Surat untuk Ibu — Enam Belas

Friday, May 23, 2025

 Assalamualaikum, Ibuku…

Ternyata surat kali ini, sudah ada draftnya dari november tahun lalu. Tapi hidup sedang terlalu riuh, dan berusaha untuk dinikmati. Jadi maaf ya, surat kali ini agak terlambat.

Hampir setahun ini, banyak hal yang terjadi, bu.

Pertama kalinya Kakak menggantikan tugas Ibu, membawa adik ke pintu rumah tangganya. Menemani ayah dalam tangisnya yang lebih kencang, melepaskan anak lelaki satu-satunya. Bisa gitu ya bu, Kakak belum tau rasanya memiliki anak, tapi sudah tau bagaimana melepaskan mereka untuk harusnya jadi lebih mandiri—tidak sepenuhnya tau sih. Tapi…. Oh gini ya rasanya. At least, I was learned, and will know better when the times come, ya kan?

Bu, lucunya beberapa bulan terakhir, banyak sekali rumor bahwa nantinya Kakak harus bersiap melepaskan ayah, jika harus ada orang baru yang menempati posisi Ibu. Kakak egois banget ya kalo ternyata belum sesiap itu? Karena posisi Ibu, belum bisa tergantikan oleh siapapun. Bagi Kakak. Lebih lucu lagi, mereka yang terkadang berucap, adalah mereka yang belum kehilangan Ibunya—separuh dunianya, tapi merasa lebih tau bagaimana masa depan seharusnya, ironis ya?

Kadang Kakak bingung, ada masanya Kakak bisa menanggapi segala hal dengan ucap penuh tawa, but somehow it turns to cut me deeper than I ever realized. Ada lubang yang gedeeeeeee banget masih tinggal di dalam diri Kakak. Padahal ga ada yang salah, tapi rasanya benar kosong. Entah kapan akan sedikit demi sedikit bisa terisi kembali.

Oh iya, kemarin tepat di dua tahun, Kakak sudah bisa pakai baju yang sama lagi. Tapi dengan kondisi yang berbeda bu. Kakak bertemu teman, berbincang, tertawa dan sorenya bareng doain Ibu lewat video call, bareng adek dan cucu pertama Ibu! Pertama kalinya dia ketemu Jiddah, walaupun banyaknya bolakbalik tampak penasaran.

Bu, semoga rindu dan doa kami semua bisa terdengar ya, meringankan dan memeluk Ibu dalam kesendirian. Jalan kami masih panjang untuk selalu menitipkan doa pada yang Maha Kuasa, dalam salah satu cara merindukan belahan hati kami.

Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira. Aamiin.



Kakak yang sedang rindu, di rumah.





 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS