Jika saja memang benar bahwa cupid itu ada, tolong sampaikan rasa terimakasih yang tak berkesudahan untuknya. Karena panahnya, saya kembali menjadi seseorang yang penuh harapan.
Ternyata
memiliki hidup yang seakan bermimpi tak bertepi, terasa sedikit agak melelahkan.
Seperti itulah rupa beberapa waktu terakhir yang saya miliki. Ingin bermimpi,
tapi lelah. Ingin terbangun, terlalu bosan akan pengulangan kebiasaan.
Hingga
akhirnya tiba waktu sang Universe dan segala permaianannya, Tuhan dan segala
bentuk karunia-Nya. Seringkali usil dan mencoba membuat saya tersipu dengan
semua kemungkinan yang hampir tidak pernah dipikirkan. Jangankan terpikir,
membayangkan saja tak sampai.
Saya
merasakan kembali satu titik di priode kebahagiaan dalam hidup. Pengulangan
yang saya pikir, tidak pernah akan sama. Tidak banyak letupan kasmaran yang
mungkin seringkali ditemui di kisah kasih semasa sekolah, ataupun perangai
jatuh cinta yang menginginkan keberadaan 24 jam di sekitar kekasih. Sama sekali
tidak banyak, bahkan jarang sekali terjadi.
Letupan yang
saya temui adalah perasaan tenang ketika harus berbulan-bulan menempuh hubungan
jarak jauh, bukan lagi harus resah takut akan kehadiran pihak ketiga, dan
seterusnya. Bagaikan menemukan anak
tangga hidup yang hilang, karena memiliki pasangan yang mencoba membantu
saya menggapai, apa saja yang telah dan akan saya mulai. Letupan perasaan senang ketika akhirnya waktu pertemuan tiba, dengan sesekali pertanyaan ke diri
sendiri, bahwa ternyata berpuluh purnama seringkali tidak terasa akan berakhir. Timbunan
rasa lega untuk menikmati rasa dicemburui dengan sewajarnya, dan dibebaskan
dengan sepantasnya. Tak lupa rentetan rasa syukur dan senyum, kala ada yang
berbahagia akan kehadiran saya dan khawatir akan ketidakberadaan saya, bahkan
tak henti berucap, “kamu datang di waktu yang tepat”.
Segalanya terasa jauh lebih mudah dari yang
seharusnya. Seringkali merasa sedikit takut, bahwa kebahagiaan akan cepat
sekali berakhir justru ketika tanpa persiapan sama sekali. Tapi sekali lagi,
ada genggaman yang menguatkan, seakan berkata bahwa meskipun saya berbahagia,
sedikit adu pendapat dan emosi akan selalu dibutuhkan. Karena apapun yang akan
terjadi kedepannya, bahkan perseteruan singkat pun akan menjadi hal yang
dirindukan, bukan lagi menjadi salah satu alasan untuk menyerah.
Meskipun seringkali menahan diri untuk tidak
berharap terlalu tinggi, tetapi selalu saja ada alasan untuk akhirnya merapal
doa semakin jadi.
“Ya Allah, bila memang tidak semudah itu, maka kuatkan dan tak lupa, lancarkan.”
Throwback Story from April, 2018
To someone who always wondering,
Me and Myself
No comments:
Post a Comment