpa ekspresi dan sok cool lo itu.” Gue menimpali sambil memelet lidah ke arahnya.
Rully
“Here we are……….. Emirates Stadium ! Tempatnya para the gooners. “ Gue tersenyum puas udah bisa menjejakkan kaki di depan stadium megah ini.
“Tunggu! Sebelum lo kasih wejangan ala-ala pemandu tur. Gue tau kalo Stadion kebanggaan Arsenal yang terletak di Ashburton Grove, Holloway, London utara ini sanggup menampung sekitar 60 ribuan tempat duduk, menggantikan stadion lama Arsenal, Highbury yang telah dipakai Arsenal selama kurang lebih 93 tahun, ya kan ?” Hanni menjelaskan hal tentang Emirates Stadium dengan tampang gue-juga-bisa-tahu-kok nya.
“Woooooow, seorang Hanni Raviolla bisa juga tau tentang sejarah persepakbolaan ? Bukan cuma nama para pemain dengan tampang cakep. Hahahaha.”  Gue menggoda Hanni dengan penjelasannya tadi.
“Ya iyalah. Lo kira gue buta-buta amat masalah sepakbola ? Gini-gini gue kan juga suka sejarah dan persepakbolaan di Inggris juga masuk di salah satunya.”
“Nah, karena lo udah tau, kita keliling ke dalam yuk skalian gue jelasin lebih jauh lagi. Jadi, Stadion Emirates pertama kali digunakan pada tahun 2006 di laga persahabatan Arsenal vs Timnas. Sebuah laga yang berlangsung sebagai penghormatan kepada mantan penyerang Arsenal sekaligus pemain timnas Belanda, Dennis Bergkamp, yang pensiun di musim tersebut…………..”
Gue pun mencoba memberitahu Hanni sedikit banyak sejarah yang gue kuasai, karena gue tau, dia suka tentang sejarah, dan kenangan. Karena baginya, sejarahlah yang membuat kita tetap hidup dan menjadi pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Berharap juga suatu saat ketika dia mengingat, dia menemukan serpihan tentang keberadaaan gue di hidupnya.
Hanni
“Kalo di sini, pemain yang ganteng siapa rul ?” Tanya Hanni sesaat setelah menjejaki White Hart Lane milik Tottenham Hotspurs FC
“Siapa ya ? Erik Manuel Lamela mungkin.” Rully menjawab pertanyaan gue gak pasti.
“Wait……… Waaaaah iya. Beneran ganteng.” Gue langsung mencari siapa dan bagaimana rupa si Erik Manuel Lamela yang di bilang Rully, dan ternyata dia beneran cakep. Masih muda lagi, duh.
“Ya ampun ini orang. Beneran sampe di google coba. Niat lo kebangetan sih Han.” Rully menggeleng kepalanya saat dia melihat gue men-scrool layar handphone yang berisi informasi tentang pemain ganteng tersebut.
Setelah puas mengelilingi kediamannya Tottenham Hotspurs FC hingga sore, gue dan Rully memutuskan untuk mampir sejenak membeli ke kedai kopi. Seperti biasa, melepas lelah seharian mengelilingi 2 stadium besar seperti Emirates Stadium dan White Hart Line.
“Lo pesen kayak biasa kan Han ? Iced Chocolate tapi esnya sedikit aja, jangan terlalu manis ?” Rully memastikan pesanan gue sebelum memberitahukannya kepada waitress.
Gue hanya membalas pertanyaannya dengan anggukan. Rully adalah lelaki yang paling sempurna dalam mengingat sesuatu, setidaknya dia lebih baik dari gue. Bahkan untuk hal kecil seperti minuman kesukaan gue beserta takarannya, dia hafal. Siapapun wanita yang kini ataupun nanti mengisi hatinya, pasti wanita yang beruntung. Karena Rully gak akan pernah melupakan sedikitpun hal penting tentang dirinya. Beda banget sama Tian.
Ah, Tian lagi. Kapan gue bisa lepas sih dari bayang-bayang lelaki itu ?

 


