Assalamualaikum, Ibukuu…
Rindu juga ternyata sudah beberapa minggu tidak ada pesan singkat masuk yang menanyakan kabar, atau dering telepon sekedar ingin menceritakan beberapa hal penting ataupun tidak.
Bu, tau ya Kakak lagi rindu?
Seperti biasanya jika Kakak sedang tidak baik-baik saja, adanya kabar Ibu yang tiba-tiba datang, meski tanpa dimulai. Seakan tau bahwa Kakak sedang butuh sandaran. Kali ini, tidak lama dari paragraf utama diketik, Adik-adik melakukan telepon video dan mengabarkan jika sedang mengunjungi Rumah Ibu. Kami membacakan doa bersama meski jauh. Tepat seperti yang Kakak butuhkan. Kehadiran Ibu yang diwakili oleh Adik-adik. Allahuakbar, gimana bisa ya, bu?
Lagi-lagi, ada kalanya Kakak tidak Ibu biarkan sendirian melewati hari—yang ternyata masih saja berat.
Terimakasih ya, bu. Sudah mengajarkan kami untuk saling tidak meninggalkan bagaimanapun kondisinya. Kakak masih tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya jika harus melewati semuanya sendiri.
Bu, surat ini sempat terhenti untuk Kakak tuliskan. Tapi di hari sabtu yang sudah lewat sebulan ini, Kakak masih belum bisa melewati dengan normal dan seperti biasa tanpa ada hal yang mengganggu.
Sedari malam tadi Kakak masih belum mudah memejamkan mata, paginya pun Kakak masih menolak bangun lebih cepat. Perut Kakak sedang tidak bisa di ajak kompromi, mual. Bingung. Seperti sabtu di beberapa minggu lalu, tapi kali ini Kakak berusaha melewatinya tanpa tangis sedu.
Sabtunya Kakak mungkin saja tidak akan pernah sama lagi, tapi Kakak berusaha untuk mencoba memeluk rasa pahitnya agar tidak lebih menggigit. Berteman dengan luka memang tidak mudah kan, bu?
Rabbighfirlii wali waalidayya warham humma kamaa rabbayaanii shaghiiraa
BSD, masih dalam usaha mengikhlaskan.
No comments:
Post a Comment