Ini tentang aku dan sesuatu yang bergulat tentang kehidupan
di masa lalu.
Bagaimana rasanya bertemu dengan serpihan masa lalu ketika
kamu sedang berusaha kembali bangkit. Lagi ?
Bagaimana rasanya ketika masa lalu datang dan menginjak
kembali rasa yang sedang berantakan, karenanya sendiri ?
Aku tidak mau membayangkan, rasanya pasti akan sangat
membuatku tergelitik akan kenangan.
Tuhan itu sangat jahil. Sangat. Aku sendiri hanya bisa
tergelak dalam untaian ucapan penuh syukur di hadapan-Nya di atas sajadah
ku. DIA sangat bisa membuatku merasa
amat sangat malu, tersipu lebih tepatnya. Ada saja jentikan keajaiban-Nya yang
di berikan kepadaku. Untuk membantuku memahami bagaimana kebesaran-Nya dalam ikut campur di hidupku. Entah sudah berapa banyak. Hingga terkadang aku berkata, "Tuhan ada-ada aja, ah" - sembari tersenyum.
Entah sudah berapa banyak pula kalimat yang aku keluarkan,
bahwa aku tidak akan mempercayai sesuatu, hingga akhirnya aku melihatnya secara
langsung, menyentuh atau minimal merasakan getaran kenyataannya. Berkalikali
aku katakan itu dihadapan mereka yang menemani hari-hariku dengan tawa
belakangan ini. Entah juga sudah berapa banyak sesuatu hal yang ingin aku
lakukan, tetapi hanya bisa berujung dengan pemikiran, “Sudahlah. Aku tidak mau nanti hari ku berantakan karena ulah konyol
seperti itu”.
Ini tentang aku dan kejutan kecil dari Tuhan.
Ternyata kalimat yang terucap seringkali di ibaratkan menjadi doa. Entah sengaja atau
tidak untuk terucap dan didengar oleh Tuhan.
Hingga pada akhirnya, DIA yang maha tau mencoba mengujiku
dengan kenyataan yang mampu membuatku terhenyak. Seakan bermimpi sesaat. Kaki
yang sedang berusaha melangkah maju, hanya bisa terdiam di tempat. Iya, aku
tidak mampu melangkah kemana-mana. Stuck.
Dia yang bisa tetap menerimamu meski sakitnya masih terasa itu, karena ia sesungguhnya ingin berdamai dengan masa lalunya. Ya, itu. - @Mytaaaa
Karena kenyamanan pada diri seseorang itu tidak akan dengan
mudah tergantikan. Tidak akan dengan mudah berpindah ke lainnya. Setiap orang
memiliki sudut kenyamanannya sendiri. Entah itu ia memiliki kadar kesakitan
selagi aku menyesapi rasa nyamannya, atau tidak.
Dia kembali dengan rasa nyamannya dengan situasi dan tujuan berbeda. Ya, dia.
Ciptaan Tuhan yang sama, menjadi penyembuh, sekaligus racun maha dahsyat bila aku menerimanya dengan berlebihan.
Ciptaan Tuhan yang kini sedang aku ikhlaskan keberadaannya.
Aku hanyalah manusia ciptaan Tuhan lainnya yang bisa lemah, ketika sudah berhadapan
dengan sesuatu yang mampu membuatku berkata, “Iya. Kamu sudah memenangkan rasa itu”
Ini tentang aku dan kalimat sakti peruntuh lara.
Ternyata kalimat “Maaf.
Buat semuanya. Buat kesalahanku. Buat kamu” mampu melululantahkan ego dan emosi yang
sempat terendap dan mengeras di sudut hati. Untuk kesekian kalinya.
Bahkan kalimat sesederhana “…. Karena aku masih peduli”
bisa sangat melemahkan keyakinan.
Betapa hebat arti kalimat-kalimat sederhana untuk mampu
membuatku belajar melapangkan dada.
Pada akhir cerita, semua kalimat itu tergantung kepada siapa
yang mengucapkannya. Tergantung, apakah alasan kamu mampu mendengarnya dengan
tersenyum, untuk merelakan rasa sakitmu pergi. Untuk membuat kehidupanmu
kembali tenang. Hanya untuk itu.
Ini tentang aku, masa lalu dan konspirasi Tuhan.
Ternyata aku belum semampu itu untuk melangkah terlalu cepat
kedepan. Belum sekuat itu untuk menggantikan rasanya. Belum. Masih ingin
merasakan sakitnya dan memulihkannya dengan sebaik-baiknya.
Hingga nanti ada seseorang di waktu yang telah di tentukan
oleh-Nya, dengan segala konsipirasi-Nya bersama semesta, dipertemukan di dunia
kecilku. Menetap dan tak akan aku sia-siakan kehadirannya.
Terimakasih buat keajaiban kecil yang tak terduganya, Tuhan.
Dari seseorang yang tertunduk lemah (kembali) karena keajaiban iseng Tuhan nya,
Aku.
No comments:
Post a Comment