Jawaban kecil dari Tuhan

Sunday, March 09, 2014

Aku memiliki judul "Jawaban kecil dari Tuhan ?" Jawabannya adalah, kehadiranmu.

Jadi, sebelum ku mulai cerita tentang bahagia ini, ingin aku sapa dulu kamu yang tak hentinya menemani, mengirimkan doa kepada Tuhan untuk kebahagiaanku. 


Hai, kamu. Aku ingin meminta izin bercerita tentang sedikit perjalanan kita yang baru dimulai. Boleh ?

March 03, 2014

Panas terik seakan menyengat tanpa henti ketika ku jejakkan kaki keluar dari kendaraan yang kunaiki, bersama dengan sahabatku. Aku memasuki rumah dengan keheranan, karena pintu rumah yang tak terkunci, dan bertambah rasa heranku ketika kutemukan dirimu terbangun dari tidur singkat di ruang tamu rumahku. Meski tak kupungkiri ada rasa rindu yang terselip kala melihat wajahmu, namun aku tak mungkin begitu saja berlari dan memelukmu dengan sejuata perasaan yang seakan tak ingin lagi jauh.

Tak berhenti rasa terkejutku sampai disana, beberapa saat ketika ku buka pintu kamar ingin sejenak melepaskan lelah, tapi yang kudapat adalah kejutan kecil yang telah kamu siapkan. Beberapa balon bertebaran di penjuru kamar dengan lipatan kertas berisi sajak buatanmu disetiap ikatannya. Tak luput sebungkus kado dan kue cokelat. Aku terdiam. Aku tak bisa berpikir apapun, saat itu yang aku tau adalah ucapan rasa syukur di sela keterkejutanku akan usahamu. Ternyata tanpa kuduga, kamu telah menyiapkan kejutan ini beberapa hari sebelumnya, bahkan kamu meminta izin kepada keluargaku untuk menyiapkan segala sesuatunya, ketika aku sedang tidak berada di rumah. Kamu seberusaha itu, aku tidak tahu harus melakukan apa kala itu selain memelukmu erat dan membisikkan kata terimakasih, untukmu.

Itu hanya sedikit dari rasa syukurku di pengurangan hariku di dunia, karena ternyata ada banyak orang yang menyayangiku dengan tulus dan salah satunya adalah, kamu.

Kamu, seseorang yang baru saja singgah dan entah akan terus tinggal--seperti ingin yang kamu utarakan kepadaku--atau melangkah keluar, sebagaimana mereka yang lebih dulu singgah di hidupku. Tapi, yang aku tau untuk sekarang kamu telah berhasil menyita hampir semua perhatianku.

Kamu, seseorang yang mampu meledakkan tawa ketika terkadang aku ingin sekali meneteskan air mata karena rasa sedih.

Kamu, seseorang yang meski menyisipkan tawa, namun tak pelak juga terkadang menorehkan rasa cemburu dan kesal kala ada bagian dari masa lalumu atau orang lain yang sedang berusaha mencoba meminta perhatianmu. Aku tidak ingin berbagi dengan mereka, seperti anak kecil ? Iya, layaknya seorang anak perempuan kecil yang akan menjerit dan menangis kesal ketika ada yang sepertinya ingin mengambil sesuatu yang telah menjadi kesayangannya.

Kamu, seseorang yang rela menahan egonya untuk mengikuti keinginanku, yang seringkali mendadak dan berubah pikiran tanpa ada jeda. Mencoba memberikan yang terbaik yang kamu miliki. Waktu, keadaan, usaha dan doa.

Kamu, seseorang yang entah menjadi jawaban dari Tuhan untuk segala penantian dan doa ku beberapa saat yang lalu atau tidak. Ketika sahabatku menyadarkanku dengan kalimat, "Penantian dan rasa sakit lo setaun yang lalu terbayar, myt. Gue bahagia ngeliatnya." sederhana, namun itulah salah satu alasanku untuk tetap bertahan dan menapaki hari yang masing-masing kita tak tahu akan dimana ujung dari setiap hari yang kita lewati bersama.

Kamu, seseorang yang tak sering mengungkapkan rasa sayang melalui kalimat romantis setiap saat, meski seringkali aku terlalu rewel untuk bertanya tentang perasaanmu kepadaku, tapi kamu tak pernah marah untuk menjawab meski terkadang jawabanmu asal sehingga membuatku menepuk pundakmu. Karena bagaimanapun, ada disaat dimana aku mencoba mengingat semua kesukaanmu hingga akhirnya menyesuaikan diriku dengan kebiasaanmu.

Me :  Kamu gak mau nanya aku sayang kamu atau engga ? | Him : Enggak, kamu stay sama aku aja juga udah cukup.

Kamu, seseorang yang berusaha mengembalikan rasa percayaku yang dulu pernah terkikis habis, hingga akhirnya aku menjadi terlalu skeptis terhadap orang lain. Mencoba mengerti keadaanku dengan pernyataanmu, bukan malah menghujamku kembali dengan pernyataan-pernyataan, meski kamu sangat bisa untuk membalas.

"Aku bisa membalas semua pernyataanmu, tetapi hubungan kita lebih berarti daripada pertengkaran yang mungkin saja akan terjadi setelahnya." - Kamu.

Ketika entah kapan kamu membaca kalimat sederhana yang terkumpul dan aku tuliskan untukmu di jurnal harianku, ini tidak akan pernah bisa menggambarkan dengan seutuhnya rasa terimakasih untuk usaha dan pengertianmu. Kumohon tetaplah seperti ini, mohon bersabarlah sebentar lagi untuk rasa percaya yang kini sedang usaha aku pulihkan, untuk setiap inci rasa sayang yang kian melebar, untuk waktu yang telah kita lewati bersama, dan untuk setiap harapan yang seringkali menjadi angan yang terucap untuk menjadi doa.


Terimakasih.
dan nanti bila Tuhan izinkan, aku perbolehkan kamu untuk terus menjamahi masa depanku, hingga rentang waktu tersiklus kembali ketanggal dua puluh sembilan februari.









Malam, selepas menghabiskan hari denganmu.









No comments:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS