Assalamualaikum, Ibuku …
Bahkan hanya dengan menulis surat yang tidak akan pernah Ibu baca, Kakak terdiam cukup lama di depan halaman kosong. Kakak ingin mengeluh, ingin bercerita, ingin bertanya, bu. Entah sudah berapa kali, Kakak gagal mengirim pesan ke Ayah. Kakak takut, bu. Kakak capek. Padahal perjalanan Kakak mungkin masih lama, masih panjang sekali, bu.
Sekarang setiap harinya Kakak sudah harus selalu minum obat, bu. Kata dokter, hal pertama yang harus Kakak lakuin tuh untuk bisa menerima keadaan sekarang, harus bisa mengontrol semuanya. Dua bulan ini tuh berat banget buat Kakak. Banyak sekali perubahan hidup yang mendadak terjadi. Ternyata kepergian Ibu, belom cukup untuk Kakak belajar buat menerima perubahan besar yang gak pernah bisa Kakak ukur. Allah sayang banget kayaknya sama Kakak, bu. Allah pengen bilang, kalau Kakak pasti bisa, kan bu? Tapi gimana ya, bu? Kakak bisa ga ya, bu?
Kakak tau sedikit banyak, gimana rasanya menghadapi dan mendampingi yang sedang berjuang akan sakitnya, ga mudah, bu. Capeknya ada, emosinya ada, pasti ada fase ingin melepas walaupun tidak akan pernah sampai hati. Tapi Kakak juga takut sendirian, bu. Kakak takut jarum suntik. Kakak takut menghadapi vonis dokter. Kakak takut ketika mendengar hasil Lab. Kakak takut tiba-tiba tensi terlalu tinggi. Kakak takut untuk tahu bahwa obatnya masih terus berlanjut. Kakak takut usaha Kakak belum ada hasil yang significant. Kakak mau hamil, tapi takut dan kasihan nanti ia bahkan harus menerima obat sedari dalam kandungan. Kakak takut banyak hal, bu.
Andai Kakak bisa bertanya harus gimana, andai Kakak bisa pulang sebentar untuk memeluk, andai Kakak masih bisa tiba-tiba mengirimkan pesan singkat. Andai masih bisa, bu. Ternyata Kakak di umur segini, belum bisa apa-apa banyak hal, tanpa Ibu dan doa Ibu.
Tapi kayaknya, Kakak harus kembali belajar buat berani sendiri, bu. Kakak dulu bisa kok berusaha untuk bisa menghadapi hidup sendiri dan jauh dari Ibu. Kali ini, harusnya Kakak tetap bisa ya, bu.
Memarnya akan sembuh, bekasnya akan hilang, hidup akan baik-baik saja, bu. Walaupun perlahan, tapi Kakak pasti bisa. Selama Kakak masih punya Allah.
Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira. Aamiin.