Assalamualaikum Ibuku …
Hari ini di sabtu sore hari, hujan lagi turun dengan derasnya. Seharian ini kondisi cuaca lebih kelabu dari biasanya. Gak cuaca, gak hati. Sama aja emang suka berubah tanpa ada aba-aba, bu.
Bu, minggu kemarin Kakak melewati minggu yang lumayan butuh penyesuaian. Belum selesai Kakak meniti duka 40 hari tanpa hadirnya Ibu, dilanjutkan dengan kemeriahan pesta yang mengharuskan Kakak untuk bisa berjalan seperti biasanya. Tersenyum dan tertawa lebih banyak dari biasanya. Meredam isak yang biasanya akan datang sehari sekali. Entah mereka menyadari, apakah Kakak baik-baik saja atau tidak.
Memang benar jika memang harus kehilangan dahulu, agar tau cara terbaik untuk menghargai keberadaan. Kakak rindu akan pesan singkat dan Doa Ibu yang selalu Kakak pinta sebelum memulai perjalanan. Sosok yang akan bertanya apakah Kakak akan baik-baik saja, bagaimana perjalanan, dan selipan doa-doa yang akan Ibu haturkan dari jauh untuk keselamatan Kakak dimanapun kaki Kakak melangkah. Bahkan beberapa petuah yang datang tanpa Kakak minta.
Sekarang tidak ada lagi yang akan seleluasa itu Kakak ceritakan bagaimana hari-hari berjalan dengan begitu dinamisnya. Tidak ada lagi yang akan mendengarkan dan menimpali segala cerita, meski mungkin sambil menahan pusing di kepala atau lelahnya badan. Tidak akan ada lagi yang bisa tiba-tiba menanyakan, “Kakak kapan pulang?”. Tidak akan ada lagi yang akan menggerutu sembari lewat ketika Kakak protes akan sesuatu. Tidak akan ada lagi yang mengucapkan terimakasih atas segala hal kecil yang mungkin remeh dan terlupakan.
“Istighfar, kak” pengingatmu ketika anak-anakmu terlalu emosi, ataupun tidak mampu mengatur ekspektasi hidup. Ibu, pintu doa terbesar dan terbaik yang Kakak miliki. Dari semua hal baik yang pernah Ibu ingatkan, Ibu belum usai mengajarkan Kakak untuk berpijak kembali kala kehilangan.
Nafas terhembus masih dengan begitu beratnya, hidup dengan kondisi yang masih timpang, ternyata ikhlas masih menjadi jalan yang panjang untuk Kakak.
Rabbighfirlii wali waalidayya warham humma kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
BSD, kembali jatuh menyerah pada keadaan.
No comments:
Post a Comment