Emirates Stadium (Arsenal FC) by Google.com



Whie Hart Lane (Tottenham Hotspurs FC) by Google.com
 


Day 5
Rully
“RUUUULLYY BANGUUUUN! AYOK KITA JALAN KE MANCHESTER !” Hanni membangunkan gue dengan setengah berteriak dan gue masih ngantuk banget, karena semalam gue harus rela menemani sang putri ini berjalan-jalan di King’s Cross Station yang dengan hebohnya dia ingin berfoto di Peron 9 ¾ dengan alasan, kalau bisa saja nanti Harry Potter dan teman-temannya keluar dari dinding bata tersebut. Meski alasannya bisa dibilang terlalu imajinatif dan hampir gak masuk akal, tapi gue nyatanya rela-rela aja buat ngikutin dia kemana aja, meskipun rasanya badan udah kangen banget sama kasur di penginapan.
Akhirnya setelah melewati beberapa jam perjalanan dari kota London, kita berdua sampai di kota Manchester. Tempat pertama yang langsung di kunjungi oleh Hanni adalah Old Trafford. Stadium kebanggaan milik Klub besar Manchester United ini adalah salah satu destination kesepakatan kita berdua. Hanni sebenarnya gak telalu suka sepakbola, tetapi setau gue dia mengidolakan klub setan merah ini. Kalau gak percaya, Tanya siapa aja nama pemain berwajah ganteng yang sempat bermain di klub besar ini. Dia pasti bisa menjawabnya daripada nama pemain klub besar lainnya.
“Nih ya rul, Stadion yang sempat hancur karena serangan Jerman pada tahun 1940 ini mampu menampung kira-kira 70 ribuan penonton. Dengan julukan Theatre of Dreams yang diberikan oleh Sir Bobby Charlton, seorang legenda Manchester United, Old Trafford nyatanya telah banyak mewujudkan mimpi-mimpi para pemain yang berlaga di dalamnya.” Hanni menjelaskan panjang lebar mengenai Old Trafford.
Gue cuma diam mendengarkan sambil sesekali memotret sekeliling. Gue baru mau mengomentari kenapa dia tidak menyebutkan tentang para pemain ganteng kesukaannya, ketika tiba-tiba Hanni menceletukkan sesuatu, “Oh iya, pemain muda yang ganteng di Manchester United namanya Janujaz, rul. Lucu loh dia.”
Tuhkan bener apa pemikiran gue.
Hanni
Setelah tadi gue udah puas banget bisa di foto di sudut Old Trafford, maksud gue setengah memaksa Rully untuk hampir 5 menit sekali memfokuskan lensanya ke gue, sekarang perjalanan gue berlanjut ke Etihad Stadium milik saingan berat satu kotanya si setan merah, yaitu Manchester City FC.
“Stadion City of Manchester di Manchester, Inggris, yang kemudian dikenal dengan nama Etihad Stadium karena sponsornya, merupakan sebuah stadion tempat klub sepakbola Manchester City bermukim sejak 2003. Pertandingan pertama di stadion ini adalah pertandingan persahabatan antara Manchester City melawan Barcelona pada tanggal 10 Agustus 2003. Manchester City memenangi pertandingan tersebut dengan skor 2-1—Nicolas Anelka yang mencetak gol pertama kali di stadion ini.”
Gue membaca sekilas informasi yang terdapat di Stadium ini, mengikuti para peserta lain yang juga dipandu oleh Guide Tour kami.
“Rul, menurut lo Manchester City dan Manchester United pernah tawuran juga gak sih kayak pelajar di negara kita ? Kan mereka musuhan dan tempatnya gak terlalu jauh. Kan seru kalo gitu.” Gue bertanya asal kepada Rully yang sedang mengikuti penjelasan dari Guide Tour.
“Mungkin. Tapi kayaknya gak bakal serusuh itu deh. Pelajar di negara kita suka rusuh ? Itu sih masa lalu elo aja kali, gue sih waktu jadi anak sekolahan kan anak baik-baik Han. Ngapain rusuh? Sama-sama makan nasi, sama-sama pake seragam, sama-sama berstatus warga negara di negara yang sama. Bukannya damai lebih enak ya ?” Rully menjawab diplomatis pertanyaan gue sambil menyunggingkan senyum meremehkannya.
Pengen gue toyor rasanya dia. Untung dia terselamatkan oleh tampang Jawa - Belanda nya yang membuat dia tampak lebih memikat daripada peserta Tour hari ini. Duh, kenapa gue mendadak kepikiran kayak gitu sih ?

 
 


Peron 9 3/4 by Google.com
 
King's Cross Station by Google.com
 
Old Trafford (MUFC) by Google.com
 
Etihad Stadium (MCFC) by Google.com

 

Day 6
Rully
Gue mencoba mensejajarkan langkah Hanni yang sedari tadi selalu ketinggalan di belakang. Kondisinya sepertinya sedang tidak dalam kondisi yang bagus. Entah badannya, entah hatinya. Akhirnya, gue pun memberanikan diri untuk menanyakan.
“Kenapa sih Han ? Lo gak enak badan ? Atau kita batalin aja ke Liverpool nya hari ini ?” Tanya gue cemas.
“Gakpapa. Gue gakpapa kok Rul. Gak bisa gitu dong, kan kita udah ngerencanain buat mampir ke The Beatles Story dan Anfield Stadium kan.” Hanni menyunggingkan senyumnya. Tapi gue tau itu senyum terpaksa.
Beberapa jam kemudian
 “Nah, jadi Stadion tempat The Reds bernaung sejak 1892 ini dibangun pada 1884 dan memiliki kapasitas 45.276 orang. Stadion ini awalnya adalah kandang dari klub Everton F.C. dari tahun 1884 hingga 1892 kemudian Everton pindah ke stadion Goodison Park. Gitu ceritanya han. Han ? Lo dengerin gue gak ?” Gue berhenti menjelaskan tentang Anfield Stadium ketika gue sadar kalo Hanni sedang melamunkan sesuatu.
“Oh. Iya Rul. Denger kok, tadi sampe mana kita ? Lanjutin lagi yuk kelilingnya.” Dengan muka kebingungan Hanni tetap melanjutkan keliling Stadium ini hingga selesai.
Gue hanya bisa menghela napas dan mengikutinya dari belakang.
Lo kenapa sih Han ? Kok mendadak jadi gak semangat gini.
Hanni
“Rul, disinilah replika patung keempat personil The Beatles dan replika panggung The Cavern Club, tempat The Beatles memulai popularitasnya pada 60an berada. Sekitar 300.000 orang datang ke tempat ini setiap tahunnya dan beruntungnya kita jadi salah satu diantara 300.000 orang tersebut.” Gue menjelaskan singkat mengenai The Beatles Story yang terletak di Britannia Vaults, Kings Dock St, Liverpool L3 4AD, Inggris. Salah satu destinasi yang sayang banget kalau sampe terlewatkan, apalagi bagi para pecinta musik.
“Han, gue motret ke sana dulu ya. Lo keliling aja dulu.” Rully menunjuk ke arah lain dari tempat gue berdiri sekarang. Gue hanya menyambut pernyataannya dengan anggukan.
 
Entah kenapa harusnya kesini adalah salah satu destinasi kesukaan gue, tapi mengingat percakapan gue dengan seseorang tadi malam, mendadak mood gue menguap entah kemana.
Tian Baskara : “Han, Apa kabar ? Udah lama ya kita gak komunikasi.
Melihat nama “Tian Baskara” muncul di chat private, gue mendadak merasakan keheningan sesaat. Ingin sekali menghapus segera chat yang masuk dan melenyapkan kemungkinan perbincangan diantara gue dan dia. Tapi gue gak mau dianggap pengecut yang gak bisa move on.
 
Hanni Raviolla : “ Baik yan. Iya, udah hampir setahun.”
Tian Baskara : “Bagus deh kalo baik-baik aja. Katanya kamu lagi liburan di Inggris ya ? Wah, seru dong. Kok ga ngajak-ngajak sih ?"
Rasanya pengen banget gue jawab, “MENURUT NGANAAAA???!! GUE JAUH-JAUH KESINI SALAH SATU ALASANNYA JUGA KARENA GUE GAK MAU KETEMU ELO!”
Hanni Raviolla :”Iya, berdua sama Rully. Bosen sama kerjaan di kantor. Lagian kalo ngajak kamu nanti cewek bule kamu marah lagi. Hehehe. Just kidding, yan."
Klise banget sih jawaban lo, Han. Gue protes ke diri sendiri.
Tian Baskara :  “Hahahaha. Cewek bule maksud kamu si Shyla ? Aku udah enggak sama dia. Beberapa bulan setelah putus sama kamu, aku mutusin dia, Han. Aku nyesel udah salah pilih.
Kemudian hening. Pembicaraan klise selanjutnya. Penyesalan yang dating terlambat karena telah salah memilih. Gue rasa percakapan ini bakalan bikin rusak pertahanan gue selama ini, lebih baik gue istirahat buat besok ke The Beatles Story dan Anfield Stadium bareng Rully.

Hanni Raviolla : Oh gitu. Udah dulu ya yan, aku mau istirahat, besok mesti jalan lagi. Night.
*Turn Off*
“Han ? Han ? Woy ?” Rully mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka gue.
“Eh iya Rul. Udah kelar kelilingnya ? Gue juga udah nih tadi. Banyak banget peninggalan dan material yang berhubungan sama The Beatles di sini. Surganya maniak The Beatles nih kayaknya disini. Gak rugi banget datang kesini ya kita.” Gue mencoba mencairkan suasana yang sempat hening dan melangkahkan kaki menuju kea rah pintu keluar.
Gue butuh istirahat secepatnya di penginapan. Hati gue juga butuh.
Rully
Elo kenapa lagi sih Han ? Gue merasa jadi seseorang yang gak terlihat di depan lo. Gak mau cerita, bertindak seakan semuanya baik-baik aja. Sok kuat banget. Gue Cuma bisa menghela napas dan membatin.
 

Anfield Stadium (Liverpool FC) by Google.com

The Beatles Story by Google.com

 

To Be Continued.
 

Fav! *komatkamit doa biar dipilih ikutan ke #InggrisGratis
 
 
 

Nb :
- Semua informasi mengenai tempat di atas bisa di akses di google.com atau Mister Potato
- Maaf untuk kesamaan nama ataupun peristiwa, ini hanya cerita fiksi.

 

No comments:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS