Hello septembeeeerrrr!
Am I (too) late to post something in this month ?
Tanganku masih kaku untuk menulis cerita, mungkin karena
memang nuansa post sebelumnya yang membuatku agak terlalu malas untuk kembali
bercerita. Tetapi gelitik manis oleh kata memang selalu memiliki sihir
tersendiri, yang mampu membuatku akan selalu kembali.
Bulan ke Sembilan yang penuh dengan banyak cerita, tawa,
tangis dan haru. Bulan yang memiliki ceritanya sendiri. Bulan yang akan selalu
berbeda setiap tahunnya. Bulan yang mungkin saja tahun depan, akan memiliki
kejutannya sendiri.
Untuk beberapa orang, bulan
September memiliki arti yan berbeda. Entah terlalu special karena adanya hari
ulang tahun, terlalu menyedihkan karena adanya cerita yang tak sepatutnya
dikenang, atau terlalu membahagiakan karena
adanya pertemuan dengan mereka yang berarti. Buatku ? Setiap bulan
selalu memiliki ‘jalannya’ sendiri, and I try to have fun with those things
which happen.
Jadi, bolehkah aku sedikit
menulis cerita kali ini ?
Hembusan
angin mengalun lembut diwajahku, masih di suasana petang yang aku suka. Ketika
matahari kembali ketempat persembunyiannya, karena mungkin terlalu lelah
berdiri menjadi satu-satunya. Matahari yang selalu ada, namun tak peduli berapa
banyak yang menyindirnya karena keberadaannya yang terlalu terik, atau
mengacuhkannya karena mereka (sok) tau bahwa esok ia akan kembali hadir.
Matahari yang pergi namun ia akan selalu pasti datang kembali untuk saat ini.
Iya, matahari yang sama yang aku dan kamu miliki.
Petang
ini adalah yang terakhir yang aku miliki di bulan September, bulan yang
menurutmu adalah bulan yang indah, karena dibulan ini kamu dilahirkan. Bertubi
ucapan dan doa diucapkan tak henti dari semua yang menyayangimu. Meski
kekesalanmu akan habisnya uang yang kamu kumpulkan untuk mentraktir
teman-temanmu, tapi kamu akan selalu kembali tersenyum malu ketika mereka
menyerukan “selamat ulang tahun” dihadapanmu. Semoga kamu sadar, bahwa doa
,ucapan dan kehadiran mereka yang tulus untukmu tidak akan pernah bisa ternilai
harganya. Tidak akan pernah.
Ah,
ternyata aku mengenang kembali tentang bulan September yang sebelumnya. Begitu
berbeda dengan September kali ini. Aku kembali mengenang dengan sembari
menyeruput cokelat hangat yang aku punya. Aku duduk sendiri memandangi jendela
dari sebuah sudut tempat biasa aku
melepaskan rasa ketika terlalu lelah untuk mengingat.
Sudah
saatnya aku tidak perlu lagi mengingat kembali rasa ditiap bulan di tahun yang
berbeda, karena aku percaya bahwa otak dan hatiku memiliki kotak sendiri. Iya,
kotak kenangan. Dimana akan selalu tersimpan rapi setiap kenangan yang entah
aku suka maupun tidak. Mungkin saja suatu saat nanti aku akan mengenang dengan
tawa semua hal yang pernah terjadi, bersama dengan mereka yang aku sayangi atau
untuk diriku sendiri. Layaknya sebuah foto yang merekam segalanya dalam diam,
begitu juga aku.
Perubahan
yang terjadi yang tidak pernah aku harapkan adanya, akan selalu menjadi hukum
tetap di dalam hidup. Meski itu memang sangat menyebalkan. Karena aku terkadang
terlalu malas untuk melangkahkan kaki
keluar dari zona nyamanku, aku masih ingin bergelung mesra dengan
kenangan manis. Hingga akhirnya aku terbangun oleh rasa pahit. Lagi.
Tuhan
selalu punya cara yang entahlah aku bingung mendeskripsikannya. DIA sangat-sangat
jahil. But, he never leave me with empty-handed, he always do that. DIA
mendorongku menjauh dari rasa nyaman dan membuatku terkejut dengan semua
kenyataan yang aku terima dengan bertubi-tubi, tapi DIA tak lupa menuntunku ke
tepi ,dimana ada kehangatan untukku kembali dan meletakkan segala lelah. DIA
telah menyiapkan segalanya, membangun sebuah rumah yang nyaman untuk ku sekedar
menumpahkan tangis apalagi melepaskan tawa bahagia. Rumahku yang lain, ketika
aku terlalu jauh melangkah ketika pergi. Rumah itu memiliki tempat terbaik yang selalu
aku suka keberadannya, bagaikan pundak sahabat yang selalu ada ketika aku
membutuhkan. Ada bingkaian foto cantik yang ketika memandangnya membuatku nyaman,
bagaikan kehadiran sahabat didekatku untuk berbagi cerita. Dan penghangat
ruangan yang terlihat rapuh namun terlalu kuat untuk dihancurkan, bagaikan
pelukan sahabat yang memapahku dari rasa sakit, begitu menenangkan.
Untuk mereka yang menemaniku, tempatku kembali, tempatku
bercerita, tempatku meneduh, tempat yang mengingatkanku tentang kuasa Tuhan
dan membuatku percaya bahwa setia itu nyata.
Terimakasih untuk kehadirannya. Untuk menjadi keluarga
kecilku di lain tempat. I really thank to God for your presence. May God always
bless your step, no matter where and when. Always. Love you guys!
Thank you Aisyah Nur Azizah & Maria Priscilla buat temenan LDR-an dari Depok - Jakarta - Tangerangnya.
Thank you Elia Christo Rinaldo Simanungkalit buat "tamparan" sekaligus "sabar" nya buat dengerin keluhan-keluhan tanpa akhir. Kita bisa tetap cerita tanpa beban kan ?
Thank you million Nazlia Mashyur (sampe sekarang masih suka typo), Tri Kusuma Astuti, Isti Februari Afifah, Emile Ratna Hidayati dan Nanda Tinahadi buat the greatest moment selama 4 tahun dan semoga akan begini seterusnya.
Dari yang bersyukur dapat mengenal kalian sebagai sahabat,
Myta.