“Assalamualaikum, ibuuu”
Masih terekam dengan jelas bagaimana kelakarmu, agar anakmu ini tidak lupa mengucapkan salam ketika memulai atau mengakhiri percakapan.
Tulisan ini tepat kakak tulis di 20 hari semenjak kepergian ibu.
Semenjak kakak udah ga punya cara lain untuk berbicara, selain selalu memohon kebesaran Tuhan dalam menjaga ibu selepas sholat. Semoga doa kakak dan adik-adik, bisa memeluk dan menjaga ibu dalam keheningan paling dalam, ya.
Maaf ya bu, kemarin kakak sempat telat untuk datang dan tidak sempat melakukan ritual yang berulang kali kakak lakukan ketika pulang; Cium punggung dan telapak tangan Ibu berkali-kali, dan mencium dahi-pipi mu juga berulangkali. Hanya bisa sekali, bahkan kakak tidak mampu keras kepala untuk melawan mereka yang menahan kakak melakukannya ketika ingin lebih, “Ikhlasin, jangan sampai air matanya kena ya”.
Lucu ya, bahkan kakak harus menahan diri di detik terakhir yang berjalan seakan begitu cepat.
Berat, bu.
Padahal ucapan terakhir kakak sebelum pamit ke bandara sebelumnya, “kita belum sempat cerita banyak”. Terlalu sibuk menyiapkan perhelatan lebaran hari raya Idul Fitri, yang siapa sangka… be our last eid.
Maaf kakak belum bisa jadi anak yang Ibu andalkan ketika harus bolak balik rumah sakit, berulangkali malah diwakili oleh adik-adik. Bahkan seringkali kakak telat mengetahui bahwa Ibu sedang rawat inap, karena tidak ada satupun yang mengabari. Takut kakak khawatir ya? Maaf ya, sudah buat Ibu dan semuanya merasakan hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Seringkali Ibu melayangkan protes karena kakak jarang memberi kabar meski jauh. Karena kakak pasti akan bercerita tentang banyak hal, yang mungkin saja membuat Ibu akan terus memikirkannya. Cukup sejauh ini Ibu tau bahwa kakak di sini baik-baik saja, dan bersama orang yang tepat.
Bu, semoga kakak bisa membedakan tangis sesak yang memang dalam ingin mengingat, atau ketidakikhlas-an yang menganggu. Semoga yang kakak lakukan tidak membuat Ibu resah di sana.
Bu, nanti kakak cerita lagi lebih banyak ya. Banyak hal yang mau kakak sampaikan. Sekarang mau siap-siap dulu menjelang maghrib dan mengirimkan doa untuk Ibu. Kakak gak mau kalah, karena kemarin sore adik-adik sudah menaburkan bunga di pusara Ibu. Cantik.
Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.
— "Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."
BSD, Menjelang malam Jum’at
Tepat 20 hari Ibu tertidur dalam pelukan Tuhan.
No comments:
Post a Comment