In the middle of June, 2022
Wow, it has been a long time no see. 2020 adalah tahun terakhir untuk posting sesuatu, menceritakan sedikit yang ingin diceritakan.
Pada saat tulisan ini dibuat, saya sedang menatap keluar rumah. Kondisi cuaca sedang tidak terlalu terik, tidak juga cukup mendung untuk mengubah perasaan menjadi kelabu. Cukup nyaman untuk dinikmati udaranya.
Kehidupan di angka tiga puluh yang akan saya singgung ini, ternyata sudah berjalan cukup beberapa bulan. Bagaimana saya akan memulai ceritanya? Mungkin dari bagaimana pertambahan umur ini terbilang cukup unik. Meskipun saya menghabiskannya di pulau Dewata bersama dengan pasangan dan sahabat, tapi ternyata dibarengi pula dengan positif covid-nya saya dan pasangan. Membuat rencana kami yang awalnya hanya sekitar 4 hari saja, harus bertambah hingga 10 hari lebih. Tanpa ucapan meriah, ataupun tiupan lilin di kue ulang tahun seperti biasanya. Bahkan hanya satu dari keluarga yang mengucapkan dan memperingati. Mungkin terdengar terlalu sentimental, tapi sekedar ucapan yang seringkali dianggap hanya basa-basi, menjadi pengingat bahwa hidup saya yang biasa ini masih harus dilanjutkan keberadaannya. Masih diingat. Mahal rasanya.
Benar-benar minggu yang penuh perubahan mendadak. Salah satu hal yang saya dan mungkin banyak lainnya tidak menyukai— perubahan.
Bagaimana tepatnya Tuhan memainkan kuasa-Nya pada makhluk kecil yang suka lupa diri. Karena sebaik-baiknya manusia berencana, Tuhan adalah dzat paling kuat untuk menentukan.
Sedih? Kecewa? Awalnya tentu saja sebagaimana manusia biasa. Akan mengalami berbagai perasaan tidak mengenakkan dan tidak nyaman. Tapi ternyata rencana Tuhan akan selalu indah dan menenangkan. Ada sahabat yang setia menemani hingga akhirnya kami bisa kembali ke rumah dengan sehat dan selamat.
Salah satu penerimaan diri yang hingga sekarang masih menjadi salah satu hal sulit untuk dilakukan. Menerima bahwa semua kondisi dan situasi tidak akan selalu bisa sesuai dengan yang diharapkan. Kalimat-kalimat klise yang kerapkali ditemukan dimana saja, diucapkan oleh sesiapa saja, tapi ternyata hingga detik ini, di umur yang sudah menginjak tiga puluh. Masih sangat sulit dilakukan. Maka, meminta seseorang untuk langsung menerima segala hal untuk berjalan dengan begitu adanya, adalah salah satu hal yang tidak bijaksana, bagi saya pribadi. Bagaimanapun kasus masalahnya.
Bahkan hampir 4 bulan lamanya, tapi ternyata masih sering terucap bahwa sayang ingin terus bisa “bermain”, hingga nanti usia tua. Menikmati hidup yang mungkin dulu sempat tidak bisa dilakukan, atau acapkali dikesampingkan keinginannya. Sedang tidak ingin memikirkan bagaimana perasaan dan hidup orang lain, harus berjalan dengan baik. Atau bagaimana saya harusnya menyikapi hidup yang terkadang menuntut penyesuaian diri.
Seperti sedang bergelung dengan diri sendiri dan segala macam perasaannya. Menutup akses bagi orang lain untuk menyentuh terlalu dalam.
Kira-kira akan bertahan berapa lama?
BSD, June 2022
LA LA LA LOST YOU - NIKI;
As my back song to finish the paragraph.