Selamat datang 29 februari 2020!
Long time no see. After 4 years, kita ketemu lagi dengan
banyak suguhan kehidupan yang berbeda. Saya dan segala perubahan besar dalam hidup,
dimulai dari menopang status baru, hingga pindahan ke rumah yang baru. Memulai
segalanya sedari awal.
Tahun ini adalah tahun ke dua puluh delapan, saya hidup,
memiliki impian, menjalani jatuh dan bangun akan kehidupan, dan mengalami untuk
merelakan serta mencintai lebih lagi.
Sedikit cerita, ketika akan menyambut tanggal bersejarah
ini, saya benar-benar merasakan bagaimana ketakutan kecil yang menyelinap
diam-diam. Perasaan dimana saya takut belum menyelesaikan apa saja yang ingin
saya selesaikan, memiliki apa saja yang saya idamkan. Walaupun seringkali ada
yang berucap, age is just a number, buat for me, it matters. A lot.
Bahkan tepat sehari sebelum siklus tanggalan menuju ke angka
dua puluh sembilan di penghujung februari, saya mendapatkan kabar bahwa orang
tua dan adik-adik saya yang kini sedang berada jauh di pulau yang berbeda, sakit.
Padahal sebelumnya saya dan mereka sudah merencanakan beberapa impian untuk
berlibur bersama, menghabiskan umur baru yang saya miliki dengan berbagai cetakan
kenangan. Maklum, saya tidak bisa dengan mudahnya untuk pulang dan meninggalkan
apa yang saya miliki, walaupun sejenak. Banyak pemikiran yang membuat saya
tetap tinggal, dengan ikhlas. Sungguh. Meski ketika saya tidak mampu menatap para
separuh jiwa saya secara langsung, hanya bisa memantau mereka melalui telepon
genggam, meratap doa, dan air mata yang tiba-tiba menetes kala pesan masuk, “Selama
ibu masih bisa berbicara, semua masih baik-baik saja”.
Tepat pada tanggalan dua puluh sembilan, mereka yang
menyayangi saya tetap memberikan kejutan dadakan yang membuat hati hangat, saya
ternyata amat di sayangi. Tidak peduli bagaimana keras kepala dan menyebalkannya.
Akhirnya Bandung menjadi pilihan pelarian sesaat, yang tentunya
membahagiakan.
Bagi mereka yang mungkin mempertanyakan, kenapa saya tetap
memilih tinggal dan akhirnya tidak mendekap separuh jiwa yang kini sedang melawan
sakitnya raga, saya hanya bisa tersenyum. Jika mereka sudah pernah menikah, dan
merasakan jauh dari orang tua, mungkin mereka akan sedikit mengerti.
Satu hal yang saya pikirkan, bahwa saya harus bahagia apapun
kondisinya. Demi mereka yang telah menyelipkan doa atas kebahagiaan saya selama
ini. Jika saya malah meratap dan memilih menghabiskan hari untuk berkeluh kesal
dan menyalahkan keadaan, hati yang hancur bukan hanya saya.
Jika saya memilih pilihan yang terkesan mungkin tidak biasa
dan dianggap egois, saya pun tetap akan memilih seperti itu.
Hai, you know who you are.
Terima kasih untuk segala usaha, doa dan harapan baiknya. Semoga
kalian tidak bosan untuk mengenal saya.
Hai, dua puluh delapan.
Semoga kita berteman untuk jadi lebih baik lagi dalam
memandang kehidupan, dan memilih keputusan.
Penghujung februari, 2020
No comments:
Post a Comment